Siang ini, sedang berjalannya pelajaran Sastra indonesia yang di adakan 2 minggu sekali, dengan guru yang berasal dari luar sekolah. Seperti biasa, semua murid kelas 10 sampai 12 di kumpulkan di Aula.
Tidak semua murid menyukai pelajaran ini, banyak yang hanya memperhatikan tapi tidak di pahami, ada pun yang hanya bermain ponsel atau pun mengobrol dengan teman di sampingnya.
Sedangkan Harin, ia tampak fokus memperhatikan kedepan, mencerna apa yang gurunya terangkan. Harin sangat menyukai pelajaran Sastra.
Harin juga sudah membuat banyak cerita di laptopnya, terkadang juga ia menulisnya di buku diari dan ia ketik di laptopnya.
"Jadi, siapa yang mau maju kedepan dan membacakan cerita pendek kalian?" Tanya guru tersebut, mengingat materi hari ini mengenai karya tulis fiksi.
"Lo gih" Ujar Felix, dan Harin menggeleng. Harin tidak akan mau maju kedepan dan menjadi pusat perhatian.
"Saya bu"
Semua orang menoleh pada Sherren, ia melirik Harin sejenak kemudian berjalan kedepan sana.
"Baik, siapa nama kamu?"
"Sherren bu"
"Ya, silahkan bacakan cerita pendekmu"
Sherren mengangguk, ia membuka buku di tangannya.
"Love" Sherren membacakan judulnya.
"Cinta, aku mencintai seseorang. Seseorang yang bahkan tak pernah melirikku atau pun perasaanku"
Mata Harin membola.
"Seorang laki-laki dengan wajah bak pangeran, mata tajam, hidung mancung dan bibir tebalnya, aku menyukai semuanya. Semua yang ada pada laki-laki itu" Sherren melirik Harin, dan ia tersenyum kecil.
Sedangkan Harin, ia meremat roknya dengan kedua tangan yang mulai berkeringat.
"Hyunjin, nama laki-laki itu, laki-laki yang selama satu tahun ini aku Cintai"
"Aku tak peduli, ia mencintaiku atau tidak, memandangnya dari jauh pun sudah membuatku merasa bahagia"
Harin malu, itu adalah cerpen miliknya. Cerpen yang ia tulis setiap bagiannya di buku Diary, bahkan buku itu selalu ia bawa setiap hari.
Harin beranjak dari kursinya mengabaikan panggilan Felix, mengumpulkan keberaniannya untuk merebut Diary miliknya. Ia tak ingin malu lebih banyak lagi, karena kata terakhir yang ia tulis di buku tersebut terdapat namanya. Percuma saja jika ia hanya diam, toh Sherren akan menyebut namanya nanti.
Sherren tersenyum melihat Harin berjalan menghampirinya.
"Suatu hari, Hyunjin membalas tatapanku yang kala itu aku tengah duduk di kelasku menghadap jendela yang menunjukan lapangan, dan Hyunjin tengah bermain basket di lapangan tersebut-
Sontak Sherren mengangkat buku Diary itu saat Harin hendak merebutnya. Sherren mempermainkan buku di tangannya, menghidarkan dari Harin.
Semua orang tampak tertawa riuh.
"Itu punya gue" Ujar Harin, dan Sherren tertawa.
"Sherren balikin!"
"Ambil ini kalo lo bisa hahaha"
"Hey hey ada apa ini?" Tanya guru itu dan Sherren membawa buku itu pergi, Harin mengejar Sherren, dan dengan cepat Harin meraih buku tersebut hingga buku itu sobek menjadi dua bagian.
Tawaan di aula semakin keras, mereka kini tahu bahwa cerpen yang Sherren bacakan adalah curahan isi hati Harin tentang Hyunjin.
"Tenang semuanya tenang!" Guru itu mencoba menenangkan suara riuh itu, namun ia kalah dengan banyaknya murid di aula ini.
Sherren tersenyum licik, lalu membuang bagian buku Diary itu kewajah Harin, dan pergi begitu saja.
Chan, Felix, Hyunjin, dan Changbin, tampak beranjak bersamaan dari kursi yang berbeda hendak menghampiri Harin, namun langkah mereka terhenti saat Soobin terlebih dahulu menarik tangan Harin keluar dari Aula, menjauh dari semua tawaan murid-murid disana.
"Semuanya tenang! Kalian duduk di tenpat masing-masing!" Bentak guru tersebut, dan mereka pun diam, lalu Felix, Chan, Changbin, dan Hyunjin kembali duduk di kursi masing-masing.
Sedangkan Shua, ia hanya memutar bola matanya malas melihat drama menyebalkan menurutnya itu.
"Caper banget si Harin, Sok lemah" Ujar Minni.
"Emang lemah" Gumam Miyeon.
Shua hanya diam, ia kesal saat melihat Hyunjin hendak menghampiri Harin. Dan ia sebal saat beberapa orang peduli pada Harin.
**
"Sini biar gue betulin" Ujar Soobin seraya mengambil satu bagian lagi yang Harin pegang. Lalu Soobin menyatukannya lagi dengan solasi yang ada di lemari dalam kelas Harin.
Soobin tersenyum kecil dan mengembalikan Diary Harin yang sudah ia satukan.
"Jangan sedih, cerita lo bagus kok" Ujar Soobin berusaha menghibur Harin.
"Gue malu" Lirih Harin, seraya duduk di kursinya.
"Kenapa harus malu?"
"Lo gak akan ngerti" Lirih Harin, lalu ia mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.
"Lo malu karena lo nulis sesuatu tentang Hyunjin? Lo malu karena curahan hati lo di sebarin ke orang lain?"
"Y-ya hiks.. Gue malu. Semua yang gue tulis tentang Hyunjin itu memalukan, gak seharusnya Sherren bacain semua itu di depan orang banyak. Hiks.. Gue malu"
"Iya gue ngerti kok, Sherren cuma mau jailin lo, bikin lo malu di depan orang banyak"
"Gue harus apa? Hiks hiks... Hyunjin pasti Ilfil sama gue" Harin menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu terisak lirih.
Soobin merasa kasihan pada Harin, ia memandang Harin dengan cemas, namun ia tak berani mengusap bahu atau pun surai Harin, karena ia tahu bahwa Harin tak suka kontak fisik dengan orang lain. Bahkan saat ia menarik tangannya tadi, Harin segera menepisnya.
"Jangan nangis lagi Li. Semuanya bakal baik-baik aja kok" Ujar Soobin, dan ia memberanikan dirinya mengusap pelan bahu Harin.
Tangan Soobin terlepas dari bahu Harin Saat Hyunjin menepis tangannya.
"Udah ada gue, lo pergi aja" Gumam Hyunjin, dan tanpa mengatakan apapun lagi. Soobin pergi meninggalkan Harin dan Hyunjin.
"Udah jangan nangis, cuma gitu doang" Ujar Hyunjin seraya menarik kedua tangan Harin, hingga terilhat wajah Harin basah pemuh air mata.
"Malu" Lirih Harin di sela tangisannya.
"Iya sih, gue aja pengen ketawa dengernya" Ujar Hyunjin seraya menahan tawa, dan Harin semakin terisak keras.
"Selo aja napa, lagian gue kan udah jadi cowok lo. Ngapain malu, lagian gak ada salahnya lo bikin gituan. Udah jangan nangis" Ujar Hyunjin seraya mengusap air mata Harin dengan ibu jarinya. Hal itu berefek untuk Harin, isakannya terhenti.
"Nah kan cantik..."
Hyunjin, percayalah. Jantung Harin berdebar keras saat ini, dan sadarlah bahwa pipi Harin merona saat ini.
.
.
.
.
.Tbc
Lanjut???
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS +Hwang HyunJin ✔
Fanfiction[END] "Entah kenapa Orang-Orang selalu larang gue buat deket sama Hyunjin" "Gue gak tau, kapan waktunya dia tersenyum. Karena setiap harinya gue biasa liat muka dinginnya yang sialnya gak bisa gue lewatin sedikitpun!"