Kanaya & Her Decision 3

4.7K 336 26
                                    

Haris datang sedikit lebih lama, pria setengah baya itu menghampiri istrinya yang kini sedang menangis dalam pelukan Hilsya. Perasaannya mendadak tidak enak, pikirannya kacau. Ia tidak mau kehilangan Kanaya, orang yang sudah dianggapnya anak.

Ratih yang menyadari kehadiran suaminya langsung menghamburkan ke pelukan dada suaminya, ia menangis sejadi-jadinya tak sanggup menahan kesedihan dan kehilangan atas kepergian Kanaya.

"Semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Haris pelan.

Ratih mendongakkan wajahnya, ia menatap suaminya. Air matanya menghalangi pandangannya, dirinya tak bisa berkata atau mengatakan bahwa Kanaya sudah tiada lagi. Namun masih ada nyawa lain yang selamat dan itu adalah cucunya.

"Mas...." Ucapnya lirih dan kemudian kesadarannya menghilang. Haris terkejut bukan main, istrinya terjatuh pingsan dengan sigap ia merengkuhnya dalam pelukannya.

Ia langsung membopongnya dan sementara membaringkannya di salah satu bangku penunggu dengan pahanya sebagai bantal. Hilsya membantu paman Haris membaringkannya. Tak berapa lama itu beberapa perawat datang membawa brangkar rumah sakit, dan Ratih di bawa ke ruangan darurat.

"Hilsya tolong kamu di sini dulu, biar paman saja yang menemani Tante." Hilsya menganggukkan kepalanya setuju.

Di perbelokan lorong rumah sakit Haris bertemu dengan ibu kandung Kanaya. Perempuan itu berjalan tergopoh-gopoh, raut khawatir terpatri jelas di wajahnya. Mata mereka bertemu, saling bertatapan sebentar lalu Haris mengalihkan pandangannya.

Farah menghampiri Haris tanpa basa basi ia langsung bertanya dimana Kanaya berada. Perasaannya tidak enak melihat Ratih yang pingsan dan Haris yang masih terdiam membisu. Walaupun ia bukanlah seorang ibu yang baik, tapi setidaknya ia bisa bertemu dengan Kanaya sebelum semuanya terlambat. Pikirnya.

Haris terdiam lama ia menatap lamat-lamat perempuan itu, tak tega dengan permohonannya ia lalu menjawabnya. Farah mengucapkan terima kasih lalu segera pergi ingin cepat bertemu dengan Kanaya. Putri yang selama ini ia sia-siakan, setelah ia bertemu dengannya apakah ia masih pantas dipanggil ibu olehnya?

Dulu perlakuannya terhadap Kanaya memang di luar batas kewajaran mungkin pantas disebut penganiayaan terhadap seorang anak.
Kini ia menyadarinya bahwa kesalahannya tidak akan termaafkan atau mungkin ia tidak akan bisa menebus semua dosanya. Mengingat kanaya selama ini hidup susah dan itu karenanya sendiri.

Selama ini ia dibutakan oleh duniawi semata sampai-sampai ia melupakan kasih sayang seorang ibu yang harus ia limpahkan kepada putrinya. Dan ia berbuat sangat kejam hanya karena anak pertamanya lahir seorang perempuan dan membedakan dengan adiknya yang laki-laki bahkan dirinya meninggalkan kanaya seorang diri dan hidup jauh darinya.

Air matanya mengalir, apakah ia sudah terlambat karena baru menyadarinya? Menyadari kalau putrinya hidup amat sulit belum lagi dengan penyakit yang di deritanya, penyakit yang disebabkan olehnya dulu yang sering mengabaikannya. Lebih tepatnya Kanaya dulu pernah kecelakaan dan itu karena lari mengejar dirinya ingin ikut bersamanya dan ia menolak mentah-mentah. Kecelakaan itu terjadi dan tak terhindarkan, Kanaya tertabrak mobil dan dilarikan ke rumah sakit. Ia hanya menganggapnya remeh dan lebih fokus dengan anak keduanya yang tiba-tiba demam. Bahkan lebih teganya lagi ia menuruti perintah suaminya yang menyuruhnya untuk menjaga putra mereka dan meninggalkan Kanaya seorang diri di rumah sakit.

Dan semuanya telah terjadi Kanaya tumbuh besar dengan ketergantungan obat dan berpura-pura kuat di depan pria yang dicintainya yang tak lain adalah putra dari Haris Maulana, besan sekaligus relasi bisnis keluarga suaminya.

Langkahnya terasa goyah melihat Sukma yang menangis tersedu-sedu di pelukan Alessa, bukan hanya Sukma saja tapi semua orang yang di depan ruangan pun ikut bersedih. Orang yang pertama menyadari kehadirannya adalah Hilsya, Farah melangkah pelan menghampirinya.

Kumpulan CerbungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang