Asalkan Kau Bahagia

22 2 3
                                    

Telah berminggu-minggu kami ga pulang. Akhirnya hari ini kami semua pulang ke Bandung. Di angkot yang disediakan sekolah,kami berheboh-hebohan. Semuanya berteriak "WELCOME BANDUNG .... WELCOME BANDUNG". Semuanya kangen dengan keluarga masing-masing. Apalagi aku tentunya.
Sesampai di sekolah kami langsung pulang ke rumah masing-masing. Rasanya aku pengen dijemput Ci Achel. Tapi ya udahlah aku mungkin harus pulang sendiri. Nyampe di rumah....

Meli : "Ma aku pulang!!! Cici mana Ma? Loh kok ga ada yang jawab? Tumben juga jendela di kunci. Hmmm. Ya udah deh..."

Aku membuka tas dan mengambil kunci. Masuk ke rumah,namun kondisinya sepi banget. "Pada kemana yah? Biasanya cici pembulyku sudah ada depan pager." Ujarku penuh tanda tanya. "Ehhh... Hp aku. Ada pesan dari mama." Kataku begitu melihat HP. "De,cici kamu masuk rumah sakit,gegara ga makan,ga tidur,ga mau ngapa-ngapain. Seharian dia mikirin kamu. Kalo kamu pulang,makanan ada di meja,terus kamu kabarin yah,nanti dijemput sama papa." Ujar pesan singkat itu. "Astaga,cici...." Jeritku. Lantas aku membalas pesan itu.

================================
Setengah jam kemudian aku sudah berada di samping tempat tidur Ci Achel. Badannya lemas dan tak sadarkan diri. "Ci,kenapa jadi gini ci? Ini Meli ade cici." Lirihku. Melihatnya lemas dan tak berdaya membuat aku iba. Dia mikirin aku sampe segitunya coba. Ditengah lamunanku,aku mendengar suara sayup-sayup lirih dari Ci Rachel. "M... Mas U... Mas Untung." Suara itu mengingatkan aku akan perbincangan kami sebelum aku kemping. "Baiklah ci,kalo cici bersama Pa Untung pasti cici bahagia kan,baiklah aku akan mengorbankan perasaan ini." Ujarku setengah menangis.

*** (Pa Untung story)

"Huhhh akhirnya sampe rumah." Ujarku sembari menjatuhkan diri ke kasur. "Hmmmm Meli dah sampe rumah belom yah? Perasaan baru ketemu dia 1 jam yang lalu udah kangen aja sekarang." Gumamku. Aku lantas mengambil ponsel dan mengamati foto Meli. Aku hampir tidak berkedip melihatnya. Sampai.... Ponsel ku bergetar karena ada panggilan masuk. Kulihat dan rupanya itu dari Meli. "Mungkin dia juga kangen aku." pikirku.

Pa Untung : "Halo sayang,ada apa? Kangen yah. Sama aku juga kangen sama kamu."
Meli : "Ah Pa Untung,kenapa sih dia ngomong gitu aku kan jadi berat ngelepas dia buat cici hiks..."
Pa Untung : "Hei,kamu kenapa nangis? Kamu juga tadi bisik-bisik apa tentang aku."
Meli : "Ehhh... Gpp Pak... Gpp. Pak boleh ga kita ketemuan?"
Pa Untung : "Cieeee dah kangen aja. Boleh bangetlah aku kan udah kangen banget sama kamu Mel. Emmmm kita ketemuan dimana yah?"
Meli : "Pa Untung boleh ga jemput aku,di Jalan Rajawali. Aku ada di Pom Bensin Rajawali."
Pa Untung : "Boleh boleh Mel. Yey akhirnya aku bisa boncengin kamu. Aku berangkat sekarang yah."
Meli : "Iya Pak."

***(Meli Story)

"Ci aku pergi dulu yah,ntar cici pasti seneng deh kalo denger alasan aku pergi sekarang. Cici GWS yah. Bye." Gumamku yang masih berlinang air mata. Di perjalanan ke pom bensin yang sebenarnya ga jauh dari rumah sakit tempat ciciku dirawat,namun aku lebih sering ngelamun. Sebenernya aku suka sama Pa Untung,bahkan sebenernya pengen rasanya aku nerima perasaannya Pa Untung waktu itu. Cuman sayang aku ga bisa,aku sayang sama ciciku dia pasti membutuhkan cinta di hidupnya. Mungkin,ini saatnya aku membuktikan kalo aku sayang sama cici.
Sudah 10 menit aku berjalan,dan akhirnya aku sampai di Pom Bensin. Ga lama Pa Untung juga datang dengan motor sportnya. "Hai sayang ayo naik!" Ujarnya. Aku pun langsung menaiki motor sport itu. Aku memeluk guru itu,dengan berlinang air mata. Mungkin ini,terakhir kami seperti ini. 30 menit kemudian kita sampai di sebuah kafe.

Pa Untung : "Ayo turun,sayang! Kita dah nyampe nih."
Meli : "Ehhh.... Iya Pak."
Pa Untung : "Sini aku bukain helmnya."
Meli : "Ga usah,aku bisa buka sendiri kok."
Pa Untung : "Aelah,ga usah ketus gitu kali,santai aja."
Meli : "Pak,ini penting. Pliss."
Pa Untung : "Ok."

Pada akhirnya kami memasuki kafe itu,dan.....

Pa Untung : "Sini duduk permaisuriku."
Meli : "Ampun dah guruku ini."
Pa Untung : "Heheheh iya iya,emang ada apa sih? Jangan bilang kamu ga mau pacaran tapi mau pangsung nikah yah."
Meli : "Bapaaaaaakkkkk!!!"
Pa Untung : "Iya iya jangan ngejewer gitu kali. Galak banget sih kamu."
Meli : "Abisnya Pa Untung mah becanda mulu."
Pa Untung : "Gapapa lah,aku kan pengen liat kamu senyum. Senyum kamu kan manis."
Meli : "Hmmmm gombal."
Pa Untung : "Iya maap maap. Ya udah mau ngomong apa sih sayang?"
Meli : "Pak,bapak tau kan? Kondisi cici sekarang."
Pa Untung : "Iya saya tau. Terus, kenapa?
Meli : "Sejak aku pulang,dan liat dia, dia selalu ngigoin nama Bapak."
Pa Untung : "Jadi?"
Meli : "Kayanya dia,cinta sama bapak. Boleh ga,pa Untung jadiin dia pacar bapak aja,jangan aku. Kalo aku nanti dia bakal lebih sakit Pak,karena aku adenya sendiri."
Pa Untung : "Tapi Mel,cinta ga bisa dipaksa. Aku sayangnya sama kamu,harusnya cici kamu paham."
Meli : "Pak,aku sama dia sama kan, sedarah. Lebih baik Pa Untung sama dia,yang lebih siap. Aku juga ga mau liat dia sedih. Aku mohon Pak,plisss."
Pa Untung : "Mel,aku ga bisa nolak permintaan kamu. Aku bakal turutin asal kamu bahagia."
Meli : "Iya Pak."
Pa Untung : "Tapi kamu harus janji."
Meli : "Apa?"
Pa Untung : "Jangan nangis."
Meli : "Hhhhhhhh ga kok,aku ga nangis."
Pa Untung : "Iya,sayang aku pegang janji kamu."

Story Of My LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang