Setelah selesai menunaikan ibadah salat insya, Illa buru buru melangkahkan kaki ke dapur. Sedikit pun ia tidak menoleh kearah ruang tamu padahal diruang tamu ada mata yang sedang memperhatikannya lekat lekat. Illa mencari cari keberadaan ibunya dan ada pasal apa ibunya masuk ke kamarnya saat ia sedang shalat tadi.
"Ma, tadi mama masuk ke kamar Illa kenapa?" Tanya Illa pada Linda yang sedang menyediakan minuman.
Linda melirik sebentar kearah putrinya dan menyerahkan nampan yang berisi 2 cangkir teh hangat kepada Illa dan menginstruksinya untuk membawa nampan itu ke ruang tamu. Illa menuruti perintah ibunya, dan membawa nampan itu menuju keruang tamu.
Sampai diruang tamu Illa benar benar terkejut, nampan yang ia bawa pun hampir saja jatuh karena dirinya. Ia mendapati Aslan tengah duduk diruang tamu rumahnya dan dihadapannya Aslan terdapat ayahnya yang tengah mewawancarai Aslan.
Aslan yang menyadari akan kehadiran Illa mengalihkan pandangan dari ayahnya ke Illa. Illa yang memakai gaun tidur terlihat beribu kali lebih cantik dari gadis gadis yang ia pacari yang memakai gaun mahal tapi kalah cantik dari Illa.
Illa langsung menyungguhkan teh hangat itu kepada Aslan dan ayahnya. Illa pun melenggang pergi dari hadapan ayahnya dan Aslan, tetapi Aslan masih belum bisa melepaskan pandangnya dari Illa.
Kembali ayah Illa menyungguhkan pertanyaan demi pertanyaan kepada Aslan. Karena merasa tenggorokannya sudah kering akibat terlalu banyak memberi pertanyaan kepada remaja didepannya ini, Leo pun meminum teh hangat yang berada dihadapannya dan juga mempersilahkan Aslan untuk meminum.
Aslan pun meminum dengan telaten teh hangat itu, ayah Illa yang juga sedang meminum teh tanpa sengaja memperhatikan bibir remaja lelaki yang berada dihadapannya ini. Bibir Aslan terlihat gelap dan itu membuktikan sekali bahwa ia adalah seorang perokok.
"Kamu ngerokok ya?" Tanya Leo pada Aslan.
Aslan benar benar gelagapan sekarang. Jika ia menjawab 'iya' bisa bisa ia tidak diizinkan pergi dengan Illa, tetapi jika ia menjawab dengan 'tidak' maka ia akan dicap menjadi pembohong dan ujung ujungnya sama juga. Akhirnya Aslan memilih untuk jujur, Aslan menjawab dengan 'iya' dan ia tidak tau bagaimana reaksi dari lelaki dewasa dihadapannya ini yang sudah paruh baya.
"Iya." Jawab Aslan santai.
Leo hanya mengangguk anggukkan kepalanya, setidaknya ia sedikit bangga terhadap remaja yang ada dihadapannya ini sebab ia berani untuk jujur.
"Udah malam, kamu ngak mau pulang?" Tanya Leo kepada remaja laki laki yang berada dihadapannya ini, juga sedikit memberi pertanda kepada lelaki remaja ini bahwa ia sedang diusir secara halus.
Mendengar itu, sedikit terbersit kekecewaan dan terkejut. Aslan langsung menanyakan apakah ayah dari Illa ini mengizinkan atau tidak anaknya diajak keluar malam ini bersama dirinya.
"Tapi om.." ucap Aslan terputus.
"Tapi kenapa?" Jawab Leo yang sudah mengerti arah pembicaraan remaja dihadapannya ini.
"Saya minta izin, buat keluar bareng Illa. Boleh ngak om?" Tanya Aslan pada Leo.
Leo membuang nafas gusar kesembarang arah. Ia juga bingung harus menjawab 'iya' atau 'tidak' sedari tadi ia menanyakan banyak pertanyaan kepada remaja dihadapannya ini untuk membuatnya lupa dengan ini.
Semua pertanyaan yang dilontarkannya pada Aslan dapat dijawab dengan baik, terbukti remaja dihadapannya ini tidak akan mencelakakan anaknya, tapi laki laki itu buaya, bisa saja baik dihadapannya dan jahat dibelakangnya.
"Saya mengizinkan kamu untuk pergi asalkan kamu beri tahu saya alamat rumah kamu, nama lengkap kamu, nama orang tua kamu, nomor telepon kamu dan orang tua kamu. Bagaimana?setuju?" Tanya Leo pada Aslan.
Ia sengaja meminta identitas diri Aslan, agar jika terjadi sesuatu ia bisa dengan mudah menghubungi Aslan dan keluarganya.
Aslan pun menyetujui keinginan ayah dari Illa ini. Ia langsung memberi kontak dirinya dan orang tuannya juga memberi tahu nama lengkapnya dan alamatnya.
Setelah itu ayah Illa melenggang pergi dari hadapan Aslan menuju kekamar anak gadis satu satunya itu.
🍑🍑🍑
Illa sedang tidur di kamarnya menghadap ke langit langit kamarnya. Ia sedang menebak nebak apakah ayahnya mengizinkan ia pergi bersama Aslan atau tidak. Sesekali ia membuka pintu kamarnya sedikit untuk menguping pembicaraan antara ayahnya dan Aslan.
Pembicaraan mereka yang sempat didengar oleh Illa adalah ayahnya meminta nomor telepon Aslan dan orang tuanya, entah untuk apa Illa pun tak tahu.
Setelah itu Illa menghabiskan waktunya dengan berbaring diatas kasurnya, memainkan game yang ada diponselnya, membaca novel, dan sekarang berbaring dengan terlentang menghadap ke langit langit kamar.
Tiba tiba terdengar suara pintu yang terbuka, Illa melirik kearah pintu kamarnya dan didapatinya ayahnya tengah berdiri disana. Ayahnya dengan langkah tegap melangkah kearahnya dan mengelus lembut puncak kepala Illa sambil mengatakan.
"Ayah izinin kamu pergi, tapi kalau kamu diapa apain sama cowok itu, telepon ayah ya yang cepat." Ucap ayahnya dan melenggang pergi keluar dari kamar Illa.
Illa yang dibuat terkejut hebat dengan perkataan ayahnya tadi. Sebelumnya ayahnya bersi-keras untuk tidak mengizinkan Illa keluar malam hari bersama teman temannya, tetapi mengapa sekarang ayahnya dengan cepat langsung mengizinkan Illa keluar bersama Aslan.
Illa tak tunggu diam lagi, ia langsung Menganti gaun tidurnya dengan kemeja kotak kotak berwarna hitam putih, jeans hitam, juga sepatunya Adidas yang berwarna senada dengan warna bajunya, lalu ia memoleskan make up tipis tipis diwajahnya agar ia sedikit terlihat segar, make up yang ia poles pun hanya mosturizer, bedak bayi, dan lipsbalm yang memiliki warna yang natural, dan tak lupa ia mengkucir kuda rambutnya. Setelah dipastikan semua sudah selesai Illa keluar dari kamarnya dan menjumpai Aslan yang masih berada diruang tamu rumahnya yang kini tengah sibuk memainkan iphone miliknya.
"Aslan." Panggil Illa terhadap Aslan.
Aslan langsung mengalihkan pandangannya dari iPhone nya kearah Illa berada sekarang. Illa tampil begitu cantik walaupun dengan berpakaian yang begitu sederhana.
▶▶▶
Aslan dan Illa kini sudah sampai ditempat makan sate taichan Senayan. Sebelum ke sini, Illa dan Aslan sempat mampir beberapa saat di super market disana Illa dibelikan es krim dan coklat. Kata Aslan nanti ia akan menunggu lama di sate taichan, jadi untuk jaga jaga Aslan membelinya cemilan.
Sampai di sate taichan Senayan bisa dibilang Aslan dan Illa adalah pengunjung pertama malam ini. Illa yang masih sibuk dengan es krim rasa stroberi ditangannya ini sampai tidak menyadari bahwa sedari tadi mata Aslan tidak lepas dari Illa.
Sesekali Aslan mengambil foto Illa dengan kamera ponselnya. Aslan sekarang merasa gembira, usaha nya tadi menjawab pertanyaan pertanyaan ayah dari gadis dihadapannya ini tidak sia sia.
Karena terlalu asyik dengan eskrimnya, Illa sampai tidak tahu jika Aslan kini dengan nikmatnya tengah menyesap rokok. Tiba-tiba Illa merasakan kepungan rokok dihadapannya. Ia mendapati Aslan yang tengah melihat kearahnya juga tengah menyesap nikmat rokok yang terselip antara jari telunjuk dan jari tengah.
Illa reflek langsung menutup hidungnya dan berdiri dari hadapan Aslan. Illa benar benar tidak suka asap rokok, dulu ayahnya juga perokok tetapi ayahnya berhenti merokok setelah melihat putrinya kerap kali batuk batuk saat mencium asap rokok ulahnya.
Aslan terkejut melihat reaksi Illa, ia baru ingat bahwa Illa tidak suka asap rokok. Ia langsung mematikan rokoknya itu dan menarik kan kembali Illa yang berdiri untuk duduk.
"Maaf ya." Kata Aslan pada Illa.
Illa hanya tersenyum dan mengangguk kikuk.
🍑🍑🍑
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Boy
Ficção Adolescente••• Bagaimana perasaanmu, saat semua kejadian yang begitu menyenangkan sampai merenggut separuh memorimu untuk mengingatnya hanyalah sekedar mimpi? Dan, bagaimana perasaanmu jika sebenarnya mimpimu adalah hal yang sulit untuk dijelaskan? Ini adalah...