Dari kamar, terdengar suara pecahan vas bunga di ruang keluarga. Segera saja Vio berlari ke bawah menuju ruangan itu, ia melihat kedua orang tuanya sedang bertengkar beradu mulut.
"Ayah, Bunda! Stop!"
"Ada apa ini?" sambungnya.
Mereka tidak memperdulikan perkataan dan pertanyaan anak semata wayangnya itu, mereka tetap mempertahankan ego masing-masing.
"Dasar Ayah yang ga tau diri! Kamu selingkuh kan?!" ucap Monica dengan nada suara yang tinggi sambil menunjukkan bukti yang ada di ponselnya.
"Hah! Pantas saja kamu selalu pulang terlambat dan membuat alasan ada tugas di luar kota! Ternyata itu semua hanya drama kamu doang kan Mas?!" ucapnya dengan emosi yang meluap-luap.
"Ga! Kalo kamu ga tau apa-apa, mending kamu diem! Ga usah banyak bicara!" tukas Gilang.
Kemudian Vio mencoba meleraikan keduanya.
"Bunda, Ayah, ada apa ini?" tanya Vio yang mulai menitikkan air mata.
"Kamu masuk ke dalam kamar! Ga usah ikut campur urusan kita!" perintah Gilang.
Lalu Vio berlari menuju kamar atas sambil menangis, ia tutup pintu kamar dan dikunci dari dalam.
Selama ini Vio tidak pernah dibentak oleh kedua orang tuanya, maka dari itu ia sangat sedih melihat orang tuanya bertengkar.
"Mereka kenapa sih? Kok aku dibentak kek gini, salah aku apa?" ucap Vio sambil menangis begitu derasnya.
Tak lama kemudian, terdengar ketukan pintu dari luar.
"Vio, buka pintu nya sayang." ucap Monica dengan suara yang lembut.
Vio langsung membukakan pintu dan langsung memeluk erat tubuh bundanya.
"Bunda, kenapa bunda bertengkar sama ayah? Ada apa Bun?" tanya Vio dengan isak tangisnya.
Monica membawa Vio ke atas ranjangnya, "Ga ada apa-apa sayang, ga usah dipikirin banget ya. Kamu tidur aja, ini sudah larut malam."
Monica mengelus ubun-ubun Vio, hingga ia tertidur.
Keesokan harinya, suasana dirumah kembali seperti biasanya. Seperti tak ada kejadian apapun yang terjadi semalam.
"Vio, tuh Pak Arif sudah nunggu diluar." tegur Monica dari dapur.
"Iya Bun, ini dikit lagi kok sarapannya." Vio semakin cepat mengunyah roti sandwich nya.
Setelah selesai makan, Vio pun langsung pergi ke sekolah.
"Aku pergi dulu ya Bun." ucap Vio sambil mencium tangan bundanya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Di perjalanan, Vio melihat kearah luar jendela dan matanya terfokus dengan cowok yang berjaket hitam, helm berwarna hitam dan berkaca hitam, pokoknya yang serba hitam deh kecuali celana abu-abunya yang sedang berhenti saat lampu merah dan tepat berada di samping mobil Vio.
Fix, ini dia cowok yang gue cari! ucapnya dalam hati.
"Pak, nanti ikutin cowok yang disebelah ini ya." Vio menunjuk ke arah kirinya.
"Ga ke sekolah dulu neng?" tanya Pak Arif.
"Ya, ini sekalian ke sekolah pak. Dia satu sekolah sama Vio juga." jelas Vio.
"Siap neng, siap."
Kemudian lampu hijau pun menyala, mobil yang dikendarai Pak Arif pun melaju membuntuti motor itu dari belakang. Namun sepertinya, cowok yang mengendarai motor tersebut menyadari kalau ia sedang diikuti. Cowok itupun mempercepat laju gasnya hingga sampai di sebuah mall yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Viona [COMPLETED]✔
Novela Juvenil"Suatu saat aku akan kembali..." **** Viona Angela Gilsha, seorang gadis remaja yang selalu ceria, cerdas dan konyol serta bisa dikatakan gadis yang unik. Ia mempunyai banyak teman, bahkan ia menjadi primadona di sekolahnya. Namun, ia sangat merindu...