Suara gemericiknya air hujan tak mengindahkannya untuk pergi dari balkon kamarnya, Kanaya masih setia memandang keluar entah mengapa hatinya sakit ketika hujan turun. Ia hanya ingin mencari tahu kenapa ia merasakannya, dan apa yang telah terjadi antara ia dengan hujan?
Kulitnya merasakan lembutnya kain yang kini melekat ditubuhnya. "Masuklah, hujan semakin lebat. Ruhi sudah tidur." Ujarnya lembut.
Kanaya memandang lekat pria yang berdiri di sampingnya. "Siapa dirimu, siapa dirimu yang sebenarnya?" Hatinya selalu menjerit kecil seperti itu.
Raiga mengalihkan pandangannya, ia tak suka ketika Kanya memandangnya intens. Bukan, hanya saja ia belum berani mengatakan yang sebenarnya. Ia lebih memilih menutup rapat mulutnya karena ia merasa ini belum waktunya, yang ia inginkan Kanaya dengan Ruhi terbiasa dengan kehadiran dirinya dulu lalu setelah itu ia akan berkata jujur. Menunggu waktu yang tepat untuk Kanaya siap akan hal itu.
"Kumohon, masuklah... Di sini sangat dingin tidak baik untuk kesehatan." Ucap Raiga kembali, sembari merangkul Kanaya untuk masuk ke kamar.
Dengan pasrah Kanaya mengikutinya, matanya tak lepas dari wajah Raiga ia terus mengikuti arah kemana pria itu pergi. Sekembalinya Raiga dari menutup pintu balkon kini mereka berdua duduk beriringan di atas ranjang. Raiga menggenggam lembut tangan Kanaya, ia tersenyum manis. "Esok kita akan ke puncak."
Kanaya mengangguk tersenyum, mendengar kata puncak hatinya senang. Entah mengapa ia merasa sebahagia ini, seperti akan ada sesuatu di sana. Seperti sesuatu yang diinginkannya selama ini dan ia tak sabar untuk esok hari. Ia memandang putrinya yang kini bergelut selimut tertidur nyenyak.
Raiga tak lepas memandang rona di wajah Kanaya, dan itu membuat hatinya menghangat.
🍁🍁🍁
Udara dingin menggelitik kulitnya, ia semakin mengetatkan jaketnya dan sesekali membenahi selimut putrinya yang kini di dalam pelukannya. Bibirnya mengembang penuh dengan senyuman hatinya membuncah bahagia tatkala melihat wajah putrinya yang amat menyejukkan hati. Mata bulat jernihnya menyinarkan kesucian dan kemurniannya membuat orang damai siapapun yang melihatnya. Dan ia bahagia bahwa itu adalah putrinya hidupnya, cintanya, cahayanya, Ruhi nya...
Kembali ia tersenyum dan mengecup sayang putrinya.
Raiga tersenyum hangat melihat senyuman manis Kanaya, yang membuat hatinya terenyuh bahagia. Kenapa baru sekarang ia melihat betapa cantiknya Kanaya ketika tersenyum? Kenapa bukan sedari dulu ia mengenalnya dan melihat rona kebahagian di sana, membuatnya tersenyum seperti ini sudahlah cukup untuknya hidup. Kenapa takdir baru menyadarkannya sekarang?
Raiga mengalihkan pandangannya ketika salah satu asisten rumah tangganya memanggilnya. "Pak saya boleh izin pergi mini market depan sana? Saya mau beli popok sekali dengan perlengkapan buat dede Ruhi, banyak stock yang habis. Sekali mau membuat makanan karena ini sudah waktunya dek Ruhi makan siang."
Raiga mengangguk. Ani memberikan satu bag ke Raiga yang isinya perlengkapan bayi. "Di sini ada termos dan botol susu yang sudah saya isi sesuai takarannya pak, maaf ya pak saya pergi dulu soalnya takut dedek nya kelaparan. Lagi sebentar lagi waktunya Ibu minum obat, semuanya ada di sini ya pak." Ucapnya sembari menunjuk bag pack hitam. Kembali Raiga mengangguk sembari melihat dan mengecek isi dalam tas, ya semuanya lengkap.
"Sekali beli dengan beberapa cemilan ringan ya."
"Ok, tapi bapak tidak apa kan saya pergi soalnya bakal butuh waktu lama." Kembali Raiga mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerbung
RomanceONE SHOOT - COMPLETED Beberapa cerita pendek yang aku buat bersambung, temanya sih romantis walaupun begitu aku akan bikin yang nyesek-nyesek. Tapi aku gak sejahat itu kok, aku akan buat mereka menemukan kebahagiaannya dengan atau tanpanya. Maklum k...