8. pertama

27 22 0
                                    

___

Fani masih duduk terdiam dikursi horor ruang bk. Menunggu bu Sari meneleponkan orang tuanya.

Dari kejauhan Fani memandang seseorang lewat jendela didalam ruangan. Seseorang berlari kearah ruangan ini. Matanya samar tak bisa memandang jelas.

Saat sampai ruangan ini, ia masuk dengan nafas yang tersenggal senggal.

"Bu, saya mau bilang masalahnya ngga tau mereka udah jujur atau belum. Dia kak Fani yang menolong saya ketika saya sedang dibully oleh kak Raya." ucapnya.

"Apakah benar begitu?" Seseorang itu mengangguk mantap.

Kini giliran Fani yang tersenyum menang kearah Reya.

Bu Nur menyuruh adkel yang bernama Dias tersebut untuk duduk ditengah tengah Fani dan Reya. Tapi dengan cepat Fani minggir dan bergeser ke tengah. Memberi Dias tempat duduk yang berjauhan dengan Reya.

Fani tersenyum kearah Dias. Sedangkan Reya sebaliknya, wajahnya murka seakan memendam berjuta kekesalan dan amarah.

"Fani ibu kamu akan segera datang." Ucap bu Sari yang datang serasa pasrah.

Fani hanya mengangguk sedangkan Dias disampingnya merasa tak terima.

"Bu, kenapa kak Fani dipanggil ortunya?" Tanyanya dengan polos.

"Karena dia salah."

"Bu kak Fani ngga salah. Saya korban, dan saya saksi." Ucapnya yakin seperti orang yang tak mau lagi ditindas.

Bu Nur menjelaskan semuanya kepada bu Sari. Raut kagetnya tak menyangka.

Lima belas menit kemudian, Nita, mamanya Fani datang dengan menggunakan jas profesor nya lengkap.

Nita dengan anggun dan sopannya memasuki ruang bk. Nita dan Fani dibawa keruang kusus dilama ruang bk. Seperti ruangan didalam ruangan.

"Ada apa ya bu?" Tanya Nita kepada guru yang tadi meneleponnya.

"Tadi Fani berantem," Nita menatap anaknya sekejap dan kembali lagi menatap bu Sari didepannya.

"Oh maafkan anak saya ya bu."

"Ya syukurlah kali ini Fani bantuin orang, tapi saya rasa akan lebih baik membantunya dengan akal yang sehat. Supaya ibu tahu maksud yang saya ucapkan." Bu Sari meninggalkan ruang tersebut dan memberi waktu untuk anak dengan ibu saling berbicara.

Fani menceritakan semuanya. Nita hanya menggangguk memahami. Anaknya tak salah, hanya saja caranya yang salah.

Nita menasehati pada umumnya dia sebagai ibu. Saling mengingatkan bila anaknya mengalami kesalahan. Bukan anak nya saja, siapapun itu.

Setelah cukup berbincang, Nita bersalaman dengan guru guru tadi. Waktunya telah selesai. Dan Fani kembali ke kelas meninggalkan Reya dan Dias yang masih duduk di ruang bk.

Fani memasuki kelasnya tanpa mengucapkan salam sepatahpun. Kelasnya ramai karena guru yang mengajar izin tidak masuk. Suatu perayaan menyenangkan bagi kelas Fani.

"Eh Fan? Udah?" Tanya Mauren heran.

"Udah apaan?" Tanya balik Fani yang merasa janggal.

"Lah tadi lo ngga ke ruang musik?"

"Ngapain?" Mereka saling bertanya satu sama lain tanpa jawaban yang pasti.

"Lah, lo tadi disuruh ke sana, kumpulan excul musik."

"Hah? Kata siapa?" Fani masih bingung.

"Kata siapa ya, lupa gue namanya, pokoknya dia kakel kita yang ikut excul musik." Jelas Mauren setengah mengingat.

