DUAPULUH

1.4K 102 41
                                    

Pertama-tama, akan kuberitahu ini merupakan chapter terpanjang dan terakhir. Jadi siapkan mental dan hati kalian untuk menagis lalu menjerit kemudian terkejut dan bahagia.




Chapter 20

Akhir kisah kita.

-Sesak-





Ia berjongkok di depan sebuah saluran tv. Baik jam tangannya maupun jam dinding di sana sudah menujukan pukul 11.10

Aryneta sesenggukan dengan mata yang berkaca kaca, memeluk kakinya erat-erat bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar hebat.

Ia baru menyadari bahwa dia telat dan sungguh terlambat ketika seorang petugas bandara yang lewat, menggunakan walkie talkienya melapor bahwa pesawat tujuan Amerika sudah take up dengan sukses.

Sesenggukannya semakin keras saat mendengarnya.

Aryneta menyadari bahwa sekarang dirinya benar-benar kehilangan.

Dia baru saja kehilangan Gavilo nya.

Tiba-tiba ponselnya dalam saku celana bergetar, semua orang di bandara sempat ricuh karena melihat saluran tv yang menayangkan adegan kecelakaan mobi tragis.

Sementara Aryneta bangkit tanpa minat mengeluarkan ponselnya yang malah terus berdering. Dengan lunglai Ia berjalan keluar dari bandara. Menyetop taxi dan menaikinya. Sesekali Ary masih menoleh kebelakang, membayangkan Gavilo ada sambil melambaikan tangan lalu kembali padanya untuk memeluknya sekali lagi.

Jika begitu mungkin Aryneta masih bisa menerima perpisahan mereka. Tapi Gavilo jahat sekali. Kenapa cowok itu tidak memberitahunya langsung tentang jadwal berangkatnya yang dipajukan, apa Aryneta sudah tidak penting lagi bagi Gavilo?

Aryneta mendesah berat. Lagi lagi ponselnya berdering. Setelah dilihat ternyata dari Jeka. Ia menghela napasnya sebelum menerima telpon, Aryneta sangat butuh tempat untuk bercerita sekarang dan Jeka datang tepat pada waktunya.

Belum Aryneta mengawali, Jeka sudah lebih dulu memangilnya. "Ary!"

"Aryneta!
Lo ke bandara buat ketemu Gavil 'kan?"
"Lo ketemu Gavilo 'kan?" tanyanya memastikan.

Dan Aryneta merengut sedih.
"Aryneta gak ketemu Gavilo...Jekaaa..."

Aryneta sudah menangis, pak supir sempat terlihat khawatir padanya. Tapi Aryneta masa bodo, Ia semakin sedih ketika Jeka malah diam saja, tidak menyahuti kejadian yang menimpanya.

"Jeka...nyahutin dong! Ary gak nemuin Gavilo disini," isaknya.

Ada jeda sebelum Jeka menyahut. "Berarti bener Gavilo belum berangkat."

"Hah?" kaget Aryneta tiba tiba memunculkan secercah harapan kembali. Bahwa Ia akan segera bertemu Gavilo dan akan mengeluarkan upaya agar Gavil tidak usah pergi ke Amerika.

"Beneran?"
"Gavil beneran belum berangkat?" Aryneta buru-buru mengusap air matanya.

"....Dia kecelakaan mobil Ri."

Aryneta bergelinjang tak suka pada lelucon yang diberikan Jeka.

"Gue dapet telpon dari rumah sakit atas nama dia. Gue kira itu...tapi...lo bilang...,

Sesak ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang