Chapter 2

60 6 1
                                        

Pagi hari di kediaman keluarga Marvell. Semua nya sedang menikmati sarapan bersama seperti biasa, yang berbeda adalah si putri sulung dengan wajah menahan kesal dan si putri bungsu yang terlihat sangat senang, sampai tidak ada habis nya berceloteh tentang rencana-rencana yang akan ia lakukan ketika tiba di korea.

"Aku senang sekali rasanya, Mom. Sudah lama sekali aku ingin tinggal di korea." girang si bungsu Zhiva

"Iya iya sayang. Cepat habiskan sarapan nya, Lalu kemasi apa yang penting untuk kau bawa, oke" timpal Mommy sembari tersenyum lembut dan dibalas anggukan semangat dari Zhiva

"Kau sepertinya tak sesenang adik mu, Zera?" tanya Nicollas sang dady yang membuat Momy dan adiknya menatap nya heran

"Bagaimana bisa senang dad? Kuliah ku tinggal setahun lagi selesai, tiba-tiba kakek menyuruh kami pindah dan dady sama sekali tak memberi tahu apapun pada ku? Apa aku bisa senang dad? Terlebih dady tau sendiri bagaimana kakek dengan sifat over protektifnya? Ahh aku bisa gila jika memikirkan itu.." gerutu Zera yang hanya dibalas gelengan dari dady dan mommy nya yang tersenyum melihat putri nya kesal

"Kak, kau tak usah cemas dengan sifat kakek yang satu itu. Kau tak lupa kan kalau kakek tak bisa menolak keinginan kita juga? Bagaimana? Kau ingat? Kau ingat?" tanya Zhiva sambil menaik turunkan halis nya menggoda sang kakak agar tak kesal lagi

"Terserah saja. Aku sudah kenyang." ujar nya datar dan berlalu menuju kamar nya

"Hahhh bagaimana ini dad? Zera sangat tak setuju atas keputusan dady Antoni, aku takut Zera tak nyaman jika harus dipaksa" cemas Mommy sambil menatap sang dady

"Don't worry dear. Percaya pada dady Antoni,  dia sungguh sangat pintar mengambil hati cucu-cucu nya, kau tau itu kan? Dady Antoni pun sangat menyayangi mereka" ujar Nicollas mencoba menenangkan istri nya

"Iya mommy. Aku akan buat kakak tidak terpaksa untuk pindah. Mommy jangan hawatir yah" Zhiva pun ikut menenangkan mommy nya seraya memeluk sang mommy.

.
.
.
.
.

Sedari pagi, setelah acara sarapan bersama, hingga kini sudah waktu nya makan siang, Nyonya Dayma yang tak lain adalah Ibu dari Siaurin tak melihat anak nya keluar dari kamarnya. Padahal jika sedang libur seperti ini, dan ia tak ada jadwal keluar dengan sepupu cantik nya, Siaurin akan merecoki Ibu nya yang suka memasak atau pun membuat kue, atau menonton tv dengan sang Ayah yang tidak sedang pergi bekerja hingga membuat keributan, atau menghabiskan waktu dengan buku-buku di gazebo halaman belakang rumah nya.
Membuat Ibu satu anak itu melangkah kan kaki nya menuju kamar sang putri semata wayangnya. Mengetuk pintu kamar putrinya berkali-kali karna terkunci, padahal biasanya putri nya itu jarang sekali mengunci pintu kamarnya.

"Siaurin, sayang.. Ini Ibu." ujar ibu nya sambil terus mengetuk pintu kamar putrinya

"Ada apa sayang?" tanya Sandiaga yang mendengar keributan yang dibuat oleh istrinya

"Dari pagi tadi Siaurin tidak keluar kamar sayang. Aku cemas sekali. Pintu kamarnya pun terkunci" keluh sang ibu dengan raut cemas nya

"Siaurin, buka pintunya nak, ini Ayah." Ayah nya pun ikut mengetuk pintu kamar putrinya berusaha tenang

Tak lama pintu kamar Siaurin pun terbuka dan menampilkan wajah kusut Siaurin seperti baru saja terbangun

"Ada apa sih, ibu ayah, menganggu tidurku saja" gerutu Siaurin sambil mengucek matanya dan kembali berjalan ke kasur nya

"Hahh syukurlah kau tidak apa-apa" lega ibu nya seraya memeluk Siaurin yang masih setengah sadar

"Memang nya aku kenapa, bu?" tanya nya heran seraya menatap ibu nya

"Ibu hanya cemas, takut kau marah seperti Zera yang tak setuju tiba-tiba harus pindah ke korea"

Benar, tadi pagi Nyonya Marvell, menelfon adik iparnya, Nyonya Dayma, menanyakan apakah Siaurin marah karna ketiba-tibaan kabar dari sang kakek, dan menceritakan bagaimana keadaan Zera padanya, sehingga membuatnya ikut cemas, karna Zera dan Siaurin ini terlalu sama persis sikap dan sikap nya, hanya yang berbeda, Siaurin sedikit lebih ramah dari Zera yang terlihat lebih acuh.

