My Secret Identity 4

9.5K 601 120
                                    

Nadia tak henti-hentinya menangis di depan ruang operasi, suaminya masih dalam perjalanan pulang dari luar kota. Kinara hanya terduduk terdiam, matanya kosong. Semuanya jelas di depan matanya ia melihat semuanya. Dan itu menghantuinya, butuh waktu lama untuk meredam rasa ketakutannya atau tidak akan pernah bisa.

Kinara beranjak dari duduknya, melihat dokter yang bertugas keluar dengan wajah yang cemas. Mereka berbicara serius, sampai-sampai Nadia terduduk lemas di lantai. Setelah kepergian dokter, Kinara menghampirinya. Berjongkok dan memandangnya prihatin. Walaupun tubuhnya bergetar ketakutan ia harus kuat, setidaknya ia tidak merepotkan orang lain.

Nadia berhenti dari isakan tangisannya, lalu memandang tajam perempuan di depannya. Ia langsung melayangkan tamparan nya pada Kinara, memandangnya penuh kebencian. Kinara terlonjak kaget merasakan tamparan itu, matanya membara penuh kebencian. Dia mengepalkan tangannya, menatapnya tajam seolah-olah akan menghukum mati dirinya.


"Saya meminta kamu untuk mendonorkan darahmu kepada anakku, memintanya kembali yang pernah Alia berikan padamu."

"A..apa?" Tanyanya tak percaya. Kinara terduduk lemas, bukan. Bukan karena ia tak mau hanya saja kondisinya tak memungkinkan untuk melakukannya, dengan keadaan kandungan lemah dan beserta fisiknya memang yang lemah.

"Alia sangat membutuhkannya, ayahnya belum sampai. Dan satu-satunya orang yang bisa melakukannya ya kamu! Saya hanya mau nyawa anak saya, walau harus mengorbankan nyawamu. Ingat anak saya pernah menyelamatkan nyawamu dan saya memintanya sekarang!" Tandasnya sengit.

"Tapi saya tidak bisa, karena sa.. saya sedang mengandung..." Air matanya mengalir.

Nadia terkejut akan fakta itu. Mengerjapkan matanya tak percaya, tidak menyangka Kinara yang ia kira gadis-gadis baik-baik hamil diluar nikah dan ia bisa menebak siapa pria itu.

"Saya tidak peduli itu! Yang saya inginkan adalah nyawa anak saya!" Nadia langsung memegang lengannya dan mencengkram nya erat.

Kinara hanya bisa menangis tergugu, apakah ini sudah waktunya untuk melunasi hutangnya? Mendonorkan darahnya kepada Alia, darah yang sama yang pernah ia dapatkan sewaktu kecelakaan di umurnya lima belas tahun. Bisakah ia menyelamatkan nyawa Alia? Tapi bisakah juga ia menyelamatkan nyawa anaknya yang baru terbentuk janin? Ia tak sanggup jia kehilangan anaknya.

Kinara mendongakkan wajahnya yang kini bersimbah air mata, ia memutuskan untuk mendonorkan darahnya. Apapun yang terjadi nanti ia tetap menyayangi anaknya. Tak terbesit sekalipun dirinya untuk membunuh janin yang tak berdosa yang kini bertumbuh di rahimnya. Sungguh ia menyayanginya lebih dari apapun, termasuk nyawanya. Tanpanya mungkin ia sudah bunuh diri, dia adalah penyemangat hidupnya untuk bangkit kembali. Berjalan masa depan yang lain bersama dengan anaknya buah hatinya.

"Kamu harus melakukannya sekarang! Atau Alia tidak akan bisa selamat." Desaknya.

Kinara semakin menangis tergugu, baru ia mendapatkan kebahagiaannya dengan kehadiran calon buah hatinya. Tapi sekarang ia malah akan mencelakakan dirinya, dengan kondisinya yang amat lemah mendonorkan darahnya.

Ya tuhan tolonglah aku...

"Cepat..!!" Desisnya.

Kinara menganggukkan kepalanya lemah, ia memegang perutnya yang masih datar. Baru kemarin ia mendapat kabar ada nyawa yang harus ia jaga. Tapi sekarang? Ya tuhan! Ia tak sanggup melakukannya.

Kumpulan CerbungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang