38:07:02:12
Javier mematung di depan pintu rumah Rana dengan sekotak kado yang baru ia beli kemarin.
Hari ini Rana ulang tahun, dan Rana benar-benar lupa kalau Mamanya suka bikin acara di rumah. Singkat cerita, Javier baru diundang kemarin malam, jam 8 malam.
Gimana gak ngeselin, coba?
Pria itu melakukan yang ia bisa dalam waktu 2 jam sebelum mall tutup, dan pilihannya jatuh pada satu set peralatan mandi dan parfum dengan wangi yang sama.
Vanilla.
Di dalam kantung celananya terdapat sebuah kalung yang ia beli saat melewati lantai dasar mall kemarin. Kalung sederhana dengan silindris emas di ujungnya yang mengartikan keseimbangan, bahwa hidup tidak dibangun diatas kesempurnaan, melainkan imbang.
Samar-samar Javier bisa mendengar suara tawa Rana dari dalam rumah. Dengan segala kesanggupan dan iman yang ada, Javier akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Sekali, tidak ada jawaban.
Kedua kali, tidak ada jawaban.
Tangan Javier tergerak untuk mengetuk ketiga kalinya, tapi pintu rumah Rana langsung terbuka. Seorang wanita yang mirip dengan Rana tersenyum ke arah Javier.
Sekarang Javier tau cantiknya Rana turun dari mana.
Bukan dari Mamanya.
Ga deh.. Kecantikan Mama Rana sebelas dua belas lah sama anaknya.
Javier tersenyum kecil. "Siang, Tante. Saya-"
"Mau nganter paket, ya?" potong Mama Gina saat melirik sebuah kotak di tangan Javier.
"Eh?"
Mama Gina langsung mengambil paket dari tangan Javier. "Makasih, ya, mas! Maaf saya buru-buru, lagi masak soalnya. Takut gosong," ucap Mama Gina sebelum pintu rumah Rana ditutup di depannya.
Javier menganga.
Baju rapih, muka ganteng, rambut di gel, dan masih dibilang mas-mas anter paket barang?!!
Javier mengetuk pintu rumah Rana lagi, dan lagi-lagi Mama Gina yang buka pintunya.
"Kenapa lagi, sih, mas?" tanya Mama Gina gemas. Kotak dari Javier sudah hilang dari tangannya dan digantikan dengan sarung tangan kain anti panas.
"Saya kesini bukan buat anter barang, Tante. Saya di-"
"Javier?" kali ini suara kecil dibalik Mama Gina yang memotong pembicaraan Javier. Suara Rana.
Javier tersenyum lebar saat melihat Rana. Hari ini gadis itu menggunakan dress berwarna putih yang jatuh sedikit dibawah lututnya. Rambut hitamnya dibuat bergelombang dan dibiarkan digerai membingkai wajahnya membuat wajah Rana jauh lebih manis.
Tolong. Rasanya Javier bisa diabetes.
Mama Gina menoleh ke arah anak gadisnya. "Loh? Kamu kenal tukang paket ini?" tanya Mama Gina bingung.
"Paket?"
"Iya! Paket Barang. Tadi datang-datang nganter kotak gitu," ucap Mama Gina.
"Ini teman Rana, Ma! Bukan tukang paket!" seru Rana histeris. Gadis itu menggenggam tangan Javier lalu menarik pria itu ke dalam rumahnya.
"Permisi, Tante," izin Javier saat melewati Mama Gina. Kan gak sopan kalau gak izin.
Rumah Rana dapat dibilang cukup besar. Rumah yang didominasi dengan warna putih minimalis membuat rumah itu terlihat jauh lebih besar. Ruang makan rumah itu sudah didekorasi dengan hiasan dan tulisan 'Happy Birthday' yang besar di tengah temboknya. Di sisi lain rumah terdapat sebuah proyektor yang ditembakan ke tembok putih polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
Teen FictionKehidupan Derana berubah saat jam di tangan kirinya berdetak. 90:23:59:36. Konon katanya saat angka menyentuh 00:00:00:00, Rana akan menemukan siapa jodohnya, yang akan bersamanya seumur hidup. Mungkin Leander, kekasihnya selama 4 tahun, atau mungki...