"Ah soal itu, aku memang marah ibu." ujar nya merajuk seraya melipat kedua tangan nya didepan dada dan memalingkan wajah nya

"Oh my God.. Anak ku merajuk, hm?" goda sang ayah yang gemas melihat anak nya tiba-tiba merajuk itu

"Ish aku memang marah ayah. Kakek seenaknya saja menyuruh kita untuk pindah ke korea, bahkan kuliah ku pun harus pindah.. Dan aku harus jauh dari ayah dan ibu. Apalagi kalau mengingat sifat over protektif nya kakek... Astagaaa" keluh Siaurin seraya memijit pelipis nya

"Sayang, dengar ayah." ujar Sandiaga seraya berlutut dan menggenggam kedua tangan putrinya.

Siaurin pun menatap ayah nya yang tersenyum lembut padanya

"Kau tau kan Ayah dan ibu sangat menyayangimu?" tanya Ayah dan Siaurin pun mengangguk pelan

"Ayah sebenarnya berat sayang melepas mu tinggal dengan kakek, terlebih diluar negri, dan itu sangat jauh dari ibu dan ayah, kami tidak bisa memantau pertumbuhan putri kesayangan kami..." jeda sesaat "tapi kami pun tau, kakek meminta kami untuk mengizinkan putri kami tinggal bersamanya sudah ia pikirkan benar-benar, sayang..." ujar ayah dengan lembut dan tersenyum menenangkan

"Kau tau kan kalau kakek selama ini tinggal sendirian setelah nenek tak ada?"

Lagi, Siaurin menganggukkan kepalanya

"Dan kau tau kan kalau kakek sangat menyayangi kalian, bahkan mencintai kalian lebih dari apapun?"

Lagi-lagi Siaurin mengaggukkan kepalanya pelan

"Nah, jadi tolong, kabulkan keinginan kakek yang satu ini yah sayang. Kakek hanya ingin menghabiskan masa tua nya bersama cucu-cucu tercinta nya. Melihat perkembangan cucu-cucunya dengan matanya sendiri, membahagiakan cucu-cucunya dengan caranya sendiri. Hanya sesederhana itu sayang..." ujar ayah mencoba menjelaskan maksud baik sang kakek

"Ayah aku menyayangi mu...." ucap Siaurin seraya memeluk ayah nya dan menangis. "Aku akan kabulkan keinginan kakek" katanya dengan suara serak dan terendam oleh dada sang ayah.
Membuat ibu nya tersenyum lega.

.
.
.
.

"Kakak.. Aku masuk yah.." ujar Zhiva seraya memasuki kamar sang kakak dan mendapati kakaknya sedang berbaring diatas kasur

"Kak, jangan seperti ini. Aku sedih kalau kakak terpaksa.." katanya pelan yang telah duduk dibibir ranjang dan membelakangi kakaknya

"Aku tau kakak pasti mendengar ku kan?" tanya nya tapi tak mendapat respon apapun dari Zera

"Kak, kakak tau kan kalo aku sangat ingin tinggal dikorea? Bukan karna aku senang dengan korea, tapi karna aku sangat menyayangi kakek..... Aku... hiks... Aku selalu sedih jika melihat kakek sendirian. Terlebih jika kakek mengingat-ingat tentang nenek. Hati ku sakit sekali melihat kakek menangis. Jadi mungkin dengan kita menuruti permintaan nya untuk tinggal bersamanya, kakek akan bahagia kak... Aku ingin masa tua kakek penuh dengan kebahagiaan.. Hiks.. Hiks.." ucap Zhiva yang sudah terisak

"Aku pun tak ingin jauh dari dady dan mommy, hiks.. Tapi bagaimana kalau ini permintaan terakhir hiks.. Kakek kak.. Hiks.. Aku mohon kakak jangan terpaksa melakukan nya. Kakek sangat menyayangi kita...hiks.. Hiks.." lanjut nya dan masih terisak

"Bodoh, jangan menangis!" timpal Zera yang lantas memeluk adiknya.

Sebenarnya sedari tadi Zera memikirkan kakeknya dan kebimbangan nya mulai terkikis saat Zhiva datang dan mengutarakan isi hatinya.

"Iya, iya aku tidak terpaksa. Aku akan pindah ke korea demi kakek." ujar Zera masih memeluk adik nya sambil mengusap punggung adik nya yang masih berguncang kecil.

"Sudah jangan menangis. Kakak tidak terpaksa. Oke." Zera tersenyum menatap adiknya

Zhiva pun mengangguk dan tersenyum lalu kembali memeluk kakaknya.

.
.
.
.

Tbc

Wahh panjang sekali...
Aku harap tidak membosankan...
Votement nya yorobun juseyoooo 😄😘

Kamsahamnidaaa 😘😘😘

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang