2. bosan

53 29 0
                                    

___

Liburan kenaikan kelas tahun ini, Fani hanya mengurung dirinya dirumah. Tak berniat ingin keluar, karena jika ia keluar papanya pasti tak henti memarahinya. Kalian pasti tahu lah, Fani menjadi seperti ini karena menyanggupi permintaan papanya untuk kursus belajar selama liburan.

Setiap hari ia hanya menunggu guru private datang kerumahnya. Rasa jenuh dan bosan memenuhi pikirannya. Ia juga butuh liburan bukan tambahan pelajaran.

Sudah dua jam Fani dihadapkan dengan berbagai soal dan pembahasan. Namun, tak ada satupun cara cara jitu yang terselip didalam memorinya. Sebenarnya disini memang Fani yang bodoh atau apa?

"Udah mengerti Fani?" Tanya guru private dengan suara yang lembut. Fani hanya terdiam sejenak lalu kembali kedalam akal sehatnya, dengan cepat ia menganggukkan kepalanya.

"Bagus, kalau tak bisa tanya aja jangan malu." Ucap senang guru private tersebut. Terlihat diwajah guru itu dapat disimpulkan bahwa ia orang yang ramah.

"Bu?" Fani yang mendapat dehaman dari guru tersebut, seketika tak berani melanjutkan pertanyaannya.

"Kenapa?"

"Nama ibu siapa?" Tiba tiba Fani kehilangan ingatannya sementara. Ia bingung harus bicara apa. Seakan kata kata dalam dirinya terlepas dari suatu kalimat.

"Loh bukannya kamu sudah tahu?" Tanya balik guru tersebut. Memang benar Fani telah mengetahui nama guru tersebut yaitu, Rini.

Fani kembali keakal sehatnya dan mengingat kata apa saja yang tadi ia lontarkan. Lima detik kemudian ia hanya cengengesan sendiri dan membuat bu Rini geleng geleng kepala bingung.

"Oh ya bu, bu Rini emangnya ngga cape apa ngajar tiap hari gini?" Spontan Fani ketika sebuah kata terangkai kembali menjadi kalimat dalam ingatannya.

"Enggak." Jawab simple guru private Fani yang diketahui namanya Rini.

Fani penasaran alasan guru tersebut dengan menjawab, Tidak.

"Kanapa?" Tanya Fani lagi.

"Sesuatu akan merasa beban didalam tubuh kita apabila kita melakukannya tidak dalam keadaan ikhlas dan tulus, ibu senang dengan pekerjaan ibu seperti ini. Ibu juga ikhlas." Setelah mengetakan kalimat tersebut, bu Rini tersenyum kearah Fani dengan menepuk salah satu bahu Fani.

"Kamu jangan pernah merasa terbebani oleh suatu pekerjaan, jalani dengan iklhas serta tulus. Insyaallah berkah dan akan ada hikmah dikemudian hari nanti." Fani mendengar jelas kalimat tersebut dan tersenyum diiringi dengan anggukan kepala pelan kearah ibu Rini.

Setelah 2 jam bersama bu Rini, akhirnya rasa bosan dan jenuh terobati. Kini Fani tengah berdiri di kolam renang belakang rumahnya. Menghirup udara segar dalam dalam.

Cuaca hari ini nampak begitu berteman. Namun, Fani tetap membutuhkan seorang teman. Rio dan Nita sedang sibuk bekerja dan mungkin tak pulang untuk beberapa hari ini.

Sepi rumah ini, hanya ada dirinya bibi dan juga pak satpam. Tak ada teman bermain.

Fani berjalan kearah tempat duduk yang sering sekali dipakai orang tuanya untuk bersantai.

"Empuk." Katanya sambil tersenyum sendiria.

Drrrttt

Tiba tiba ponsel dalam sakunya berdering. Fani dengan cepat mengambil dan melihat siapa pihak diseberang sana.

'Ha? Dela?' Batinnya. Dela adalah teman satu sekelasnya, terlebih lagi mungkin mereka sudah bersahabat.

"Halo?"

"Eh Fan ngapain lo?"

"Biasa dusan."

"Dusan? Paan?"

"Duduk Santai."

"Aelah sok sok an, main sini gue tau lo lagi sepi kan. Nih anak anak pada ngumpul, kemana lo?"

"Ah itu anu," belum selesai Fani bicara sudah dipotong oleh Dela duluan.

"Alah ngga usah banyak alesan, kesini deh buruan. Kerumah gue."

Bukannya Fani tidak mau, tapi ia takut jika papanya tahu dan semakin marah padanya.

"Lagi ngga enak badan gue." Jawab Fani asal.

"Ngga enak badan kok dusan, haaaa.., kau coba menipu ye?"

"Hmm, ngga gitu, aku emang ngga enak badan, cuma sekarang lagi nyantae aja, ngerelax in tubuh bentar."

"Aneh lu, yaodah kalo ngga mau ngga maksa juga, tapi jangan nyesel. Oh ya pintu rumah gue terbuka lebar kalau lo datang kesini."

"Hmm,"

"Gue tutup."

"Hmm."

Nyesel? Pasti. Ya itulah rasa yang sekarang Fani alami. Ia beranjak ke kamarnya mencari kesibukan disana untuk mengusir semua kesepian ini.

Fani masih berjalan jalan mencari sesuatu yang bisa menyibukkan dia.

Pertama ia membuka leptop, hanya sekedar ingin mencari seseorang atau istilah anak gaul namanya stalking stalking.

Kedua, ia mengambil beberapa novel dirak bukunya. Berusaha membaca tapi tak bisa fokus.

Ketiga, kini Fani mencoba menggunakan make up ala Fani sendiri. Namun sayang, make up yang ia gunakan tak sesuai yang ia harapkan.

Keempat, Fani melihat lemari berniat untuk merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Tapi setelah ia lihat lemarinya, semua tertata rapi. Mungkin pembantunya atau mamanya.

Kelima, Ia mulai putus asa. Dan tak lama ia tersadar akan sesuatu. Ia berjalan untuk mengambil sebuah alat musik. Bukan alat musik yang indah apalagi mahal. Hanya alat musik sederhana yang terbuat dari kayu dan diberi lapisan mengkilat.

Kalian tau lah alat musik apa itu. Ya, gitar. Fani mahir memainkannya. Dulu almarhum kakanya yang mengajarinya.

Satu judul lagu terlintas dalam pikirannya. Perlahan ia gerakkan jarinya memetik satu persatu senar dengan cara sederhana namun terkesan indah.

Setelah bagian intro selesai ia mainkan, Fani bersiap untuk melantunkan baris lagu pertama, kedua dan selanjutnya sampai selesai.

Waktu pertama kali..
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu

Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak kusangka

Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untuk mu..

Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa

Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang ku punya hanyalah hati yang setia
Tulus
Padamu...

(Cinta Luar Biasa - Andmesh Kamaleng)

Siapa sangka, Fani sebenarnya mempunyai bakat dalam bidang musik. Suaranya yang merdu ditambah lagi ia mahir menggunakan alat musik, sudah terdengar 'wah' dimata orang yang melihatnya.

Hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa Fani bisa bernyanyi. Bukan menyembunyikannya, tapi ia masih malas untuk menyebar luaskan. Kenapa? Masih belum bisa Fani katakan kenapa ia tak mau menunjukkan bakatnya.

___

Makasih💙

BridledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang