chapter 7

3.2K 138 0
                                    

Jantung Illa sekarang berpacu dengan cepat, selepas dari rasa nyaman berada dipelukan Aslan. Illa kini berhadapan bahkan sangat dekat dan bertatapan mata dengan Aslan.

Selanjutnya, Illa memutuskan kontak mata dengan Aslan. Dan, pergi meninggalkan Aslan sendiri. Illa masuk kedalam kelas, dan sialnya guru mata pelajaran kimia sudah ada didalam kelas. Mau tak mau, Illa harus berhadapan dengan guru yang terkenal galak itu.

Beberapa menit setelah Illa masuk kekelas, dibelakangnya disusul Aslan. Aslan dengan wajah yang santai, baju seragamnya yang seharusnya dimasukkan kedalam celana sekarang sudah berada diluar, dan lebih parah lagi dasinya sudah tidak terpakai lagi ditambah rambutnya sangat berantakan membuat ia terlihat beribu kali lebih tampan.

Melihat keadaan itu, Illa kesulitan untuk menelan salivanya sendiri disebabkan oleh dua faktor yang sedang ia hadapi sekarang.

Faktor pertama yang mampu membuat Illa bercucuran keringat dingin adalah, ia harus dihadapkan pada guru kimia-nya yang kelihatan tampak sangat marah sekarang.

Dan, faktor kedua yang mampu membuatnya gugup adalah, Aslan yang sekarang sedang berada dihadapannya dengan ketampanan yang berkali kali lipat dari biasanya.

Kini Illa dan Aslan berdiri didepan kelas bersebelahan. Illa yang masih merasa gugup dan takut berdiri dengan menundukkan kepalanya kebawah, sedangkan Aslan dengan santainya menjawab pertanyaan yang diajukan guru padanya.

"Illa!" Panggil buk Lasmi (guru kimia-nya) terhadap Illa.

Illa secara spontan langsung mengangkat kepalanya menghadap kearah buk Lasmi.

"Kenapa kamu bisa terlambat masuk kekelas tepatnya kelas mata pelajaran saya?" Tanya buk Lasmi dengan nada tegas.

Illa menelan salivanya mendengar pertanyaan dari guru kimia-nya ini. Tidak mungkin Illa harus menjawab jujur, jika ia menjawab jujur. Bisa bisa, gurunya akan memberinya surat panggilan untuk kedua orang tuanya. Tetapi, jika ia harus berbohong, kata guru ngajinya ia akan berdosa.

Demi kebaikan dirinya, akhirnya Illa harus berbohong.

"Tadi, saya dipanggil sama ibu Dara." Ucap Illa singkat tapi sopan.

Aslan tersenyum kearah Illa mendengar pernyataan bohong yang terlontar dari mulut gadis yang berada disebelahnya saat ini.

"Ada apa kamu sampai dipanggil sama ibu Dara?" Buk Lasmi, kembali bertanya pada Illa.

Illa sempat bingung harus menjawab apa pertanyaan yang diberi buk Lasmi padanya. Aslan, yang menyadari kebingungan Illa langsung menjawab pertanyaan dari ibuk Lasmi.

"Kepo banget sih buk." Ucap Aslan spontan pada buk Lasmi yang masih menatap kearah Illa menunggu jawaban dari Illa.

Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Aslan, ibu Lasmi mengalihkan pandangannya dari Illa ke Aslan. Dan, buk Lasmi juga bangkit dari tempat duduknya, dan berdiri dihadapan aslan.

Saat berdiri dihadapan Aslan, ibu Lasmi terlihat lebih pendek walau dengan sepatu dilapisi tumit tinggi itu menempel dikakinya.

"Kamu berani ya ngejawab ibu!" Kata buk Lasmi dengan tatapan marah dihadapan Aslan.

Aslan tidak merubah ekspresi wajahnya sedikit pun. Ia, masih terlihat santai sama seperti ekspresi nya sedari tadi.

"Sekarang, kalian keluar dari kelas saya sekarang. Dan, kalian berdua hormat bendera sampai kelas saya selesai." Pinta buk Lasmi dengan dipenuhi amarah yang menggebu-gebu.

◀◀◀

Kini, Illa dan Aslan sudah berada di lapangan tepatnya didepan tiang bendera yang menjulang tinggi. Illa sempat mengernyit merasakan cuaca panas hari ini yang mampu membakar kulitnya.

Illa tanpa aba aba langsung berdiri dan menghormat kearah tiang bendera sambil mendongakkan kepalanya keatas menatap bendera yang bertengger diujung tiang tinggi ini.

Aslan mengamati Illa dengan waktu yang singkat, melihat Illa yang sudah melakukan perintah dari guru kimia mereka, Aslan akhirnya juga melakukan hal yang sama.

Sesekali Aslan melirik kearah jam tangannya yang berwarna hitam pekat dipenggelangan tangannya. Baru sepuluh menit ia dan Illa berdiri berdampingan dengan posisinya menghormat kearah bendera membuatnya benar benar gerah dan merasa kasihan pada gadis yang berada disebelah nya saat ini.

Aslan kini sudah tidak dengan posisi menghormat ke arah bendera. Ia, lebih memilih memperhatikan Illa yang tampak kepanasan dengan keringat yang sudah bercucuran diwajahnya. Entah mendapat perintah dari mana, tangan Aslan maju kedekat wajah Illa dan mengeringkan keringat itu.

Illa yang terkejut langsung menghadap kearah Aslan. Aslan yang menyadarinya langsung memberikan senyuman termanisnya kearah Illa. Dan, terjadi kontak mata yang tidak begitu lama antar mereka berdua. Selepasnya, Illa kembali memposisikan dirinya menghormat kearah bendera.

Sekarang Aslan benar benar tidak tega melihat Illa yang entah sudah berapa kali menyerka keringatnya sendiri dan mengkipas kipas tangan nya.

Aslan langsung menarik pergelangan tangan Illa. Dan, langsung mengajak Illa pergi dari tempat ia berdiri sekarang. Illa dibuat tercengang dengan perlakuan Aslan yang ketiga kali nya ini yang dapat membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Kali ini, Illa benar benar harus melawan perasaannya ini. Agar, ia tidak terlihat gugup didepan Aslan sekarang. Setelah ia yakin bahwa hatinya cukup tenang, Illa pun berani menghentikan langkahnya yang juga membuat Aslan terhenti.

Sontak Aslan langsung memandang wajah Illa.

"Kenapa?" Tanya Aslan.

Hatinya memang tidak dapat diajak bekerja sama dengan otak. Hatinya kembali tak karuan, setelah Aslan berbalik dan melihat kearahnya dengan bulir bulir keringat yang ada diwajahnya membuatnya semakin menjadi jadi ketampanannya.

"Lo mau bawa gue kemana?" Kini Illa mampu melontarkan kalimatnya tanpa terbata bata.

Aslan sudah tidak menghiraukan pertanyaan dari Illa. Ia, kembali menarik Illa yang tangannya Illa berhasil ia genggam dengan sempurna.

Sekarang Aslan dan Illa berada di kantin sekolah. Aslan langsung menuju kearah kulkas yang disana terdapat banyak minuman yang dapat menghilangkan kehausan hakiki yang sedari tadi dirasakan oleh Illa dan Aslan.

Aslan meraih dua minuman itu, lalu memberikan satu pada Illa. Illa yang sangat kehausan langsung meneguknya dengan ritme yang cepat.

"Haus banget ya?" Tanya Aslan yang kini memposisikan dirinya disamping Illa yang sedang duduk di salah satu kursi yang tersedia di kantin.

Setelah lama duduk disana, Aslan benar benar tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Illa. Illa terlihat jauh lebih manis dari biasanya.

Entah perasaan apa yang timbul pada benak Aslan. Aslan benar benar merasa aneh saat perasaan ini terus menjalar bahkan menyebar ke seluruh hatinya.

Memang dari semua mantan mantan pacar Aslan, Illa tidak begitu cantik. Tapi, entah aura apa yang terpancar dari gadis berkulit sawo matang ini disampingnya ini.

Untuk mencari tau kenapa perasaan ini ada, Aslan harus melakukan hal ini.......

◀◀◀

READ MORE GUYS, TOMORROW
👍👍👍

My Devil BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang