___
"Kemana aja kamu? Jam set 10 kamu baru pulang." Fani yang tak sadar akan jam, mengangkat tangannya dan melihat pukul berapa sekarang lewat jam tangan yang terikat dipergelangan tangan kirinya.
"Tadi habis,
"Yaudah ayo masuk." Satu hembusan nafas keluar ringan di mulut Fani.
Fani melangkahkan kakinya mengikuti sang papa. Ia berjalan ke arah kamarnya dahulu karena badan sedari tadi mengenakan seragam yang baunya sudah semerbak wangi.
Memakan waktu sepuluh menit, akhirnya Fani keluar dari kamar mandi. Rasa malas mulai menyerang.
Setengah jam kemudian, Nita mampir sejenak kedalam kamar Fani. Ia melihat begitu kasihan kepada anaknya yang tengah tidur pulas.
Ditariknya selimut yang berada dibawah kaki Fani. Dielusnya juga kepala Fani sebelum ia keluar dari kamar tersebut.
"Mimpi indah." Satu kecupan mendarat diatas dahi Fani.
****
"Ma ayo, keburu telat." Ajak Fani dengan seragamnya yang masih acak acakan. Ia berencana untuk merapikannya didalam mobil.
"Makan dulu, tadi malam kamu belum makan." Suruh Nita.
"Ngga lah ma, aku makan disekolah aja." Tolak Fani.
"Bentar mama bekal in."
"Kelamaan ma, ini jam udah jam tujuh kurang 15 menit lagi." Kesal Fani dan akhirnya menarik lengan mamanya cepat tanpa aba aba.
Seperti biasa, Rio terlalu pagi untuk pergi bekerja dan pulang terkadang sampai malam.
"Bentar sayang, kunci nya mama ambil dulu." Fani melepaskan cekalannya pada lengan Nita.
Setelah Nita mengambil kunci, ia segera bergegas memasuki mobilnya. Mengantarkan Fani kesekolahannya.
"Nanti kamu latihan lagi?" Tanya Nita.
"Engga kayaknya ma, kemarin kan udah." Jawab Fani sembari membanahi seragamnya yang masih urakan.
Gerbang terlihat berjalan. Seperti ada orang yang mendorong dan verniat menutupnya.
Fani tanpa meraih tangan Nita cepat lalu berlari kearah gerbang. Ia melewati gerbang yang satu meter lagi hendak tertutup dengan sempurna.
"Alhamdulillah." Ucapnya sambil mengelus dada.
Pak Karim yang melihat kejadian tersebut hanya geleng geleng kepala dan melanjutkan tugasnya.
Fani melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat biasa ia menerima pelajaran.
Dari luar kelas terdengar samar guru telah datang dan mengajar. Fani merasa malu dan malas untuk memasuki ruang kelas. Belum lagi nanti ia kena hukuman yang tak terduga.
Ia lebih baik berjalan meninggalkan ruang kelas ini. Mencari celah amanya saja.
Fani berjalan dengan mata yang terus menajam. Jika ia sampai ketahuan salah satu guru saja, bisa tamat riwayatnya. Masuk bk lagi.
Dengan gaya selayaknya detektif, jalan mengendap endap, tempat sasaran Fani ialah ruang musik. Karena dijam segini, murid tak ada yang memasuki ruangan tersebut. Jika ia ke kantin, bisa bisa ia ketahuan oleh guru piket yang sukanya olahraga joging dilingkungan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridled
Teen Fiction______ Dari cerita ini seseorang bersuara dalam hati kecilnya Tak berani mengungkapkan apalagi melawan Yang hanya ia lakukan hanyalah mencari perlindungan Mencari seseorang untuk ia jadikan pelampiasan kekesalan Hanya kisah anak Sma pada umumnya ya...