10. pura pura

34 23 0
                                    

___

"Assalamualaikum." Ucapnya memasuki ruang kelas dengan santai

"MAMPUS!!" Pekik Fani lirih.

Guru didepan masih mempersiapkan diri, menyuruh Akbar untuk memimpin doa. Semua tenang mengawali pelajaran pertama hari ini dengan doa didalam hati.

Dengan nada santainya bu Nia, atau guru Ips menjelaskan sedikit materi. Disela sela itu Fani sibuk menyalin semua tugas dari buku Vey tanpa memperhatikan guru didepannya yang sibuk menjelaskan pelajaran.

Mata Nia tak sengaja menangkap anak didiknya yang sedang kalap dengan menulis. Merasa curiga, Nia mendekati anak didiknya tersebut.

"Belum ngerjain tugas?" Tatkala Fani merasa kaget disaat seseorang berpostur tubuh besar berada tepat disampingnya.

Cengiran ia berikan guna menetralisir rasa marah seseorang didepannya.

"Siapkan tugas kalian dan buka!!" Suara bu Nia menggema di sesisi kelas.

Satu persatu bu Nia mengecek tugas murid. Tak ada yang tak mengerjakan kecuali Fani. Bu Nia merasa gemas dengan murid didiknya yang satu ini.

Ia menyuruh Fani untuk pergi ke lapangan, berdiri di depan tiang bendera sampai jam istirahat.

Kedua kalinya Fani harus mengucapkan kata,

'MAMPUS!'

Dengan ikhas, rela, dan pasrah, Fani berjalan menuju lapangan dipantau dari jarak jauh oleh bu Nia.

Masih pagi, jadi sinar matahari tidak begitu panas menyambar kulitnya. Namun tetap gerah berlama lamaan berdiri didepan tiang bendera.

Fani melihat pucuk tiang bendera tersebut yang memang tak ada benderanya. Mungkin karena hari ini bukan hari senin, bendera dipasang lumayan telat.

Seseorang sedang berjalan kearah Fani berada. Fani ingin membalikkan tubuhnya tapi takut jika ketahuan bu Nia.

Suara sepatu mereka kiat memekik di gendang telinga Fani. Rasa penasaran mulai muncul merasuki tubuhnya.

Dua orang berhasil melewati Fani dengan satu di sebelah kanan dan satu disebelah kiri. Berjalan tanpa memandang kearah Fani, tatapan lurus dan fokus kearah yang dituju yaitu tiang bendera.

Ya, salah satu dari mereka membawa bendera. Fani sedikit tak menyangka ia harus bertemu dengan orang ini lagi. Siapa lagi kalau bukan Frenda dan satunya mungkin temannya, yang juga anggota osis.

Mereka berdua saling bercerita dan berakhir dengan tawa. Melihat itu semua ada rasa kesal ya. Mereka tertawa sedangkan Fani harus menderita.

Frenda melirik sedikit kearah Fani lalu kembali fokus dengan pengikat bendera tersebut.

Fani melihat Frenda sedari tadi tertawa merasa dirinya dihina.

"Lo ngapain sih? Ketawain gue? Seneng lo gue kayak gini?" Cerocos Fani tak tahan.

Teman Frenda sontak melihat Fani dengan raut wajah yang bingung. Ia berkali kali menatap Fani lalu Frenda dan seterusnya.

Sedangkan Frenda, ia hanya terus tersenyum tanpa harus meladeni ucapan Fani barusan.

Setelah bendera terpasang, Frenda menggereknya sampai bendera itu tepat terpasang dipucuk tiang bendera. Dan temannya, ia malah asik memandangi Fani.

"Eh lo Fani kan? Kenalin gue Candra." Senyumnya sembari memberikan telapak tangannya.

Fani tak ingin menjabat tangan yang bernama Candra tersebut. Jual mahal? Boleh juga.

"Jadi cewek sok lo." Belum apa apa udah dapat semprot duluan dari Frenda.

BridledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang