___
Jam masih menunjukkan pukul 21.00. Di kamar, Fani merasa bingung dengan dirinya. Tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan.
Beberapa kali membuka dan menutup kunci layar ponsel. Sekelibat ide terlintas. Ia mengambil gitar miliknya.
Dicarinya kunci lagu untuk pentas hut nanti.
Satu petika ia dentumkan. Serasa sudah pas, ia sambung dari awal hingga akhir lagu. Mulutnya membuka seketika, mengeluarkan sebuah kata bernada indah. Lama kelamaan ia mulai menghayati lagu tersebut.
Ceklek
Pintu kamar terbuka tanpa Fani sadari. Ia berjalan marah kearahnya.
"FANI!!" Dirampasnya benda yang sedari tadi menenangkan pikiran Fani.
Terkejut pasti ketika melihat siapa orang yang baru saja membentaknya. Kepalanya menunduk tak berani berkata.
"Bukannya belajar malah main gitar!" Tandas Rio memaki Fani.
"Maaf pa." Lirih Fani gemetaran.
Rio tak menanggapi ucapan Fani. Ia pergi dari kamar Fani dengan membawa gitar tersebut. Fani hanya bisa pasrah.
Nita yang melihat dari balik pintu menatap suaminya sedang marah seakan penasaran dengan konflik yang terjadi.
Perlahan dengan pasti, ia melangkah mendekati anaknya yang tengah menunduk menatap jemari kaki mungil miliknya.
Tak lupa Nita juga menutup pintu kamar, supaya tak ada yang melihat dan mendengar perbincangan mereka.
Nita duduk disamping putrinya, memeluk pelan tubuhnya dan menyalurkan kehangatan.
"Cerita sama mama." Suruh Nita dan Fani hanya bisa menggelengkan kepalanya tanda tak bisa.
"Yaudah kamu tidur aja, mama temenin." Nita melepaskan pelukan erat. Merapikan kasur yang ditempati Fani.
Mereka berdua merebahkan tubuhnya secara bergantian. Lalu mematikan semua lampu kecuali lampu tidur. Dan sebelum mereka terlelap, tak lupa untuk membaca doa.
****
"Fan, Fani." Seseorang berlari dari arah belakang untuk menghampiri Fani.
Fani memperlambat jalannya.
"Barengan ke kelasnya." Ternya orang yang memanggilnya tadi ialah Mauren.
Fani tak menanggapi obrolan Mauren, ia hanya fokus pada jalanan menuju ke kelasnya.
Mood nya dari semalam belum membaik. Rasa kecewa bercampur kesal meletuk menjadi satu.
Semua hiburan, candaan, dan tawa teman temannya hanya ia anggap sebagai angin lalu.
"Fan tumben banget lo ngga ceria, ada paan cerita napa." Bujuk Mauren yang sedari tadi memandang muka Fani yang penuh rasa tak rela.
"Gue ngantuk." Fani menguap seketika. Memang benar sekecewanya, sekesalnya, dan semarah marahnya cewek, ia akan berhenti jika ia tidur.
Guru yang mengajar pun akhirnya datang juga. Semua murid telah siap menerima ocehannya. Jam pelajaran pertama hari ini adalah Mematikan atau alias Matematika. Pelajaran yang paling banyak dibenci kaum pelajar, ngga banyak juga ada yang suka juga kok.
Sebelum memberikan soal, bu Dea-guru Mtk, menjelaskan sebagian materi.
Apakah seorang Fani akan paham? Sama sekali tidak. Masuk telinga kanan lalu berjalan tanpa menyimpan ke arah telinga kiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/187682380-288-k625591.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridled
Novela Juvenil______ Dari cerita ini seseorang bersuara dalam hati kecilnya Tak berani mengungkapkan apalagi melawan Yang hanya ia lakukan hanyalah mencari perlindungan Mencari seseorang untuk ia jadikan pelampiasan kekesalan Hanya kisah anak Sma pada umumnya ya...