(4) Berharap

1.1K 163 33
                                    

88:12:47:59

Rana membuka pintu mobil milik Leander dengan senyum lebar. Kangen sama pacar hehehe.

"Kamu bukannya udah kelar kelas daritadi?" tanya Leander saat Rana menutup pintu.

"Iya, tadi aku abis ngambil barang," jelas gadis itu sambil mengangkat jaket di tangan kanannya.

"Oh, ketinggalan di siapa emang?"

"Di temen aku."

"Siapa?" tanya Leander memastikan bahwa yang ia lihat salah. Pria yang duduk di hadapan Rana tadi bukan siapa-siapa.

"Temen aku, Der.."

"Iya, namanya siapa?"

Rana menghela nafasnya. Ga ngerti, ya, kalau Rana gak mau Leander tau Javier siapa.

"Ada, lah. Temen aku baru kenal gitu," elak Rana. "Udah, ah, jalan aja yuk. Aku laper."

"Namanya, Ran. Aku cuman butuh nama," tegas Leander.

"Buat apa, sih? Toh dia bukan siapa-siapa."

"Kalo bukan siapa-siapa, kenapa gak mau kasih tau namanya?"

Duh, sumpah, Rana gondok setengah mati. Ya, kan, Rana juga ga bakal ketemu Javier lagi, kenapa sih Leander sampai perlu tau namanya?

"Javier," bisik Rana kesal.

"Siapa? Aku gak kedengeran?"

"JAVIER! Udah, ah! Ayo jalan, aku mau makan," suruh Rana.

"Kenapa, sih, kamu ditanyain nama doang susah abnget?" omel Leander.

"Kenapa kamu kepo banget, deh? Aku cuman ambil barang, Der. Gak lebih. Kamu kira aku selingkuh?"

"Ya, abis, temen mana yang ngelus kepala cewek yang udah punya cowok? Kamu kira aku gak liat dia ngelus kepala kamu sebelum keluar?"

"Ngelus doang loh, astaga. Kamu juga biasa gituin aku sama Lorisa."

"Itu, kan, beda!" bela Leander. "Lorisa teman dekat kamu, udah aku anggep adek sendiri."

Rana menarik nafasnya. Capek debat sama orang yang gak bisa diajak damai. Yang waras ngalah, kan?

"Yaudah, terserah kamu, lah. Aku mau pulang aja, udah ga mood makan," ucap Rana mengalah sembari memainkan handphonenya. Sebuah notifikasi muncul diatas layar handphone gadis itu.

My Hero: you okay?

Mata Rana langsung terangkat, mencari keberadaan Javier di sekitar Vintage Cafe. Di depan pintu cafe, Javier berdiri dengan tatapan cemas. Baju lengan panjangnya kini tertutupi jaket denim, di tangan kirinya ada helm full face yang tidak dikenakan.

Javier hendak pulang.

Rana dengan segera mengetik balasan untuk Javier.

Derana: I'm fine. Talk to you later.

Rana mengunci handphonenya dan menaruh benda itu diatas kakinya dengan posisi terbalik. Ia tidak ingin melihat notifikasi Javier yang masuk ke handphonenya. Bawaannya mau dibuka aja gitu. Bikin penasaran.

"Yuk, pulang," ajak Rana sebelum pikirannya terus memikirkan Javier.

Dengan pasrah Leander mengantar Rana kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan mereka lalui dengan kondisi canggung. Keduanya masih tidak ada yang ingin membuka pembicaraan.,

Duh, hening banget. Tapi kalo ngomong malah gengsi, kan tadi abis berantem. Masa baru bentar aja udah luluh lagi? batin Rana dalam hati. Tapi gatel juga woi diem-dieman begini.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang