Kanaya & Her Decision 1

11K 419 34
                                    

"Ra, kau tahu aku sangat mencintaimu" ujarnya parau.

"Kita tak ada hubungan apa-apa lagi Ga. Sekarang kau harus bisa menerimanya, jadilah suami yang baik untuk Naya." Ucapnya tegas.

"Ini tidak adil! Aku tak menginginkan pernikahan ini ataupun dirinya! Hanya kamu Ra yang aku inginkan." Ucapnya sambil meremas rambutnya kasar.

"Ini yang terbaik,"

"Tidak untukku!" dengan acuh Avarha membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja.

"Kami menyiapkan kado pernikahan untukmu, maaf terlambat. Satu bulan lebih pernikahan kalian. Tapi kau masih sibuk dengan pekerjaanmu, minggu ini kau bisa pergi bersamanya. Aku sudah menghandle pekerjaanmu, aku harap kau menerimanya." ucapnya tersenyum seraya menyerahkan sepaket penerbangan.

Raiga menggeram marah, dia tak ingin ini terjadi! Tapi apa? Orangtuanya mendesaknya menikahi gadis manja itu, dan pujaan hatinya bersikeras menerima Kanaya untuk menjadi istrinya. Ia merasa dipermainkan!

Avarha menyuruhnya menikahi sahabatnya sendiri lalu melupakan bahwa mereka saling mencintai dan merelakan perasaannya hanya untuk sahabatnya itu.

Satu bulan ia berusaha menghindarinya, tapi lihatlah mereka menyuruhnya untuk berbulan madu di Paris bersama Kanaya. Ia tak menginginkan ini terjadi ataupun tentang kehadiran Kanaya di hidupnya. Sungguh demi apapun perempuan yang ingin ia nikahi hanya Avarha seorang, bukan perempuan lain apalagi Kanaya!

Raiga memandang punggung kecil Avarha yang menghilang di balik pintu ruangannya, ia tak kuasa untuk menghentikan kepergiannya. Ia menahan diri untuk tidak berbuat lebih jauh lagi, ya untuk saat ini.

***

Kanaya tersenyum sumringah, saat Raiga mengajaknya pergi ke Paris. Ya tuhan! Itu adalah Kota impiannya, ia berharap setelah ini hubungan dengan suaminya membaik. Walau terkesan dingin, dia tetap yakin suatu saat nanti suaminya akan mencintainya, seperti dirinya yang amat mencintai Raiga, suaminya.

Dirinya tak menduga ia menginjakkan kakinya di sini, di kota yang hanya bisa ia dengar dan lihat lewat media. Membayangkan berjalan bersama dengan orang yang dicintai pasti itu sangatlah membahagiakan. Apalagi di kota Paris, kota impiannya. Dia memang anak orang kaya, tapi kali ini adalah yang pertama untuknya. Ya, dia cuma anak orang kaya.

Namun semuanya hanya angan-angan belaka yang tak mungkin benar-benar terwujud. Karena pria itu masih sama dingin dan tak tersentuh. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan lagi untuk memperbaiki hubungan mereka yang dari awal retak, apalagi dilandasi kepercayaan dan cinta. Salah satu diantaranya tak ada dalam hubungan pernikahan mereka. Apakah ia salah melangkah? Tapi, tak salah bukan kita berjuang dulu baru bisa mendapatkan apa yang kita inginkan??

Mungkin saat ini ia harus lebih berjuang lagi untuk merebut hati Raiga. Ia yakin suatu saat nanti hati dan tubuhnya akan ia miliki. Ia yakin itu. Tapi jika kemungkinan tidak akan terjadi, ia akan lebih memilih mundur dan memandangnya dari kejauhan. Memberi ruang untuk pria yang ia cintai memilih kebahagiaannya.

"Sudahlah, kau disini saja aku ada urusan pekerjaan." Ujarnya dingin lalu melenggang pergi tak memperdulikan Kanaya yang memanggil namanya lirih.

Kanaya memejamkan matanya, meredam gejolak rasa sakit di dadanya. Sekuat tenaga ia menahan laju air matanya yang kini berdesakan di pelupuk matanya. Namun air mata itu akhirnya luruh juga dan ia menangis tersedu sembari memukul dadanya berusaha menghilangkan rasa sakitnya.

Apa yang harus ia lakukan lagi??

Waktu-waktu berikutnya pun seperti itu, ia lagi-lagi ditinggal sendiri di kamar hotel. Pernah ia mengajak suaminya untuk sekedar berjalan-jalan bersama, namun pria itu selalu menolaknya. Segala ucapan ketus dan dingin Raiga lontarkan dan baginya itu hal biasa, mungkin sudah menjadi makanan tambahan untuknya. Walaupun sedih, setidaknya pria itu masih mau berbicara padanya.

Kumpulan CerbungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang