#22 - Pesta Pertunangan

1.1K 43 0
                                    

Malam ini, rumahnya sangat ramai dikunjungi orang-orang. Hidangan bertebaran dimana-dimana. Ia menggunakan long dress berwarna putih dan sedang memakai lipbalm di depan cermin kamarnya. Ia hanya bisa pasrah pada orangtuanya yang telah menjodohkannya dengan seseorang yang tak sama sekali ia kenal sebelumnya. Terbenak dalam hatinya tentang Gara, mungkin jika Gara tau soal ini, ia akan kecewa sekali dengannya.

"Emang siapa sih tuh cowok!" ucapnya sendiri di depan cermin.

Tok tok tok

Monica pun memasuki kamar dan mendapati anaknya yang sedari tadi duduk di depan cermin. "Ya ampun, lama banget putri bunda dandannya."

Vio melipat bibirnya ke bawah, "Bunda, emang siapa sih yang dijodohin sama Vio?"

"Loh? Emang dia belum bilang sama kamu?"

"Ya, gimana mau bilang bun. Tau aja ga orangnya siapa?"

Monica menghela nafas lelahnya, "Orang itu adalah Gara pacar kamu, masa dia ga bilang sih?"

Mata Vio membulat, "Hah?! Se-serius bunda?!" ucap Vio yang diangguki oleh Monica.

Kalo gitu ga usah pusing-pusing mikirin Gara😅. Batin Vio.

Monica mengusap kepala Vio, "Ya udah cepetan, satu jam lagi Gara dan keluarganya datang." ucapnya yang kemudian berlalu dari kamar Vio.

⛄⛄⛄

Mobilnya pun memasuki halaman depan yang sangat luas ini dengan beberapa satpam penjaga rumah. Bara menatap rumah ini dengan penuh kebingungan.

"Lo-loh, ma? Kok kita kesini?"

"Kan ini rumah tunangan kamu, masa anak mama udah keduluan pikunnya dibanding mama sama papa."

"Abang pikun! Hahaha." ejek Gerald disusul tertawanya Jojo.

Mereka berlima pun turun dari dalam mobil, disusul mobil yang di dalamnya berisi keluarga Nadya. Bara cepat-cepat menghampiri Nadya.

"Nad, nad. Lo tau kan ini rumah siapa?" tanya Bara dan Nadya pun tersenyum.

"Kok cuma senyum sih? Sejak kapan mulut lo bungkam kayak gini?" Nadya masih dengan senyumannya dan menggidikkan bahunya lalu segera masuk mengikuti kedua orangtuanya. Kepala Bara semakin rumit dibuatnya.

"Welcome jeung Rina, apa kabar?" tanyanya sambil cipika cipiki.

"Alhamdulillah baik jeung Monic." jawabnya dengan penuh senyuman.

Monica mengedipkan matanya berkali-kali melihat pemuda yang tingginya hampir dua meter itu. "Dia siapa?"

"Calon menantu kamu lah. Aduh... maklumin aja deh udah tua ya," ucapnya sambil tertawa, namun Monica masih ternganga.

"Nad, sumpah! Gue ga nyangka." bisiknya pada Nadya yang berada disampingnya. Nadya hanya terkekeh melihat Bara dengan wajah pucatnya.

"Oh iya, Vio kemana jeung?" tanya Sandrina yang membuat kacau kebingungan Monica.

"Dia ada di bagian kolam renang bersama sepupu dan sahabatnya. Bentar ya, saya panggilin dulu orangnya." Monica menghampiri Vio.

"Vi, itu udah dateng."

Tatapan Tari penuh dengan kebencian setelah Monica mengucapkan kata-kata 'datang'.

Vio langsung terpelonjak, jantungnya berdebar-debar. Dan ia pun langsung menuju ke depan disusul dengan Marcell dan sahabatnya kecuali Tari yang tiba-tiba menghilang.

Kemudian kakinya terhenti di ambang pintu ruang acara pertunangannya, "OMG!! Tampar gue! Dan katakan ini semua mimpi!!"

Plakkk

"Sakit goblok!"

"Katanya tampar, ya udah Elsa tampar." ucap Elsa tanpa ada rasa bersalah dalam dirinya.

"Tar, tar, coba lo liat ini. Sumpah! Gue juga ga nyangka!" ucapnya sambil menepuk angin yang ia rasakan sebagai manusia. Ia pun menoleh, "Loh? Tari kemana?" tanya Tasha pada dirinya sendiri.

Bara duduk bersama keluarganya di meja panjang khusus untuk kedua keluarga ini. Vio pun menghampiri meja tersebut dan tepat duduk di samping Monica. Bara sontak kaget sebentar dan menunjukkan wajah datarnya lagi. Vio hanya tersenyum dan menahan gugupnya.

"Aduh.... makin cantik aja calon menantu om dan tante." ucap Harry yang membuat Vio cengengesan.

Setelah acara selesai, Bara dan Vio duduk di pinggir kolam. Mereka sangat canggung sekali, Vio yang biasanya cerewet kini diam membisu, begitu Bara yang awalnya diam kini makin diam membisu juga.

"Lo-" ucap mereka serentak kemudian tertawa kecil.

"Lo duluan deh." ucap Vio.

"Ga, lo dulu."

"Hehe."

"Hehehe."

"Hehehehe."

"Hehehehehe."

"Hehehehehehe."

Terus aja gitu thor! ~netizen

Maaf ye, maaf. ~author

"Lo nyangka ga sih dengan semua ini?" tanya Vio.

"Ga." jawabnya begitu singkat.

Lalu suasana kembali hening, Vio hanya menatap beribu bintang yang bertebaran serta bulan yang terpancar sangat terang di langit.

"Lo masih pacaran sama Gara?"

Pertanyaan itu sontak membuat Vio menoleh ke arah Bara, "Eum... masih." ucapnya lalu menunduk.

"Bagaimana kalian bisa pacaran?"

Pertanyaan yang Bara lontarkan, lagi-lagi membuat ia menoleh ke arahnya namun sebentar, lalu menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam kolam. "Ya gitu deh."

"Kalo lo? Masih pacaran sama Sari?"

Bara menghela nafas beratnya, "Gu-" Bara menatap wajah Vio. "Vio, hidung lo berdarah!"

Vio mengusap darah yang terus mengalir dari hidungnya, dengan sigap Bara mengambil tissue yang kebetulan berada di dalam saku jas yang ia pakai. Darah itu mengalir mengenai long dress putih yang Vio pakai, hingga membuat bercak noda darah disana. Pandangan Vio, semakin lama semakin buram kemudian ia menutup matanya.

⛄⛄⛄

Di depan ruang IGD, telah banyak orang yang khawatir karenanya. Mereka semua menunggu dokter yang menangani Vio keluar dari ruangan, terutama Monica yang sangat begitu panik hingga tak kuasa menahan air matanya. Beberapa menit kemudian, dokter tersebut keluar dari ruang IGD. Monica langsung menemui dokter itu.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanyanya dengan tubuh gemetar yang di bantu oleh Sandrina.

"Ibu orangtuanya Viona Angela Gilsha?" Monica pun mengangguk.

"Silakan ikut ke ruang saya!" perintah dokter itu yang berjalan disusul dengan Monica.

Di ruang yang dingin akibat AC itu, Monica duduk dengan nafas yang tak teratur.

"Begini bu, apakah di keluarga anda pernah ada yang mengalami penyakit kanker?" pertanyaan dokter itu sontak membuat Monica menggelengkan kepalanya.

"Dari hasil tes darah yang dilakukan, Viona mengalami jumlah sel darah putih yang sangat banyak dalam aliran darah dan sumsum tulang bisa membuat sel-sel darah lainnya terganggu proses pembuatannya. Akibatnya, sel-sel darah putih dan sel darah lainnya tidak mampu berfungsi sebagaimana seharusnya. Bisa dibilang Viona mengidap penyakit kanker darah yang dikenal dengan leukemia." jelas dokter tersebut.

Monica memejamkan matanya dan bulir air mata pun terus mengalir di wajahnya, "A-apa masih bisa disembuhkan dok?"

"Tenang bu, kanker leukemia yang menjalari tubuh anak ibu sekarang masih stadium 2, namun harapannya untuk hidup mungkin hanya lima tahun. Kita hanya harus berserah diri pada yang Maha Kuasa, terus berdoa dan mengharapkan kesembuhan Viona. Kami para dokter dan suster akan terus melakukan yang terbaik buat anak ibu."

•••🔥•••

😫😫😫
😢😢😢

Diary Viona [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang