Illa berjalan dengan cepat, ia dengan tergesa-gesanya menyambar hoddie besar bergambar beruang kutub dibalik pintu kamar tidurnya.
Illa keluar tanpa meminta izin terlebih dahulu pada ayahnya, mama, atau anggota keluarganya yang lain. Illa langsung memesan ojol untuk menuju sebuah tempat yang didapatkan informasi itu dari sebuah panggilan telephon yang sudah ia terima 15 menit yang lalu.
Ini memang sudah sangat larut malam dari jam malamnya keluar bersama keluarganya. Tapi, bagaimana pun ini hal penting. Ia tidak dapat membiarkan begitu saja.
🍑🍑🍑
Illa sekarang sudah sampai ditempat tujuannya, Illa langsung berjalan dengan tergesa gesa kearah meja resepsionis dirumah sakit itu.
"Sus, apa dirumah sakit ini ada pasien yang bernama Aslan putra?" Tanya Illa dengan raut wajah tak dapat diartikan pada salah seorang suster yang berada dimeja resepsionis itu.
"Sebentar saya cek terlebih dahulu." Jawab suster itu dengan sopan." Iya benar, pasien atas nama Aslan putra berada diruang UGD. Apakah anda wali dari pasien?" Tanya suster itu.
Illa menatap bingung kearah suster tersebut, kenapa salah satu suster dirumah sakit ini menghubungi dirinya bukan menghubungi wali atau orang tua dari Aslan sendiri.
"Saya cuma temennya sus." Jawab Illa sekenanya.
"Apa anda memiliki akses untuk menghubungi orang tua dari pasien Aslan putra atau walinya. Seperti nomor telepon atau apapun?" Tanya suster itu kembali.
"Maaf sus, saya nggak punya."
Setelah sempat menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh perawat tersebut terhadap Illa. Sekarang Illa dipersilahkan untuk pergi keruang UGD dimana Aslan berada sekarang.
Sampai didepan pintu ruang UGD dirumah sakit ini, Illa menghirup bau obat obatan yang cukup menyeruak masuk kedalam hidungnya.
Illa memantapkan perasaannya untuk masuk kedalam ruangan yang benar benar dibenci oleh Illa entah sejak kapan. Entah sejak kapan, Illa merasa melupakan semua sesuatu yang membuatnya menyukai, mencintai atau malah membenci.
Illa membuyarkan lamunannya. Illa membuka pintu tembus pandang yang didominasi warna putih dan dilapisi kaca tebal. Setelah melewati pintu besar berkaca itu, mata Illa dapat menangkap seorang cowok tengah terbaring lemah diatas tempat tidur rumah sakit tanpa menutup matanya. Kepala dari cowok tersebut sudah dibalut dengan perban, luka luka yang terdapat di lengannya juga sudah diperban, ditambah lagi lembam lembam diwajahnya yang seperti sudah dibersihkan.
Cowok itu, adalah Aslan. Aslan melirik kearah Illa setelah entah berapa lama Illa berdiri disini mematung mengamati Aslan.
"Nggak usah ngelihatin gue sengitunya. Gue tau kok, gue tetap ganteng walau dalam kondisi semenyedihkan ini." Ucap Aslan masih dengan nada sombongnya yang dapat membuatnya kekesalan Illa menyalut.
"Lagi mampus ngitu, Lo tetap bisa bacot ya." Ujar Illa sambil berjalan mendekat kearah ranjang rumah sakit yang ditempati oleh Aslan sekarang.
Aslan mengamati cara berpakaian Illa malam ini. Masih dengan memakai celana tidur, dan memakai Hoodie putih bergambar beruang kutub besar yang Aslan yakini dibalik Hoodie putih itu terdapat baju rumahan Illa, ditambah lagi rambut sebahu Illa yang Illa cepol asal.
"Lo ngapain malah nelepon gue, bukan malah nelepon bonyok lo?"tanya Illa to the point.
Aslan membuang pandangannya kearah lain dari pandangan Illa. Aslan membuang nafasnya gusar. Ia memutarkan otaknya agar dapat menjawab pertanyaan dari Illa. Ia masih memilah dan memilih apakah harus menjawab yang sebenarnya pada Illa atau harus berbohong.
