🌹Laras ~ Kerrel🌹
Dengan terburu-buru aku berangkat ke kantor, hari ini aku kesiangan. Aku berdoa semoga hari ini bukan hari yang buruk untukku, aku tergopoh-gopoh masuk ke perusahaan.
Aku menyalami pak satpam yang jaga di depan, yang tak lain adalah pakde yang aku anggap ayahku. Karena dialah aku bisa masuk ke perusahaan ini yang mengajakku ke kota Jakarta mengadu nasib dengan mengandalkan ijazah SMK, aku bersyukur aku diterima di sini sebagai karyawan biasa. Sempet ragu juga dengan saingan waktu wawancara.
Dia keluarga satu-satunya yang aku miliki menjadi sesosok orang yang sangat aku kagumi. Walaupun dia suami dari kakak ibuku, beliau amat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Jika mengingat bude aku bersedih, kenapa dia sangat galak padaku. Wajar mungkin dia tak menyukaiku karena pakde amat baik padaku ketimbang anak-anaknya. Pasalnya sedari kecil aku hidup bersama mereka tak pernah sekalipun aku melihat wajah kedua orangtuaku.
Mereka merawatku dengan baik hingga aku sebesar ini, menyekolahkanku dengan kebutuhan yang pas.
"Ras tumben masuknya kesiangan? Pakde kira kamu sudah berangkat,"
"Iya pakde telat bangun, terus ketinggalan bus juga." Ringisku sambil tersenyum malu dan menyalami tangannya. Aku melirik ke satpam yang satunya, bukannya yang jaga itu pak Maman. Apa dia dipecat, jika benar sungguh kasihan.
Satpam yang baru ini sungguh tampan masih muda lagi, hidungnya mancung, matanya sipit, putih bersih, badannya juga sangat Bagus. Dia melihat ke arahku dan langsung memberikan pandangan tajam ke arahku, dia mendengus kesal. Aku sungguh malu, bisanya aku menaksir dia. Ah lupakan! Sayang cakep-cakep tapi serem. Aku mengalihkan perhatianku pada pakde Said.
"Ya udah, sana masuk. Nanti dimarahin sama atasan,"
"Mari pak, saya masuk dulu." akupun masuk ke ruanganku. Aku bersyukur pimpinan divisiku hanya menaikkan alisnya dan langsung menyuruhku duduk.
Waktunya makan siang, aku menolak tawaran makan siang bersama rekan kerjaku. Karena aku sudah membawa bekal sendiri, aku lupa membawa bekal untul pakde karena biasanya aku membawakan untuknya. Mungkin bekal ini untuknya saja, karena aku sangat ingin makan soto. Aku pun pergi ke pos satpam.
"Pakde nih bekalnya. Maaf Laras cuma bawa satu ajah, bekalnya buat pakde."
"Memang kamu gak makan?"
"Laras lagi pengen makan soto, Laras pergi dulu ya pakde." ucapku sambil tersenyum.
"Biar pakde saja yang beliin."
"Tapi pakde,"
"Udah gak apa-apa, pakde juga mau beli gorengan."
"Ini uangnya, sekalian pake uang Laras aja. Kalau pakde mau soto ya beli aja,"
"Iya, Aden Kerrel mau juga beli soto? Atau mau beli makanan Padang?" aku melirik ke arahnya, wajahnya sangat datar sekali. Dia hanya tersenyum tipis, lalu menggeleng. Huh dasar tembok, muka kok datar banget. Pelit ngomong lagi, entah mengapa aku sangat kesal dengannya.
Aku pun memilih duduk di bangku yang dekat dengan bilik kanan kaca, lebih baik aku tidur. Aku mendengar suara pakde memanggil namaku sambil menepuk pundakku, aku tersenyum malu.
Kami pun makan di pos satpam, ini hal yang sering aku lakukan. Aku tak pernah malu jika makan di sini, yang penting tak melanggar aturan. Aku meliriknya yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya, aku mengernyitkan keningku. Apa gak salah seorang satpam biasa bisa memiliki laptop yang ada logo apel digigit, aku tahu laptop itu harganya mahal sekali. Aku juga gak mampu membelinya, lebih baik aku tabung uangnya. Apa dia seorang mata-mata? Pikiranku makin ngaco. Dia melihatku, lalu menaikkan dagunya. Aku hanya tersenyum malu, lagi-lagi aku kepergok olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerbung
DragosteONE SHOOT - COMPLETED Beberapa cerita pendek yang aku buat bersambung, temanya sih romantis walaupun begitu aku akan bikin yang nyesek-nyesek. Tapi aku gak sejahat itu kok, aku akan buat mereka menemukan kebahagiaannya dengan atau tanpanya. Maklum k...