Jika Myungsoo bisa mengembalikan waktu, dia akan kembali ke masa itu. Masa kecil yang bahagia. Di mana menjadi anak-anak adalah hal yang paling menyenangkan di dunia. Tak peduli dengan masalah berat duniawi. Hanya bermain dan tertawa. Dan Suzy adalah pelengkapnya.
Saat ini Myungsu sedang menggendong Suzy. Dia terjatuh saat berlari menangkap capung di taman. Dia menangis kencang tadi. Untung berhasil Myungsu tenangkan. Sedang Myungsoo hanya melihat dengan wajah cemas. Usia mereka genap sepuluh tahun.
Di sore yang menampilkan langit yang lembayung itu, Myungsu kemudian bertanya pada Suzy tentang siapa yang akan dia nikahi suatu hari nanti saat mereka dewasa. Bocah cantik itu menjawab sambil tersenyum “Tentu saja aku akan menikahi Myungsu.”
Tidak tahukah dia seberapa berarti kalimat itu bagi Myungsu? Dan seberapa menyakitkan bagi Myungsoo?
Sore itu hening. Mereka melangkah di bawah matahari yang nyaris tenggelam. Myungsoo yang terdiam. Myungsu yang tersenyum. Suzy yang tertidur di atas punggung Myungsu.
Besoknya Suzy mengajak mereka bermain di rumahnya. Dia membisiki mereka sesuatu. Katanya dia ingin memainkan piano untuk mereka. Jadi sepasang kembar itu mengikutinya sampai ke dalam. Ruang tengah yang sederhana, ada satu piano berwarna putih. Dia duduk di atas bangku jati yang kokoh, lantas tersenyum, menarik nafas panjang, dan mulai menekan-nekan tuts piano dengan lihai. Umurnya baru sepuluh tahun, tapi permainannya benar-benar tak bisa diremehkan. Boleh dikatakan, dia hampir menyamai Hyun Zevole?
Nada-nada itu membuka mata Myungsoo seketika. Indah sekali.
Myungsoo akhirnya memutuskannya. Suatu saat nanti, dia akan bermain musik bersama Suzy. Myungsoo akan mempelajari setiap instrumen yang mungkin bisa mendampingi keinginan Suzy suatu saat nanti. Dia tak tahu gadis itu ingin menjadi apa. Myungsoo harap Suzy akan terus bermain.
Nada dari piano yang Suzy mainkan tak hanya menyentuh relung hati Myungsoo. Myungsu juga sama. Ada perasaan aneh yang berdebar-debar di jantungnya. Rasa menggelitik yang semakin lama semakin kencang.
Mimpi buruk itu datang setelahnya. Di sana, Myungsu mendengar suara musik yang terdengar samar. Musik yang katanya menjadi penghantar kematiannya. Dia jadi menghindari segala macam musik. Apapun itu. Dan mulai menyendiri sebagai seorang otaku.
Suzy selalu menyukai Myungsu sejak pertama kali mereka bertemu. Membiaskan keberadaan Myungsoo yang hanya bisa menjadi penonton.
Myungsoo selalu melihatnya. Bagaimana bocah bermata almond itu memandang Myungsu si malaikat pelindungnya. Myungsu selalu menyokong di belakangnya. Selalu paling sigap membantunya di depan. Selalu rela terluka untuk Suzy. Yang semakin memburamkan keberadaan Myungsoo.
Mungkin bagi Myungsoo, Suzy menganggap Myungsoo hanyalah proyeksi yang selalu berada di belakang Myungsu. Bertindak sebagai bayangan yang semakin gelap diterpa cahaya terang Myungsu. Keberadaannya tak akan mempengaruhi apa-apa. Suzy hanya butuh Myungsu.
Asumsi tak berdasar yang sampai mengakar di benaknya. Membuatnya malu untuk mengatakan perasaanya. Tapi ia ingin mengetahui satu hal. Satu hal yang terus mengganggunya sejak Suzy mengatakan bahwa ia akan menikahi Myungsu suatu saat nanti.
“Suzy, siapa yang akan kau nikahi nanti? Aku atau Myungsu?” Tanya Myungsoo di sore yang kemerah-merahan itu.
“Eh, bukankah sudah Myungsu tanyakan tempo hari?” Mereka sedang berada di koridor rumah sakit. Saat mereka bertamasya, mobil mereka kecelakaan. Myungsu menyelamatkan Suzy yang mengakibatkannya dirawat inap. Sudah tiga hari berlalu sejak Myungsu siuman. Wajah Suzy bengkak karena menangis. Sedang Myungsoo lebih terlihat tabah. Saat ini Suzy sudah bisa tersenyum. Mereka disuruh pulang oleh orang tua masing-masing meski Suzy sempat mencak-mencak menolak.
“Itu kan Myungsu yang menanyakannya, bukan aku.” Kata Myungsoo terdengar dalam, yang dijawab Suzy dengan santai.
“Tentu saja aku akan menikahi Myungsu.”
Myungsoo terdiam.
“Tapi kalau tidak bisa bersama Myungsu, bagaimana kalau dengan Myungsoo? Myungsoo suka memberikan barang-barang, sih. Seperti jepitan bulan sabit ini. Aku sangat menyukainya.” Suzy tersenyum polos. Memamerkan jepitan bulan sabit keemasan pemberian Myungsoo. Selalu terpasang di sisi rambutnya. Myungsoo memberikannya saat ulang tahun ke-sepuluh tahun Suzy. Saat di mana “rasa aneh” itu mulai tumbuh di hati Myungsoo. Tak mengerti perasaan yang membuncah itu. Mungkin karena Suzy sangat cantik. Mungkin begitu.
“Myungsoo juga sangat baik. Pasti besarnya akan jadi sangat tampan. Jadi idola sekolah. Punya pacar… ah… sembilan belas! Pasti. Kalau sudah begitu, siapa yang tidak ingin menikahi Myungsoo?”
Wajah Myungsoo terangkat. Matanya berbinar-binar. Dia melihat harapan itu bersinar di depan matanya. Seperti bias lampu jalan. Menyinari kegelapan. Dan selalu ada ujungnya.
Sebenarnya. Selalu ada harapan.“Aku ingin memakai hiasan rambut yang indah saat menikah nanti. Jepitan yang leeebih indah dari jepitan bulan sabit ini. Kira-kira di mana ya bisa kudapatkan? Pasti aku akan menjadi pengantin paling cantik di dunia!” Terang Suzy berapi-api disertai gerakan tangan yang heboh.
Myungsoo tertawa kecil. Tersenyum.
“Aku akan memberikannya untukmu, Suzy.”
Suzy sontak menoleh bersemangat.
“Janji?”
Myungsoo masih mempertahankan senyum itu. Lebih teduh. Menyenangkan.
“Janji.”
***fin***
Finally, i finished this story fiuuuh~😂 (alay deh emang udah finish dari dulu) tapi bener deh bikin sakit hati, ga? Mian karena endingnya seperti ini. Aku udah lama bikin story ini dari tahun lalu, saat musim panas, dan aku baru punya niat buat publishin di sini. Sebenarnya aku pen ngubah endingnya, tapiiiii dengan semua cerita yang ada dari awal sampe akhir, aku gatega ngubahnya, jadilaaaahh ini bukan sad ending, karena suzy bahagia, semua bahagia, myungsoo aja yang lagi mencoba berdamai dengan hati (lol) ahhh pokoknya miaaaan sebanyak-banyaknya bagi agan2 yang kecewa, buttt i dont have any regrets to make this ending. Thank you buat semua apresiasi kaliaaan omg im so touched 😭 thank you. Especially buat kalian yg masih sempat2nya komen di antara banyaknya kesibukan kalian, i know it's not that easy, i love you guys. Thank you, again.
Well, bye-bye. Meet me in the next project? (And in my current project lmao)
See ya soon 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
FanfictionThe twin brothers both love her. But she could only love one.