5+7 | Tricked

16 4 3
                                    

"Why on Earth was I here? I got tricked almost all the time. No more reasons to live, I guess."

|
|

Namjoon bungkam. Tangannya menggenggam gelas yang sudah tidak berisi dengan kuat. Kendati demikian, ia tak sadar sama sekali.

"Astaga, hyung, tolong jawab aku! Yang tadi itu Hoseok atau bukan?" Jimin mengguncang lengan Namjoon berkali-kali, meminta penjelasan.

Sungguh, ia benar-benar merasa tengah bermain di wahana roller coaster. Hanya saja bedanya ia tidak menikmati permainan sekarang. Sama sekali tidak. Ia benci dipermainkan seperti ini.

Namjoon masih terdiam seribu bahasa. Ia tahu jawabannya, tapi tenggorokannya tercekat.

"Jadi benar, itu Hoseok? Jawab aku, hyung! Aku tidak akan marah padamu."

Namjoon mengusap wajahnya gusar dan akhirnya angkat bicara setelah sekian lama bungkam. "Iya, iya, itu Hoseok! Puas!?"

Jimin langsung mendorong mejanya, memberi jarak dengan kursi yang ia duduki dan berdiri.

"Ya, kau mau ke mana!?"

Jimin membalikkan badannya sesaat. Raut wajahnya jelas menunjukkan kemarahan. Bukan pada Namjoon, tapi Hoseok.

"Kau baliklah ke kelas. Aku harus mencarinya."

———

Jimin memacu kecepatannya menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Bahkan, ia beberapa kali langsung melewati dua anak tangga sekaligus.

Ia sudah tidak peduli dengan pelajaran. Toh, sebentar lagi ia akan masuk ke fase menyerah pada kehidupan. Jadi, tidak ada gunanya untuk belajar, bukan?

Setelah mengintip sekilas melalui kaca, ia langsung mendorong pintu ruang tari dengan keras dan membantingnya. Hal ini sontak membuat orang di dalam tersentak.

"Jung Hoseok, apa maksud tindakanmu tadi!?"

Yang ditanya lantas menjatuhkan rahangnya secara tak sadar dan membelalakkan matanya kaget. Ia masih berusaha mencerna apa yang tengah dihadapinya sekarang.

"Jawab aku, Hoseok! Kau benar-benar terlihat seperti orang pintar kalau begini." Ia berucap dengan sedikit sarkasme di dalamnya.

Hoseok melangkah ke belakang Jimin, mendorong punggungnya kemudian menutup pintu secara perlahan (yang sepertinya hampir rusak akibat bantingan tadi). Beruntunglah ia sebab lantai ini sedang sepi sehingga seharusnya tidak ada yang mendegar. Atau, jika kesialan menimpa, ketua kedisiplinan sedang berkeliling dan menangkap basah mereka.

"Tarik napas, embuskan. Jangan banyak teriak, Bodoh. Tenanglah sedikit."

Jimin mendecak. Tangannya ia lipat di depan dada. Matanya tak bisa dialihkan ke mana-mana selain pada orang di hadapannya.

"Ternyata, oh ternyata. Kau pengirim pesannya tapi mengelak dan berkata bahwa Namjoon yang melakukannya?" balasnya mengacuhkan saran lelaki di depannya yang kemudian membalas dengan sebuah anggukan kepala.

Jimin tertawa sinis. "Tch, baiklah kalau begitu kita akan kembali menjadi mus—"

"Oke, kalau begitu juga aku tidak jadi membantumu," potong Hoseok kelewat cepat. Nadanya terdengar berantakan, jelas ada setitik keraguan di sana.

ARUNIKA [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang