"Karena pada dasarnya,
Hati mengenal siapa yang ia cinta."🌼🌼🌼🌼🌼
Suasana siang ini juga tidak begitu baik, awannya masih sama, terlihat mendung. Agaknya sang pemilik cahaya bulat itu seperti enggan menampakkan diri, terbukti dari langitnya yang tak kunjung berseri.
Ditaman kampus, gadis itu termenung sendiri. Mendudukkan dirinya pada kursi kayu tanpa ada yang menemani.
Matanya terpejam, tidak tidur, tapi termangu. Bayangan seseorang yang selama ini merenggut pikirannya, menguras habis perhatiannya. Muncul kembali untuk yang kesekian kali, lagi.
Dibalik matanya yang terpejam, tetesan air mata jatuh membasahi pipi. Tangannya yang bebas, meremas kuat pada novel dipangkuan hingga kebas.
Semuanya kembali berputar diingatan, tentang pertemuan mereka yang berkesan.
Flashback~
Desember, 2013.
Sosok anak kecil perempuan manis dengan rambut diikat dua itu sedang menangis disebuah taman, tepatnya ditaman Kota. Menangis tersedu tanpa bersuara.
Dia adalah Chou Tzuyu.
Pasalnya, untuk yang kesekian kalinya dia kembali dijauhkan dari teman-temannya. Semua itu tak ayal karena kedua orang tuanya yang sering berpindah Kota. Bekerja sana-sini membuat dirinya harus kembali berganti tempat sekolah.
Tiba-tiba, seseorang duduk disebelahnya, melemparkan sapu tangan warna hitam dengan hiasan benang merah secara kasar padanya.
"Hei cengeng! Pakai itu!"
Tzuyu terkejut, dia melihat sapu tangan yang tergeletak di pangkuannya, lalu menoleh menatap pada anak laki-laki disampingnya.
"Apa? Aku hanya meminjamkan! Kalau tidak mau sini kembalikan!" Sinisnya.
Tapi Tzuyu masih tak bergeming, dia justru kembali menjatuhkan air matanya.
"Hei! Hei! Hentikan! Aku hanya bercanda! Kenapa perempuan cengeng sekali sih!"
Dan setelah mendengar penuturan anak laki-laki itu, Tzuyu pun memakai sapu tangannya. Mengusap air mata yang membasahi wajahnya.
"Gadis kecil, apa kau bisu?"
Tzuyu kembali menoleh, dengan mata indahnya yang mengerjap bulat.
"Ck. Bicaralah! Kau pikir aku gila karena berbicara sendiri!"
"Aku tidak bisu, dan berhenti memanggilku gadis kecil. Ku rasa, kita seusia."
Anak laki-laki itu mendengus, "Berapa umurmu?"
"Dua belas tahun."
"Gadis kecil, kau bahkan baru lulus sekolah dasar! Sedangkan aku satu tingkat lebih tua darimu! Jadi, kau harus sopan padaku."
Tzuyu memandangi seragam yang dipakai anak laki-laki disampingnya, "Sekolah kita sama?"
"Sepertinya begitu, kau baru masuk ke sekolah itu, jadi kau pasti tidak tahu padaku kan?" Katanya dengan melipat kedua tangan di dada.
"Memangnya, kamu seterkenal itu?"
Anak lelaki itu tersenyum bangga lalu menghadapkan diri sepenuhnya pada Tzuyu. "Tentu saja! Kau tak lihat? Aku ini luar biasa tampan! Kau sangat beruntung karena mau mengajakmu bicara, biasanya para anak perempuan genit itu mengejarku, tapi aku tidak pernah mau berbicara pada mereka semua! Jadi, kau harus bersyukur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
• UTOPIA • REVISI
RomantizmKetika semua kebahagiaan di renggut karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan hilangnya ingatan, Chou Tzuyu memendam cintanya sendirian. Karena sang kekasih melupakan segalanya. Dan hati yang lelah menunggu membuatnya hampir menyerah untuk berpalin...