"Alah alah alah," Fani berlari menuju ruang excul musik. Entah dorongan apa Fani mau saja mengikuti extraculiculler music tersebut.

Tok tok tok

Fani mengetuk pintu ruang musik, dan keluarlah murid cowok yang sangat berwibawa seakan menyuruh Fani untuk masuk keruang tersebut.

Fani menundukkan kepalanya merasa malu ketika ia berada didalam dan banyak orang yang memandang. Sekitar empat puluhan pasang mata tertuju padanya.

"Kemana aja kamu?" Tanya seorang senior cowok yang pasti dialah ketua team band di sekolah ini.

"Habis dari bk." Jawab jujur Fani.

"Oke lo masuk sini, lo bisa apa?" Pertanyaan seperti menghina, membuat Fani enggan menunjukkan bakatnya.

"Euumm," Fani masih tak kuat untuk berbicara.

Seseorang membawa selembar kertas menunjukkan ke cowok tersebut.

"Dari formulir lo bisa main gitar, bener?" Ucapnya, Fani hanya bisa mengangguk malas.

"Oke, lo tes sama si Ilham ruang sebelah sana." Fani tak berniat menjwab dan langsung berjalan ke arah ruang yang tunjuk oleh ketua team band.

Sama seperti bk, masih ada ruang didalam ruangan.

Fani duduk diantara ketiga yang mendaftar sebagai pemain gitar.

Diruangan ini, hanya dialah salah satunya cewek. Sedikit merinding sih, tapi ia dengan cepat mengubah semua menjadi positif.

Fani mengambil gitar yang diberikan cowok yang diketahui namanya ilham. Dia kelas 12. Disini dialah yang menjadi senior dan menguji kita.

"Coba lo main, gue yang nyanyi." Ucapnya dan Fani menurutinya.

"Lagu apa?"

"Love your selfnya justin bieber, tahu?"

"Oke."

Semua memperhatikan lentik jari Fani menggetarkan setiap senar. Ada yang kagum, suka, tertarik, dan b saja.

Seketika Ihlam menghentika Fani, dia memberitahu Fani jika ia bernyanyi tidak dari awal, melainkan sebelum reff.

Oke, semua sudah siap. Ilham menarik nafasnya dalam dalam. Dan hitungan tiga detik dari sekarang dimulai.

1

2

3

"My mama don't like you and she likes everyone,"

"And I never like to admit that I was wrong."

Terlihat dari wajah Ilham dia sangat menikmati iringan musik tersebut, sampai sampai jari telunjuk dan jempol ia mainkan untuk menambah cita rasa musik.

"And I've been so caught up in my job,"

"Didn't see what's going on, And now I know."

"I'm better sleeping on my own."

Dan sekarang semua di dalam ruangan ikut bernyanyi kecuali Fani yang masih fokus dengan gitarnya.

"Cause if you like the way you look that much."

"Oh baby you should go and love your self."

"And if you think that I'm still holdin' on,"

"To something You should go and love your self."

Akhirnya Fani memainkannya dengan baik. Ilham terkagum olehnya.

Ilham tak ragu lagi dengan kemampuan Fani. Dengan basa basinya ia meminta nomor telepon Fani dengan alasan ingin memasukkannya di grub band SMANBA atau dengan kepanjangannya adalah band Sma Negeri Bangsa.

Fani tak pikir panjang, ia mengambil ponsel Ilham yang diberikan kepadanya. Satu persatu nomor teleponnya ia ketik di atas layar ponsel tersebut.

Setelah itu, mereka tak berniat kembali ke kelas karena malas. Memang anak jaman sekarang. Bodo amat dengan mata pelajaran.

Mereka semua menghabiskan waktu dengan bercerita, bercanda, dan lain sebagainya. Sampai mereka semua merasa sudah akrab.

Fani juga menyampingkan status nya sebagai perempuan sendiri disini. Menurutnya semua cowok disini mempunyai sikap yang baik. Dan ia diperlakukan bak putri.

___

🔥

BridledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang