#30 - Diary Viona

1.9K 56 2
                                    

Klik gambar diatas, biar terasa moment nya :')

🎶 Kehilangan - Christina 🎶

●●●

Vio sudah melewati masa kritisnya, namun sampai saat ini ia belum sadarkan diri hingga ia dipindahkan ke ruangannya. Untuk saat ini, Vio hanya boleh dijenguk oleh keluarganya atau jika orang lain mau menjenguk harus satu-persatu.

"Vio, sadarlah. Gue ga mau ngeliat lo begini terus." ucap Bara sambil mengusap puncak kepala Vio.

Monica telah kehabisan air mata, ia tak dapat menangis lagi setelah air matanya sudah ia tuangkan sangat banyak. Monica hanya bisa menghela nafasnya, tak tahu tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kondisi ekonominya saat ini sedang menurun, semua untuk kesembuhan Vio namun sepertinya perjuangannya untuk Vio sembuh hanya sampai disini, sisanya harus ia pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Segala cara telah ia lakukan, hingga tanpa sadar uangnya kian menipis.

Jari jemari Vio bergerak perlahan, dan ia mulai membuka matanya. Vio melihat Bara yang sudah berada disampingnya sambil menggenggam erat tangannya. Ia tersenyum dengan bibir yang sangat pucat, Bara pun membalas senyuman itu.

"Bunda...." sapa Vio, lalu Monica menghampirinya.

"Kamu sudah sadar nak?" ucap Monica sambil mencium kening putri tunggalnya itu, Vio hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, Marcell datang sambil membawa bingkisan makanan. Matanya tertuju pada Marcell, "Bang Acell..." panggilnya lirih.

Marcell menghampiri Vio, "Iya?" jawabnya sambil tersenyum melihat adiknya sudah siuman.

"Vio boleh minta tolong ga?"

"Apa?"

"Tolong ambilin diary kecil Vio di dalam lemari kamar Vio, bisa gak?" tanya Vio.

"Iya bisa, sekarang?"

Vio menganggukkan kepalanya, dengan segera Marcell yang baru saja tiba langsung pergi lagi.

"Eh bang!" tunda Vio.

Marcell memberhentikan langkahnya.

"Jangan dibaca isinya ya. Kalo dibaca, dosanya nanggung sendiri." ucapnya yang disenyumin oleh Marcell. Kemudian ia membuka pintu dan segera keluar.

"Kamu gapapa kan? Ada yang sakit ga?" tanya Bara. Vio menggelengkan kepalanya, itu membuat Bara menghela nafasnya.

"Vio, bunda mau nemuin dokter Irwan dulu ya."

Vio mengangguk dan Monica segera keluar dari ruangan ini.

****
"Apa ga ada cara lain dok? Tolong ngertiin kondisi ekonomi saya." pinta Monica.

Dokter Irwan menggelengkan kepalanya, "Jika tak di bawa ke New York, kita hanya bisa menunggunya menghabiskan sisa hidupnya."

"Di New York, perawatannya begitu lengkap, saya yakin Vio akan segera sembuh total disana. Dan saya punya kenalan dokter disana yang jurusannya sama seperti saya." lanjut dokter Irwan.

⛄⛄⛄

Hari-harinya hanya dihabiskan di brankar rumah sakit sambil menuliskan sesuatu di diary yang dibawakan oleh Marcell. Sungguh Vio bosan, ia sebagai gadis yang pecicilan tak bisa untuk berdiam diri begini terus. Tiba-tiba, ia merasakan sakit yang luar biasa di dalam tubuhnya. Di ruangnya tak ada yang menjaga, Monica sedang keluar membayar administrasi dan ke toilet. Nafasnya berderu-deru menahan sakit ini, tangannya mencoba untuk menekan tombol agar dokter dan suster segera melihatnya, namun ia tak dapat meraihnya, sakit ini sangat begitu sakit dari yang sebelumnya. Hingga ia tak tertahan lagi, Vio memejamkan matanya dan tertidur sambil memeluk diary nya

Diary Viona [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang