Devided Blood

940 63 3
                                    

Aku terdiam sepanjang jalan Ryce menggendongku. Ia membawaku ke kamar tamu. Ia membarinkanku di kasur dengan hati-hati.

"Te-terimakasih." Ujarku pelan.

Ryce memandangku dengan tatapan dinginnya. Lalu, tiba-tiba ia mengecup keningku.

"Semua hal ini, membebanimu. Benarkah begitu?" Tanya Ryce.

Aku yang masih terdiam tak merespon pertanyaan Ryce.

"Um.....i-itu...." Ujarku yang mulai mencerna perkataan Ryce.

"Sigh* bukankah ini takdirku? Walau aku berusaha, tetap saja semua ini tak akan berhenti menghampiriku." Ujarku memasang wajah sedih.

Ryce hanya terdiam. Hening beberapa saat menyelimuti kami berdua.

"Beristirahatlah!" Ujar Ryce sembari beranjak meninggalkanku sendiri di kamar.

Suasana di Mamsion benar-benar sedang tidak baik. Mereka lagi-lagi mulai untuk memperebutkan posisi itu. Dan ditambah lagi, kejadian ini yang membuat mereka khawatir dan waspada.

Aku masih memikirkan penyebab dari pertengkaran antara Aldrick dan Vio. Setahuku, mereka sudah baik-baik saja. Jarang sekali mereka bertengkar.
Walau, mungkin masih ada rasa ketidak percayaan antara pangeran dan Vio.

"Sigh* mengapa jadi seperti ini?" Gumamku sembari mencoba untuk berdiri.

Tubuhku sangat lemas. Tapi, ingin istirahat pun aku tak bisa karena rasa keingin tahuanku tentang pertengkaran mereka.

Aku memutuskan untuk keluar dari mansion. Aku duduk di bangku taman depan mansion. Hari sudah gelap. Namun, di sekitarku terang karena cahaya kecil dari lampu-lampu taman.

"Angel! Mengapa kau berada di luar?" Ujar Vio yang menghampiriku.

"Kau sendiri? Mengapa kau diluar?" Tanyaku balik bertanya.

Vio tersenyum kecil. Ia ikit duduk di sebelahku. Aku memperhatikan mimik wajahnya yang nampak seperti khawatir akan sesuatu.

"Kau boleh cerita padaku. Semua yang kau lakukan menyangkut hidupku. Jadi, aku berhak tahu." Ujarku.

Vio menoleh ke arahku. Mimiknya seakan lebih khawqtir saat aku berkata seperti itu.

"Entah apa yang terjadi selanjutnya. Setelah hari itu..." Ujarnya tak selesai.

"Apa yang terjadi pada jantungku yang asli?" Tanyaku.

Vio nampak terkejut dengan pertanyaan yang aku lontarkan. Seakan sesuatu yang menakutkan menikamnya dari belakang. Membuat ia bergetar ketakutan.

"A-aku tak tahu apapun tentang jantungmu yang asli. Iblis itu yang menyimpannya." Ujar Vio gemetar.

Aku meraih bahunya dan menepuknya pelan. Aku ingin membuatnya lebih tenang.

"Masalahnya bukan berada pada jantungmu. Tapi, siapa yang mengambil jasad dari sang putri?" Tanyanya resah.

Putri Philiphia atau kakak kembaranku memang sudah di kuburkan di pemakaman. Itu adalah ingatan yang datang padaku. Sekarang, pertanyaannya adalah apa yang terjadi setelah pemakaman jasad kakakku?

"Kau tak mengetahui apapun setelah itu?" Tanyaku pelan.

"A-aku tak mengetahui apapun." Ujar Vio nampak putus asa.

Author's POV

~Other place~

"Blutstropfen, die vom Mond beleuchtet werden. Eine in der Dunkelheit begrabene Seele. Steh vom Mondlicht auf."
(Tetesan darah yang disinari bulan. Jiwa yang terkubur kegelapan. Bangkitlah dari cahaya rembulan.)

Twilight Princess (The After Story Of Midnight Princess) CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang