___
Mauren menarik lengan Fani dan membisikkan sesuatu.
"APA!?? WHAT?! GILA KALIAN?!" shock Fani habis habisan.
"Ngga ngga, gue ngga mau!" Kesal Fani.
Beberapa kata memaki telah ia lontarkan karena Dela dan Mauren berani diam diam mendaftarkan Fani pada excul musik tanpa sepengetahuannya.
"Yah, tapi kita udah daftarin. Dan kalo mundur harus punya alesan yang kuat." Wajah Mauren seakan mengajak kita berantem.
Fani semakin bingung, kesal, dan frustasi.
"Lo kalo mau ndaftarin orang tanya tanya kek." Fani pergi meninggalkan teman teman temannya.
Tangan Dela bersiap mencekal lengan Fani yang hendak pergi.
"Kenapa lo malah marah ke kita? Lo ngga suka?" Tanya balik Dela.
"Ngga!" Tekan cepan Fani.
"Kenapa." Seakan Fani ling lung diberi lanjutan pertanyaan. Iya belum jelas kenapa bisa sesemarah ini.
"Tau ah." Fani mencoba melepas tangannya sekuat tenaga, dan berjalan lagi menjauh dari kelas. Mungkin Fani hanya belum siap saja menerima ini.
Fani berjalan tanpa arah, emosinya seakan membawanya untuk berjalan menuju ke kamar mandi. Hanya sekedar berkaca atau membasuh muka, intinya menjauh dari mereka. Meminimalisasikan emosi dahulu.
Kini Fani telah menginjakkan kakinya dilorong menuju kamar mandi. Sepi? Pasti.
Tiba tiba dua orang perempuan menghentikan aktivitasnya.
Fani berpikir sejenak dan melihat wajah mereka, sepertinya tak asing bagi Fani. Ya mereka kakak kelas, tapi ia lupa namanya. Mereka dulu pernah ikut anggota osis dan mendapingi Fani saat mengikuti mos.
"Permisi." Ucap sopan Fani.
"Eh lo kalo ke toilet, disana aja deh." Usir kakak kelas tersebut. Fani sangat keberatan, toilet disebelah sana terlalu jauh untuk ia jangakau.
Faninmasih berdiri dan diam enggan berbicara.
"Kenapa diam, sana!" Usir Kakel tersebut dengan penuh penekanan.
Tubuh Fani sudah didorong dorong, Fani merasa curiga. Ia hendak pergi dan tiba tiba teriakan menggema ditelinganya.
Fani membalikkan tubuhnya kembali dan dihadang oleh dua kakel tadi.
"Apa lagi?"
Fani enggan menjawab dan berjalan dengan tangguhnya menuju ke dalam toilet.
Kakel tersebut dengan menggunakan kekuatan tubuhnya mencoba menahan Fani. Namun apalah daya mereka, Fani mencoba mengempaskan tangannya ketika kakel tersebut mulai mencekalnya dan akhirnya kedua kakel tersebut jatuh tersungkur.
Dengan cepat Fani memasuki toilet.
Betapa kagetnya ia disajikan pemandangan menakjubkan. Dimana seseorang yang terlihat dari wajahnya seperti adik kelas sedang disiram air oleh kakak kelas. Fani tahu betul siapa kakak kelas tersebut. Namanya Reya. Siapa sih yang ngga kenal dia? Dia itu putri sekolah. Dan jabatan itu masih berlaku hingga sekarang sampai nanti pada akhirnya kelas 11 lah yang menjadi penggantinya.
Masih tak menyangka, diluar Reya terlihat baik namun aslinya ataukah seperti ini? Suka menindas orang?
Adik kelas dengan wajah pucatnya tak henti menangis dan amat ketakutan.
"Siapa yang suruh lo masuk!!" Bentak Reya.
Fani masih dengan tampang tak percayanya.
Reya menarik paksa Fani dan menyudutkannya disisi tembok.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bridled
Teen Fiction______ Dari cerita ini seseorang bersuara dalam hati kecilnya Tak berani mengungkapkan apalagi melawan Yang hanya ia lakukan hanyalah mencari perlindungan Mencari seseorang untuk ia jadikan pelampiasan kekesalan Hanya kisah anak Sma pada umumnya ya...