"Rasamu adalah rasaku,
Mungkin ingatanmu tak mengenalku,
Tapi hatimu tahu siapa aku."🌼🌼🌼🌼🌼
Dikelas sedang dihebohkan dengan adanya sebuah pengumuman mengenai acara party ulang tahun university.
Selain Tzuyu, semua orang tampak bersorak heboh. Saling berseru mengenai keramaian akan malam yang sangat dinantikan itu.
"Untuk pengumuman selengkapnya akan terpampang di mading, kalau begitu kalian semua mulai bersiap-siaplah."
Semuanya menjawab kompak. Setelah sang dosen pergi, mereka pun kembali heboh berhamburan keluar, kecuali Tzuyu yang hanya berdiam diri.
Dan satu lagi. Seorang pemuda yang sejak tadi terus memperhatikan Tzuyu dari tempatnya duduk. Merasa tidak berminat dengan pengumuman dan malah lebih tertarik memandangi gadis itu.
Terkadang dia tersenyum, saat melihat Tzuyu menampilkan ekspresi bosan dengan pipi mengembung. Dan ya, dimata seorang Kim Younghoon itu sangat menggemaskan.
"Minari, pokoknya kita harus belanja pekan ini. Gaun, make up, sepatu, semuanya! Aku akan mencari yang terbaik! Rasanya tak sabar sekali!" Ujar Sana penuh antusias.
"Maafkan aku, Sanasii. Tapi bukankah baru kemarin kau membeli gaun yang super cetar itu? Sepatu! Make up! Jadi jangan libatkan aku lagi dengan rencana konyolmu yang pasti akan berujung berjam-jam. Tidak! Terima kasih. Tidak lagi!"
Sana mendengus, bibirnya mengerucut lucu, tatapannya ia alihkan pada Tzuyu. "Kalau begitu aku deng-"
"Tidak, tidak." Tzuyu menyela cepat sebelum Sana menyelesaikan ucapannya.
Membuat Sana berenggut, "Kalian sebenarnya sahabatku atau bukan sih?!"
"Maaf, tapi aku tidak punya sahabat yang bodoh." Mina mulai beranjak. "Chewy sayang, aku pulang duluan. Dah!" Dia pun pergi begitu saja.
Sementara Sana menahan sumpah serapahnya, kemudian membereskan semua barang-barangnya. "Wy, aku juga duluan. Papa jemput."
"Iya, hati-hati."
Setelah kepergian Mina dan Sana, Tzuyu tidak langsung beranjak, entah mengapa dia jadi enggan untuk keluar.
Bagaimana kalau dia benar-benar menunggu di parkiran? Aku harus apa?
"Ekhem. Masih ingin disini atau pulang?"
Suara seseorang sontak membuat Tzuyu tersentak, dia dengan cepat mengalihkan pandangan ke samping, dan betapa terkejutnya dia. Karena di kelas sudah tidak ada siapa-siapa lagi, selain dirinya dan pria diujung sana yang barusan bertanya.
"Tenang saja, aku bukan hantu." Candanya karena melihat wajah terkejut Tzuyu.
"Younghoonsii?"
Pria itu mendekat, berdiri disamping Tzuyu. "Younghoon."
"Apa?"
"Jangan terlalu formal, panggil namaku seakrab mungkin."
Tzuyu mengangguk ragu, membuat Younghoon tersenyum diam-diam.
"Ayo kita pulang, ku antar." Younghoon menarik tangan Tzuyu, membuat gadis itu kaget untuk kesekian kalinya.
"T-tapi, aku-"
"Cepat, atau hujan akan turun."
Tzuyu bungkam, tidak bisa protes lagi. Ketika pria itu terus menarik tangannya tanpa mau menerima penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
• UTOPIA • REVISI
RomanceKetika semua kebahagiaan di renggut karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan hilangnya ingatan, Chou Tzuyu memendam cintanya sendirian. Karena sang kekasih melupakan segalanya. Dan hati yang lelah menunggu membuatnya hampir menyerah untuk berpalin...