Seminggu berlalu, Eomma dan Appa sudah kembali kerumah. Ah, aku sangat senang sekali karena aku bisa bermanja-manja lagi dengan Eommaku.
Selama seminggu ini aku dan Mark menjadi ya bisa dibilang lumayan dekat dan terbuka, tapi kami masih sering bertengkar. Entah kenapa aku selalu emosi melihat muka datarnya itu, demi tuhan sangat menyebalkan.
Pagi ini libur hari terakhir sebelum masuk sekolah, anak Seven Eleven -perkumpulanku- mengajak jogging ke taman dekat kota. Aku sudah siap untuk keluar, kami berjanjian disebuah café yang tidak jauh dari rumah masing-masing.
Untung saja café tersebut tidak terlalu jauh dari rumahku, jadi aku dan Mark berjalan menuju kesana.
Aku berlari kecil tetapi tetap menyamai langkahku dengan Mark yang sedang berjalan biasa, oh ayolah dia sangat lambat sekali.
"Yak! Apakah kau tidak bisa lebih cepat sedikit? Atau lihat aku, ayo berlari kecil seperti ini! Jangan malas Mark, kau harus menggerakkan tubuhmu." Nayun mencontohkan gerakan berlari kecilnya dengan wajah yang serius.
Mark sedikit terkekeh dengan tingkah polos Nayun. Ia tidak habis pikir dengan gadis ini, apakah otaknya masih berfungsi? Dia selalu mengomel tapi juga tetap peduli sesama.
Mark akui, selama ini dia selalu menggoda dan mengerjai Nayun sampai gadis itu selalu bilang akan membunuhnya. Tapi dia tetap peduli pada Mark dan selalu memberi perhatian disela omelannya, Mark suka itu.
Mark terus tersenyum memperhatikan gadis yang sedang berlari kecil didepannya ini, lalu ia mengikuti langkah Nayun dengan berlari kecil juga.
"Oooh, lihatlah kau terseyum Mark Tuan? Ada apa denganmu?" Ledek Nayun dengan nada antusiasnya.
Mark masih dengan senyumnya menatap langit-langit cerah pagi ini.
"Kenapa? Memangnya ada yang salah?" Tanya Mark sedikit melirik Nayun.
Nayun menatap Mark lalu tersenyum tengil namun terlihat lucu, "Yaaak, tidak begitu bodoh! Teruslah seperti itu, kau lucu jika sedang tersenyum!" Nayun terseyum senang dan kembali menatap lurus kedepan.
Demi tuhan, Mark tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat ini. Entah kenapa ucapan Nayun sangat manis, terdengar sangat tulus.
"Kau juga." Ucap Mark tanpa menatap Nayun.
Nayun menatap Mark dengan menautkan kedua alisnya, "Eoh?"
Tidak ada jawaban, Mark hanya diam berkutit dengan pikirannya sendiri.
ㅡ
Kami telah selesai melakukan jogging, dan sekarang posisi kami sedang duduk dibawah pohon yang rindang.
"Bagaimana kalau kita bermain basket?" Kami semua mengikuti arah telunjuk Jackson yang sedang menunjuk kumpulan anak, mungkin anak SMP yang sedang bermain basket dilapangan basket taman ini.
"Ayo aku ikut!" Seru Bambam sambil berdiri.
"Aku juga!" Yugyeom ikut bangkit dari duduknya.
Disusul oleh Jaebum dan Jinyoung yang bangkit dari duduknya, kecuali Mark yang masih duduk dengan santainya.
"Mark kau tidak ikut?" Tanya Jinyoung.
"Sebentar aku menyusul." Jawab Mark yang masih terduduk.
Jinyoung menangguk, lalu menatap Yeeun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger: Mark Tuan.
FanfictionBagiku dia hanya tidak lebih dari orang asing yang masuk ke dalam kehidupanku dengan konyolnya. "Oh ayolah, aku tidak mau mengatakan ini tapi aku sangat membencimu brandal!" "Kau sudah mengatakannya bodoh. Dan panggil aku Mark, bukan Brandal!"