"Bokap gue sendiri yang buat gue kayak ngini. Terus, ngapain gue harus hubungin mereka?!" Ujar Aslan.
Illa menatap tak yakin kearah Aslan. Tidak mungkin ayah Aslan menghajar anaknya sampai bentol-bentol, bonyok-bonyok, dan memar-memar kayak ngini.
"Nggak ada orang tua yang mau ngelukaiin anaknya." Jawab Illa spontan.
Aslan sudah tak menghiraukan ucapan Illa. Aslan lebih memilih bungkam dari pada harus beradu argumen dengan gadis berperawakan manis dihadapannya ini.
🍑🍑🍑
"Buka dong mulut lo, ngimana mau sembuh kalau lo nggak mau makan ngini." Ujar Illa geram, sambil terus memaksa Aslan agar membuka mulutnya untuk memakan makanannya.
Aslan hanya menggeleng. Aslan tidak mau berbicara, bisa bisa saat ia berbicara Illa langsung menyodorkan makanan rumah sakit yang rasanya seperti rasanya tidak dimasak dengan menambahkan gula, garam ataupu yang lainnya melainkan ditambahkan macam macam jenis obat obatan.
"Yaudah deh, kalau lo nggak mau makan." Illa meletakkan piring yang berisi makanan diatas nakas disamping tempat tidur Aslan.
Illa beranjak bangkit dari tempat duduknya disamping tempat tidur Aslan.
Tiba tiba Aslan menarik tangan Illa, menghentikan langkah kaki Illa. " Mau kemana lo?" Tanya Aslan.
"Gue mau ke toilet bentar, diruang UGD ini kan nggak ada toilet. Udah, gue pergi dulu ya." Ujar Illa, sambil berlari pergi keluar ruangnya UGD.
▶▶▶
Saat Illa hendak kembali keruang UGD, tanpa sengaja Illa menabrak seorang perawat yang terlihat sedang terburu buru dengan banyaknya tumpukan berkas ditangannya.
"Sorry,sus." Ujar Illa sambil membantu membereskan berkas berkas yang berhamburan dilantai milik perawat tersebut.
Setelah semuanya rapi, Illa menyerahkan kembali berkas berkas tersebut kepada perawat yang ia tabrak barusan.
Terlihat ada perubahan ekspresi dari perawat tersebut saat melihat kearah dimana Illa berdiri.
"Ka....kamu Illa Rahmah kan?" Tanya perawat tersebut sambil menunjuk kearah Illa berdiri.
Illa terlihat heran, mengapa perawat tersebut mengenal Illa. Perasaannya Illa tidak pernah dirawat dirumah sakit ini.
"Iya. Kenapa ya sus, memangnya?" Jawab Illa disambung dengan kembali melontarkan pertanyaan pada perawat tersebut.
"Kamu lupa sama saya, oh iya jelas kamu lupa sama saya. Kenalin ulang deh, saya Fiona,suster yang ngerawat kamu saat kamu koma selama 3 bulan ditambah lagi kamu amnesia saat itu." Ujar perawat tersebut.
Illa mengerutkan pelipisnya, mana mungkin ia pernah dirawat dirumah sakit ini karena koma selama 3 bulan dan ditambah lagi karena amnesia.
"Koma?amnesia?saya tidak pernah koma dan amnesia sus." Illa masih memperhatikan perawat tersebut lekat lekat.
"Saya sekarang sedang sibuk, lain kali kalau kita bertemu lagi. Semoga, kita bisa berbicara lebih banyak lagi seperti dulu." Ujar suster tersebut dan akhirnya pergi dari hadapan Illa.
Ada apa sebenarnya ini? Gue pernah koma dan amnesia? Ini benar benar aneh?
🍑🍑🍑

KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Boy
Teen Fiction••• Bagaimana perasaanmu, saat semua kejadian yang begitu menyenangkan sampai merenggut separuh memorimu untuk mengingatnya hanyalah sekedar mimpi? Dan, bagaimana perasaanmu jika sebenarnya mimpimu adalah hal yang sulit untuk dijelaskan? Ini adalah...