Seoul, Korea Selatan
Mobil mewah dengan warna hitam legam nya berkilat menyilaukan terkena sinar matahari. Membawa para gadis Mahattan bersama sang Tuan besar ke mansion besar yang setiap masa libur selalu menjadi tempat persinggahan mereka.
Jadi sudah tak asing lagi bagi mereka menjalani kehidupan di korea, bahkan mereka pun bisa berbahasa korea dengan baik."Selamat datang Nona-Nona muda" sapa ketua maid mewakili para maid yang lain yang telah berjajar rapi menyambut kedatangan para tuan putri
Dasarnya memang Zhiva yang selalu terlihat ceria, dia membalas sapaan para maid tersebut dengan senyuman manisnya, membuat mata sipit nya menjadi seperti bulan sabit,
"Halo semua... Senang bisa bertemu kembali dengan kalian" sapa nya hangat
Yang dibalas anggukan dan pekikan gemas akan tingkah lucu dari sang nona termudaSiaurin hanya menanggapi dengan tersenyum simpul dan Zera yang terlihat sedikit, acuh...
Lalu setelah nya mereka memasuki kamarnya masing-masing yang telah disiapkan oleh sang kakek tercinta.
.
.
.Zera merebahkan tubuh nya diatas ranjang. Setelah seharian ini mengelilingi kota Seoul, lebih tepatnya menemani adik cerewet nya berbelanja. Matanya memandang langit-langit kamarnya dalam diam. Dari awal ia mulai meninggalkan wasington sampai saat ini, ia masih mendiami sang kakek.
Bukan, bukan karna ia marah atau terpaksa. Tapi ia masih sedikit tidak menyangka kalau hidup nya yang penuh dengan kebebasan harus tiba-tiba berubah menjadi seorang purti kerajaan Mahattan. Anggap ia berlebihan memikirkan hal itu, nyatanya memang seperti itu.
Dirinya, Siaurin bahkan Zhiva yang selalu menginginkan tinggal bersama sang kakek sangat tahu kalau sifat over protektif kakeknya itu sangat tidak membuat nyaman, walau memang sifat itu muncul karna kakek begitu mencintai cucu-cucunya.
Tapi, ayolah... Zera sungguh tak suka jika hidup nya harus dikawal kemana-mana, bahkan membawa mobil sendiri pun sekarang tak boleh.
Zera yakin bukan hanya dirinya yang frustasi memikirkan soal ini, tapi Siaurin juga begitu. Karna ia dan Siaurin sama-sama menyukai kebebasan. Tak suka jika hidup mereka harus serba diatur atau ditentukan ini dan itu nya.
"Hei, kau melamun yah..!!" teriak Siaurin yang sudah berkacak pinggang berdiri disisi ranjang nya dengan wajah memerah karna marah
"Oh.. Kau, sejak kapan berdiri disitu?" tanya Zera santai seraya menduduk kan tubuh nya tanpa rasa bersalah nya
"Aku sudah mengetuk pintu kamar mu dan memanggilmu berkali-kali.! Aku kira kau tidur ternyata kau malah melamun, huh!" omel Siaurin seraya mendudukan dirinya di sofa dekat dengan jendela
"Mianhae chagiyaa..." ujar Zera sambil terkekeh karna ia mulai menggunakan bahasa korea
"Wuoh.. Berbahasa korea heh?!" pekik Siaurin juga terkekeh mengejek Zera
"Apa yang salah memang? Kita berada dikorea bukan? Bahkan sudah hampir empat hari eoh seminggu mungkin..." timpalnya sambil mengendikan bahu, lalu berjalan menuju mini bar yg terletak dipojok kamar, meneguk habis botol cola yang masih tersisa diatas meja mini bar itu.
"Kau mau minum apa?" tanya Zera yang sedang membuka kulkas mini nya.
"Terserah apa saja" timpal Siaurin yang sudah memejamkan matanya dan meletakan kan kaki nya pada meja didepan nya. Tak tau sopan memang, tapi apa pedulinya, dikamar sepupu ceuk nya sendiri ini.
"Ada apa?" tanya Zera yang sudah duduk di sofa yang berhadapan dengan Siaurin dan meletakan satu botol cola diatas meja
"Tidak ada. Hanya ingin saja kemari." gumam Siaurin yang masih memejamkan matanya
"Zhiva sudah tidur?" tanya Zera
"Belum, tadi aku lihat dia sedang berbicara dengan kakek didekat kolam" jawabnya lalu mengambil botol colla dan meminumnya
"Sampai kapan kau akan mendiami kakek?" tanya Siaurin setelah meneguk minuman nya dan menyamankan posisi duduk nya
"Entahlah. Aku tak bermaksud begitu sebenarnya. Tapi, kau pun tau, apa penyebab nya mood ku selalu menjadi buruk." ujar Zera menyandarkan kepala nya pada sofa
"Yaa yaa aku mengerti, tapi kalau kau diam terus seperti ini malah akan membuat kakek sedih chagi dan semakin tak mengerti apa mau kita..." kata Siaurin sambil menatap Zera
Zera hanya diam tak merespon, lagi-lagi menatap langit-langit kamar nya dalam diam.
"Ayo lakukan sesuatu. Kau tak lupa kan kalau kakek tak pernah bisa menolak keinginan kita..." ujar Siaurin menatap Zera dengan binar mata penuh arti.
"Maksud mu?" tanya Zera tak mengerti
"Sudah hampir seminggu ini kita diam saja chagi, menuruti semua perintah kakek dan menerima semua perlakuan over protektifnya. Kita bukan liburan disini, yang artinya tidak hanya sebentar..." Siaurin menjeda ucapan nya membuat Zera semakin menautkan kening nya bingung, menunggu apa yang akan diucapakan oleh sepupu nya
"Mari kita sedikit keluarkan kartu kita. Aku yakin kakek pasti akan memikirkan nya." ujar Siaurin pelan seraya menatap intens Zera dan jangan lupakan seringaian tercetak jelas dari bibir si sepupu manis nya ini.
Dan setelah Zera memahami maksud dari ucapan si sepupu, ia pun sama menyeringai dan balik menatap Siaurin dengan binar penuh arti.
Di balik sikap penurut dan manja nya seorang Zera Mahattan dan Siaurin Mahattan, tak ada yang tau bahwa mereka itu memiliki kartu berbahaya yang selama ini hanya kedua nya yang tau. Bahkan si adik cantik mereka tak tau soal ini, karna mereka begitu menjaga adik kesayangan mereka.
.
.
.
.Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/178388502-288-k327547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
عاطفيةKisah tiga orang gadis cantik yang sangat menyayangi kakek nya dan tidak bisa membantah apapun keinginan kakek mereka. Dan sampai pada suatu ketika, keinginan sang kakek yang tak bisa terbantahkan itu justru membuat mereka bertemu dengan tiga pria t...