Chapter 4

29 4 1
                                    

Ternyata diluar dugaan. Yang awal nya Zera dan Siaurin sudah menyusun rencana untuk membujuk kakeknya, tapi belum juga mereka mengucapkan apapun, kakeknya sudah membuat mereka, Zera dan Siaurin, menatap tak percaya pada sang kakek yang duduk santai dihadapan mereka sambil sesekali menyesap kopi kesukaan nya, masih dengan mulut yang sedikit menganga karna terkejut

"K-Kakek tak salah ucap kan?" tanya Zera meyakinkan atas apa yang baru saja diucapkan kakeknya dan diangguki setuju oleh Siaurin yang duduk disebelah nya

"Ini kan yang kalian inginkan? Bisa mengendarai mobil sendiri dan pergi kemana pun tanpa pengawal? Bebas sesuka kalian?" kakeknya malah bertanya balik sambil menatap Siaurin dan Zera bergantian

Mereka pun mengangguk bersamaan

"Yasudah, kakek kabulkan. Dengan syarat tidak ada apartemen pribadi dan pulang lebih dari tengah malam. Mengerti?" ujar sang kakek dengan nada lembut namun tegas

Membuat Siaurin dan Zera segera memeluk kakeknya erat, menghujani ciuman diwajah sang kakek dan banyak kata terima kasih.

Membuat Zhiva yang duduk disofa single tersenyum senang karna bisa melihat wajah ceria kedua kakak nya lagi setelah beberapa waktu ini hanya sikap cuek dan diam nya mereka, terlebih kakak nya Zera, yang sama sekali tak banyak bicara seperti biasa yang suka mengomeli dia melebihi mommy mereka.

"Tunggu-tunggu.! Aku merasa heran. Pasti ada sesuatu yang membuat kakek dengan mudah nya memberi kebebasan pada kami.. Benar kan?" ujar Siaurin tiba-tiba melepas pelukan nya pada sang kakek dan memincingkan matanya pada kakeknya yang hanya terkekeh gemas.

Cucu-cucu tertua nya ini memang tidak sepolos Zhiva yang dapat dialibi dengan mudah.

"Jangan bilang kalau..... " timpal Zera yang juga menyadarinya

Kakek nya hanya mengendikkan bahu nya acuh saat ditatap curiga oleh kedua cucu manis nya ini

Lalu Zera dan Siaurin pun langsung memincingkan matanya pada adik mereka yang sekarang sedang tertawa dengan binar polos nya

"Aku hanya sedikit ber 'aigo' pada kakek kok..." ujar nya sambil terkekeh melihat kedua kakak nya menatap nya tak biasa.

.
.
.
.

Didekat kolam renang, Zhiva melihat kakeknya sedang duduk dikursi bersantai ditemani secangkir kopi kesukaan nya, beberapa camilan kecil dan buku tebal yang ada dipangkuan nya.
Jadi hobby membaca nya ini ternyata turun kepada putra nya dan juga cucu nya.

"Kakek~.... " sapa Zhiva memeluk kakek nya dari belakang membuat sang kakek sedikit berjengit kaget

"Ahh kau mengagetkan kakek princess" ujar sang kakek sambil mencolek hidung Zhiva yang hanya terkekeh dengan wajah tanpa dosa

"Kakek sedang apa?" tanya nya seraya duduk disamping kakek

"Membaca? Kau lihat bukan..." jawab kakek menatap Zhiva lalu mengusap kepala Zhiva sayang

"Apa aku tak mengganggu kakek?" tanya nya lagi

"Ada apa hm? Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu.. Ayo katakan pada kakek" ujar kakek seraya menyamankan posisi duduk nya menjadi berhadapan dengan cucu bungsu nya

"Ahh apa aku terlihat seperti itu?" tanya nya dengan binar mata polos nya, membuat sang kakek gemas sendiri

"Kau itu terlalu trasparan Princess. Tak pandai berbohong, apalagi pada kakek" ucap kakek sambil terus mengusap kepala Zhiva, membuat si empunya sangat nyaman dan malah mendusel kan wajah nya pada dada bidang sang kakek

"Uhh kakek... Aku sangat sangat menyayangimu. Berjanji untuk terus bahagia yah..." ujar nya sambil menatap kakek dan menyodorkan jari kelingking nya dihadapan sang kakek sedangkan tangan yang lain memeluk kakeknya

"Yaksuuu~…" timpal Zhiva menggoyang-goyang kan jari kelilingking nya

Membuat kakek nya tertawa sambil membalas meyodorkan kelilingking nya dan mengaitkan jari nya dengan jari mungil cucunya

"Yaksuu Princess...."

Lalu kedua nya tertawa bersama membuat Zhiva hampir melupakan tujuan awalnya menemui sang kakek

"Kakek... Sebenarnya aku memang ingin mengatakan sesuatu.. Tapi..." kata nya terpotong karna agak sedikit ragu dan takut mengatakan nya

"Tapi apa hm? Katakan saja jangan takut" Ujar kakek saat melihat ada sedikit rasa takut dari Zhiva

"Kakek tau kan kalau kak Zera dan kak Siaurin itu sangat menyukai kebebasan.. Bahkan mereka pernah marah pada dady dan paman Sandiaga saat mereka tau kalau mereka selalu diawasi oleh pengawal suruhan kakek...." cicit Zhiva masih memeluk sang kakek dan memainkan kancing baju sang kakek

"Hm.. Iya. Lalu..?"

"Aku.. Aku tak ingin mereka seperti itu juga pada kakek, aku tak ingin mereka terus-terus an bersikap acuh, terlebih kak Zera yang terus mendiamkan kakek.." lanjut nya

Dan kakek nya hanya diam menyimak dengan baik setiap kata yang diucapkan oleh cucu nya itu

"Jadi aku mohon pada kakek, untuk biarkan kak Zera dan kak Siaurin mengendarai mobil sendiri dan tanpa pengawal seperti biasa.."

"Hanya mereka berdua? Kau tidak?" tanya kakek nya heran karna hanya menyebutkan permohonan untuk kedua kakak nya saja

"Uhg.. Aku? Tidak.! Aniyoo... Aku suka pergi kemana-mana dengan supir dan beberapa pengawal, karna aku merasa seperti seorang putri dari kerajaan yang suka aku tonton kakek.. Aku suka menjadi seorang putri... Dan sampai suatu saat nanti akan ada seorang pangeran tampan dan gagah dengan kuda putih nya datang didepan istana, berlutut padaku lalu mencium tangan ku dan mengucapkan "Maukah kau menjadi permaisuri hatiku, Hidup bahagia bersamaku, Menjadi ibunda dari anak-anak ku..." Lalu aku..."

Ctak...

"Yak...!!! Kenapa kau memukulku kakak?!" kesal Zhiva sambil mengusap dahi nya yang tadi di sentil oleh Zera

"Hentikan omong kosong mu itu bocah" ucap Zera jengah yang tadi sempat mengantuk karna dongeng dadakan dari adik nya itu

"Aku kan hanya bercerita apa yang tadi aku katakan pada kakek..." rengek nya

"Ahh sudah hentikan drama kalian. Aku mengantuk. Selamat malam kakek.. Aku menyayangimu..." ucap Siaurin menghentikan perdebatan yang sudah tak jarang ia lihat, mencium pipi kakeknya lalu berlalu pergi dari ruang keluarga menuju kamar nya dilantai atas.

"Aku juga. Mimpi indah. Aku menyayangimu... " Zera pun melakukan apa yang tadi Siaurin lakukan

Walau sempat cuek dan acuh, Zera dan Siaurin sangat menyayangi kakeknya, sama hal nya seperti Zhiva

"Yasudah kalau begitu. Aku juga pamit kakek.  Selamat malam.. Aku mencintaimu..." pamit Zhiva mencium dan memeluk kakek nya lalu menyusul kedua kakak nya ke lantai atas dan memasuki kamar nya

"Hahhhh... Kurasa hidup ku sudah cukup bahagia bisa teramat disayangi dan dicintai oleh anak-anak dan cucu-cucu ku... Tinggal sebentar lagi.. Ku mohon bersabarlah... Hanya satu lagi... " gumam sang kakek sambil memejamkan matanya saat sudah merebah kan dirinya diatas ranjang king size nya,

"Kakek juga sangat menyayangi kalian... Bahkan mencintai kalian teramat sangat...." gumam nya lagi lalu setelah nya melayang kealam mimpi.

.
.
.
.




Tbc...

Votement nya juseyooo 😘😘

Kamsahamnidaaa....

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang