___
Fani dengan langkah gontai menuju ruang osis, ia berniat untuk mencalonkan diri menjadi ketua osis.
Bodo amat banyak yang ngehujat, yang penting kita percaya diri dan yakin, sudah. Tuhan pasti menolong bagi hambanya yang bersabar dan ikhlas menghadapi semua cobaan.
Semua syarat dan ketentuan telah Fani laksanakan. Tinggal ia mengkampanyekan dirinya sendiri dengan cara bebas namun tak boleh menyuap.
****
Seminggu dengan cepat telah berlalu. Fani sudah siap dengan tabah melihat hasil pemungutan suara yang dilakukan oleh warga sekolah.
Fani memiliki tiga pesaing dan empat serta dirinya. Dua cewek dan dua cowok. Mereka semua telah berhasil melewati masa mengkampanyekan diri mereka sendiri. Dan keputusan ada dipihak warga sekolah.
Tiga jam masih Fani tunggu untuk mengetahui hasil akhirnya. Dan ternyata, Fani kalah. Ia hanya menduduki peringkat ke 3 dari banyaknya orang memilih.
Dan yang pasti juara pertama akan dinobatkan sebagai ketua osis yang baru.
Menyesal? Sedikit. Kecewa? Apalagi. Udah banyak kata yang ia habiskan demi kampanye, bisa bisanya ia kalah.
Hah sudahlah tuhan tahu mana baik dan mana yang tidak.
****
Fani berjalan kearah kelasnya dengan wajah yang biasa biasa saja.
"Fani," ucap Dela ketika ia baru saja menginjakkan kaki dikelas.
"Kan udah gue bilang, cewek model kayak lo ga bakal jagi ketos Fan, batu sih kamu." Mauren tertawa kembali cekikikan sendiri dan Fani yang tadinya mencoba kuat seakan runtuh seketika.
Fani menjatuhkan pantatnya dikursi tempat duduk sehari harinya. Kedua tangannya ia lipat dan ia gunakan untuk bantalan kepala.
"Elah lo digituin aja baper," ceplos Mauren.
"Eh gue sumpah capek banget, lo bisa diem ngga sih. Hibur kek apa gitu." Kesal Fani berdiri hendak pergi. Namun dengan cepat tangan Mauren dan Dela mencegah Fani.
"Tuh kan baperan, lo mau kemana sih?" Tanya Mauren lagi.
"Pengen kekanti haus," Fani menarik kembali tangannya yang masih sedang dicekal oleh kedua sahabatnya.
"Oh yaudah yuk." Semangat Dela, lalu merangkul bahu Fani dan Mauren dengan dirinya yang berda di tengah.
Sesampainya mereka bertiga ditujuannya, nampak terlihat jelas bahawa kanti sangat sepi. Hanya dua sampai tiga orang saja yang duduk disana.
Dela mengambil alih kursi dipojok kanan kantin, diikuti dengan Mauren. Sedangkan Fani berjalan menuju mbak mbak penjual makanan dan minuman.
Fani duduk dengan wajah gusarnya, meletakkan tiga botol air mineral untuk diberikan kepada temannya.
"Duh baik banget mbaknya." Puji Mauren sengaja.
"Baru sadar ya situ." Jawab Fani tak mau kalah.
Mereka bertiga membuka tutup botol mereka masing masing, dan meminumnya untuk beberapa teguk.
Mata Dela seakan mengerah pada bangku kantin disebelah pojok kiri. Terdapat tiga cowok dan yang salah satunya baru saja fenomenal disekolah ini.
"Heh hust, tuh liat bapak ketos baru kita." Tunjuk Dela dengan sekali dengakan kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bridled
Teen Fiction______ Dari cerita ini seseorang bersuara dalam hati kecilnya Tak berani mengungkapkan apalagi melawan Yang hanya ia lakukan hanyalah mencari perlindungan Mencari seseorang untuk ia jadikan pelampiasan kekesalan Hanya kisah anak Sma pada umumnya ya...