68:10:29:09
Suasana siang itu terasa sangat menegangkan bagi Rana. Jantungnya memompa darah lebih cepat dari biasanya. Otaknya tidak bisa berhenti berpikir. Suara hati dan logikanya bertarung.
9 hari setelah kejadian di restoran, Leander akhirnya menghubungi Rana. Selama sembilan hari itu, Rana tidak bertemu ataupun mendengar kabar dari Leander.
Tidak ada sama sekali.
Gimana gak panik coba cowok lo tiba-tiba ngilang begitu?
Rana tidak ingin membicarakan hal ini di telfon, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu dan membicarakan hal ini baik-baik. Pikiran-pikiran aneh tentang alasan kenapa Leander menghilang mulai muncul, tetapi langsung ditepis oleh Rana. Ia harus mendengarkan penjelasan Leander sebelum menghakiminya.
"Sorry, aku tadi kejebak macet."
Suara dan kalimat yang ingin Rana dengar 9 hari yang lalu. Sudah basi.
"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulut Rana.
Leander menarik kursi dihadapan Rana lalu mendudukinya, tidak membawa apa-apa. Hanya dia, dompet, dan kunci mobilnya.
"Kamu ngambek?" tanya Leander lagi.
Astaga, ya Tuhan, boleh ngamuk ga sih?! Menurut lo aja siapa yang ga ngambek ditinggal 9 hari ga ada kabar?! batin Rana dalam hati. Ia mengambil nafas dalam untuk menenangkan jiwanya yang bergejolak ingin menyayat pria didepannya ini.
"Menurut kamu aja," jawab Rana sekenannya, masih dengan nada datar, takut-takut kalau ia bicara lebih banyak, amarahnya yang akan keluar.
"Kamu marah, ya?" tanya Leander lagi. "Jangan marah dong, Sayang."
Rana memandang pria itu tidak percaya. Bisa-bisanya dia bilang ke Rana buat ga marah?
"Gimana gak marah, Jakun Kuda?!" omel Rana setelah berusaha menahan setengah mati. "Aku udah nungguin kamu di restoran satu jam lebih tapi kamu gak dateng-dateng tau, gak? Aku udah sampai diusir sama mbak-mbaknya!"
"Maaf..."
"Minta maaf gampang banget, ya?" sindir Rana lagi. Ga peduli deh nanti Leander gimana. "Kamu nyakitin aku, kamu tinggal bilang minta maaf, terus ngarep aku maafin gitu aja?"
"Terus kamu maunya aku ngapain?" tanya Leander bingung dengan perilaku kekasihnya.
"Ya, seengga-engganya jelasin kenapa kamu hari itu gak dateng!"
"Aku mendadak harus pergi, terus handphone aku kecemplung di kamar mandi, jadi aku gak bisa ngabarin kamu," jelas Leander.
Rana mencari kebohongan atau keraguan dari perkataan Leander, tapi ia tidak menemukannya.
"Kamu, kan, bisa pinjem handphone orang lain buat ngabarin aku. Kamu afal nomor aku, kan?"
Leander tampak sedikit terkejut, tapi kemudian ia mengangguk. "Maaf, aku gak kepikiran."
"Gak kepikirannya 9 hari," gumam Rana cukup kencang agar didengar oleh pria itu. "Emang, enak banget ya rasanya gak perlu ngabarin ceweknya ini itu. Puas kamu 9 hari kayak gitu?" tanya Rana kesal. Ya kali gak kepikirannya selama itu. Gak masuk diakal.
Leander menggeleng pelan. "Engga," jawabnya lirih.
"Gak puas?" tanya Rana lagi. "Ya udah, dilanjutin aja gak ngabarin aku selamanya, gimana?"
Mata pria itu langsung melotot. "Kok kamu ngomongnya gitu, sih?"
"Abisnya kamu kayak ga mentingin aku lagi," balas Rana tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
Teen FictionKehidupan Derana berubah saat jam di tangan kirinya berdetak. 90:23:59:36. Konon katanya saat angka menyentuh 00:00:00:00, Rana akan menemukan siapa jodohnya, yang akan bersamanya seumur hidup. Mungkin Leander, kekasihnya selama 4 tahun, atau mungki...