Maafkan aku yang kelar ujian langsung mentok idenya.
*****
48:12:04:13
Javier memarkirkan motornya saat sudah sampai di tempat tujuan.
"Kita dimana?" tanya Rana saat ia menyadari tidak ada satupun yg familiar di daerah itu. Mereka berada di ruko-ruko dekat perumahan.
"Makan es krim," jawab Javier dengan senyum dari ujung telinga ke ujung lainnya.
Sumpah, Rana bisa ngeliat senyum Javier kayak gitu kapanpun. Bawaannya langsung ikutan seneng.
"Lo suka banget sama es krim?" tanya Rana. Javier berjalan di depannya, memimpin perjalanan ke arah toko es krim kesukaannya.
"Banget. Gue dulu suka kesini bareng bokap gue."
"Dulu?"
"Bokap gue udah meninggal," Javier menjawab masih dengan senyum lebar di wajahnya.
"Eh, sorry, gue gak tau."
Javier menggeleng kecil. "Udah lama juga. Meninggalnya juga tenang..."
Rana berjalan sembari menundukkan kepalanya. Rasa bersalah benar-benar menggerogoti hati Rana. Dodol dodol dodol! Gimana kalau nanti-
"Tenang, gak akan digentayangin." Perkataan Javier memotong pikiran Rana.
"Lo cenayang ya? Kok bisa baca pikiran gue, sih?"
Javier membuka pintu tempat es krim itu dan membiarkan Rana masuk. Udara dingin langsung menyambut mereka berdua saat pertama kali menginjakkan kaki.
Javier mengacak rambut Rana saat gadis itu melewati sisinya. "Lo kebaca banget, Ran," balas Javier sambil terkekeh kecil.
Demi apapun, satu sentuhan dari Javier bisa membuat tubuh Rana merinding dari ujung rambut sampai ujung kaki. Hatinya berdesir. Rana rindu perasaan ini.
Gadis itu mendatangi belasan rasa es krim seperti anak kecil.
"Mbak, boleh cobain dulu?" tanya Rana dengan senyum lebar.
"Boleh," jawab pelayan yang sedang menjaga. "Mau rasa apa?"
Mata Rana langsung mencari rasa yang ia wajib cobai. "Regal!" balas Rana girang saat melihat rasa kesukaannya.
Pelayan itu mengambilkan sebuah sendok kayu dan menyendok es krim rasa regal tersebut. Rana langsung mengambil benda mungil itu dan memasukannya ke mulut.
"Enak?" tanya Javier dengan senyum di bibirnya. Jarang ia melihat Rana segirang ini.
Rana menjawab dengan anggukkan.
"Cobain, dong!" Javier langsung menggenggam tangan Rana dan mengarahkan sendok kayu dengan setengah es krim rasa regal yang sudah dimakan Rana ke mulutnya. Lidahnya meresap semua rasa yang ada dan mulutnya kembali tersenyum. "Enak!" responnya setelah menelan es krim di mulutnya.
Di sisi lain, pipi Rana sudah merah merona. Ia menarik tangannya dari genggaman Javier lalu beralih ke pelayan dan memesan pesanannya secara buru-buru.
"Totalnya jadi 50 ribu," sebut pelayan saat mereka melakukan pembayaran. Rana mengeluarkan uang kertas berwarna biru dari dompetnya bersamaan dengan Javier yang memberikan kartu kreditnya untuk membayar.
"Eh! Gue bayar sendiri aja!" potong Rana.
"Gak usah, gue aja," balas Javier. Ya masa cewek bayar?
"Tapi kan gue masih bisa bayar," rajuk Rana kesal. Ia mengepalkan uang 50 ribu itu lalu memasukannya ke kantong Javier.
"Dih, kan udah gue bilang ga usah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
Teen FictionKehidupan Derana berubah saat jam di tangan kirinya berdetak. 90:23:59:36. Konon katanya saat angka menyentuh 00:00:00:00, Rana akan menemukan siapa jodohnya, yang akan bersamanya seumur hidup. Mungkin Leander, kekasihnya selama 4 tahun, atau mungki...