#26 - Tahu

966 46 1
                                    

"Hei, lo kok dari tadi diem aja?" tegur Elsa.

"Vio, maafin kita soal yang di kafe kemarin ya. Gue ga bermaksud ga dukung lo, tapi-" ucapan Tasha terpotong oleh Vio.

Vio menarik nafasnya, "Ya gapapa kok, mungkin gue lagi terbawa emosi dari rumah. Dan mungkin juga omongan kalian bener, jadi yang seharusnya minta maaf itu gue. Gue minta maaf ya." ucapnya sambil tersenyum miris. Tasha, Saras dan Elsa saling tatap kemudian tersenyum kikuk.

Apa jangan-jangan dia udah tau? Batin Saras.

Lalu Gara menghampiri Vio yang sedang duduk dan dikelilingi oleh Tasha, Saras, dan Elsa. "Pagi sayang."

Ucapan yang barusan Gara lontarkan dari bibirnya itu sontak membuat Tasha, Elsa, Saras dan seorang gadis yang baru saja memasuki kelas mengernyit bingung.

"Eh, lo udah jad-" belum selesai Elsa berbicara, Gara sudah memotongnya.

"Iya, gue udah jadian sama Viona sekitar dua bulan yang lalu." ungkap Gara dan semuanya pun ternganga. Vio rasanya ingin mencegat pembicaraan Gara, namun ia teringat tentang penyakitnya.

Ya sudahlah, gue harus buat semua orang bahagia. Batin Vio.

Mata Tasha membulat, "Hah? Lo seriusan udah jadian sama si tukang memble ini?" Vio hanya mengangguk pelan dan Tasha menepuk jidatnya sendiri.

"Astaga!" lanjut Tasha.

"Eh Vi, lo kan udah-" lagi-lagi ucapan Elsa terhenti karena Saras sudah lebih dulu membungkam bibir Elsa menggunakan kedua tangannya.

"Udah apaan?" tanya Gara yang kebingungan.

Elsa menggigit bibir bawahnya, hingga ia melontarkan kata-kata yang sangat tak diharapkan oleh Saras dan Tasha. "Lo kan udah sakit parah. Eh, ups...." ia menutup mulutnya sendiri. Gara semakin bingung dibuatnya.

Parah?

Tasha dan Saras hanya cengengesan di depan mereka berdua akibat Elsa yang salah dalam berbicara. "Maklumi aja ya, si tukang comel ini memang suka banget berbicara yang ga jelas. Hehe." ucap Tasha sambil mencubit gemas pipi Elsa.

Sedari tadi gadis yang duduk di pojok sana memperhatikan mereka berlima dengan perasaaan yang penuh dengan kejengkelan, tiba-tiba ada yang memanggil namanya, itu sontak membuat ia terkesiap.

"Tari! Mari sini gabung sama kita!" ajak Saras. Tari tak menjawab satu patah kata pun, lalu ia melengos pergi dari kelas ini. Vio, Tasha, Elsa dan Saras bingung dibuatnya.

"Dia kenapa?" tanya Vio. Seketika Tasha menggidikan bahunya.

"Dia udah dari kemarin-kemarin jutek kayak gitu, ada masalah mungkin?" celetuk Gara. Mereka berempat pun saling tatap.

⛄⛄⛄

"Eh, lo seriusan jadian sama bintang kelas itu? Eh lebih tepatnya bintang sekolah." Vio hanya mengangguk dan Elsa tersedak ketika makan siomaynya.

"Sebelum lo jadi Queen dan tunangan Bara?" Vio pun mengangguk lagi, Tasha pun membulatkan matanya.

"Astaga Vio! Lo itu sebenarnya suka sama siapa sih? Bara or Gara?" tanya Tasha lagi, seketika Vio menggidikkan bahunya.

"Ah dari tadi lo ngangguk-ngangguk mulu, bicara dong. Beri kami kepastian..." ucap Elsa.

"Dasar bucin!" Saras menonyor jidat Elsa.

"Vio, lo itu bukan cowok yang bisa gandeng cewek sana sini. Lo cewek Vi, apa kata orang nanti?" ujar Tasha.

"Lo harus lepasin salah satu dari mereka, karena pasti akan ada yang sakit hati." ujarnya lagi.

Vio memberhentikan makan siomaynya, "Justru jika gue lepasin salah satu dari mereka, ada yang sakit hati dan juga ada yang menari-nari di atas penderitaan orang lain." Kemudian ia melanjutkan makan siomaynya.

Memang ya, susah banget jelasin ke Vio yang super duper keras kepalanya minta ampun! Sahabatnya hanya bisa pasrah apa yang akan dilakukan oleh Vio selanjutnya.

"Ya udah deh, terserah lo. Saran gue, lepasin Gara! Karena menurut gue, Gara hanya terobsesi sama lo." ucapnya yang hanya di balas Vio dengan senyuman miringnya.

"Eh btw, Tari kenapa sih?" tanya Vio yang memecahkan suasana keheningan.

Tasha menatap Vio, "Gue juga ga tau, saat kita pergi ke ruang dimana Bara dan lo akan tunangan, Tari udah ga ada."

"Gimana kalo nanti kita samperin aja Tari-nya, kita ngomong baik-baik. Dari pada kita nanti seudzon sama dia?" Saras memberi saran yang diangguki oleh Vio, Tasha dan Elsa.

Di kelas, gadis itu duduk sendirian sambil membaca novel, tak satupun kata-kata yang keluar dari bibirnya hari ini. Wajah yang masam, sangat terpancar dari wajahnya kini. Vio, Tasha, Elsa dan Saras yang baru pulang dari kantin, menghampiri gadis yang sedari tadi hanya diam tak mengeluarkan suara.

"Tar, lo kenapa sih?" tanya Vio yang duduk dihadapannya.

"Tar, kalo lo ada masalah, jangan enggan cerita ke kita-kita. Siapa tau kita bisa ngasih saran atau sejenisnya." ucap Tasha.

Tari tetap diam sambil membaca novel, ia seperti tak menganggap empat orang gadis yang sedang berada di sekitarnya ini. Vio menatap heran wajah gadis itu yang sangat terfokus dengan novel yang ia baca.

"Tari, gue ada salah sama lo ya?" tanya Vio, seketika Tari yang tadi sangat fokus dengan novel yang dibacanya, ia mengangkat wajahnya dan menatap tajam Vio.

"Gue ga tau salah gue apa, tapi gue minta ma-" ucapannya terhenti karena Tari tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar dari kelas. Namun ia melihat sebuah diary yang tertinggal di mejanya, di dalam diary itu terselip selembar kertas yang mengintip dari dalam diary tersebut. Vio berniat untuk mengambil dan membacanya, namun Tari tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan mengambil diary tersebut kemudian ia pergi lagi. Vio menghela nafasnya dan ia sempat menarik selembar kertas yang terselip dalam diary itu, lalu ia simpan dahulu di saku seragamnya.

"Sikap dia belakangan ini aneh banget sih?" tanya Elsa, dan Tasha, Vio serta Saras menggidikkan bahunya.

⛄⛄⛄

Gadis itu tergopoh-gopoh membawa tumpukan buku untuk dibawa ke perpustakaan, karena begitu banyak buku yang ia bawa hingga menutupi wajahnya, ia menabrak seseorang.

"Aduh.... maaf ya." ucapnya yang kemudian menurunkan tubuhnya ke lantai sambil membereskan beberapa buku yang berserakan, gadis itu sama sekali tak melirik siapa cowok yang berada di hadapannya ini.

"Ga usah sok tangguh, otak udang" ucap cowok itu. Seketika Vio berdiri untuk menyamai tingginya dengan cowok yang menyebutnya sebagai otak udang, namun tak bisa, tingginya hanya sebatas leher cowok itu.

"Bara?"

Bara tersenyum manis, "Boleh gue bantu?" tawarnya.

"Ga usah deh, monyet beku mana bisa bawain nih buku. Yang ada, monyetnya cuman diem mematung." Vio terkekeh. Tiba-tiba, Vio teringat kesan pertamanya bertemu dengan Bara, kejadiannya sama seperti kejadian yang barusan ia alami. Namun sekarang, Bara tak sedingin yang dulu.

Mungkinkah kejadian ini akan terulang kembali di surga? Batinnya.

Bara mengambil alih buku yang berada di tangan Vio, "Sini! Kalo lo melamun gitu aja, mana bisa nih buku cepet sampe ke perpus. Emangnya buku punya sayap yang bisa terbang sendiri ke perpus?" Vio tersadar dari lamunannya, ia hanya bisa tersenyum kikuk. Kemudian ia mengekor Bara yang menuju ke ruang perpus.

Kenapa ketika yang gue impikan datang, gue hanya bisa menggapainya untuk sementara? Batinnya lagi.

"Woi otak udang! Dari tadi ngelamun melulu, kesambet lo ntar!" teriak Bara.

Seseorang sedari tadi memperhatikan mereka dari jauh sambil tersenyum smirk-nya.

"Dasar cewek ganjen!"

•••🔥•••

Siap2 buat di gantung ya

Diary Viona [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang