Prologue

9.3K 947 344
                                    

Diam, bukan karena tak bisa berteriak,
Sekalipun bersuara, tidak ada yang mendengar.

---- Menos ----
  

Pagi kelabu menyelimuti. Kabut tipis yang menari-nari menyamarkan segala sesuatu dari pandangan. Awan yang tak cerah itu menutupi sinar sang surya.


Dibawah deru gerimis yang jatuh, aku melihat nya lagi.

Halte bis 02 sebagai saksi tiap pertemuan sunyiku dengan nya,


Han Jisung.


Manusia memang tak ada yang sempurna, dan secara harafiah, Han Jisung jauh dari kata itu.
 


  

Dia yang tak pernah mengeluarkan sedikitpun baritonenya, Dia yang tak pernah menjamah maupun dijamah,,
 


 

Dia sangat jauh. Bahkan jangkauan lingkup yang dia punya mempunyai orbit tersendiri.
 


  

Dia selalu duduk diujung bangku biru halte ini. Dengan earphone putih bertengger ditelinga nya.
 


 

Han Jisung selalu terlihat tenang. Atmosfir yang selaras dengan air hujan yang menetes dapat kurasakan walaupun berada diujung bangku yang lain.
 


 

Matanya teduh, sekalipun ia tidak menatap dengan dalam. Hidung yang mancung, pipi yang sedikit berisi layak nya tupai, serta bibir yang selalu mengatup itu menjadi ciri khas seorang Han Jisung.
 

Han Jisung tak kalah dari segi visual. Satu hal yang membuatnya terlihat keji di kehidupan adalah....
 


 

Dia bisu...
 


 

Dia *Haphephobia...
 


 

Membuat nya terlihat seperti binatang yang tak memiliki hak apapun di dunia.
 

Membuatnya bagaikan tanaman liar yang tak diharapkan, diinjak bagai parasit.
 


 

Dan aku, selalu menjadi penonton dimana Han Jisung dikikis bak lumut di dinding yang kusam.
 


 

--- MENOS ----
 


 

"Masih aja mau kesekolah..."
 


 

"Kalau aku jadi dia, sih, mungkin aku sudah pindah."
 


 

"Dia 'kan gak tau diri."
 


 

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang