Kanaya and Her Decision 2

5.3K 441 86
                                    

______🥀______

Bukan haknya lagi? Apakah betul seperti itu?? Raiga menghembuskan nafasnya pelan, sembari memandang langit hitam yang kini mengguyurkan air hujan membasahi bumi.

Apakah Kanaya bukan hak miliknya? Ia bertanya-tanya dalam hati, memastikan bahwa Kanaya bukan dari bagian hidupnya lagi. Apakah itu benar? Tapi kenapa ia merasa ada yang salah, sesuatu yang mengganjal hatinya membuatnya semakin resah. Perasaan yang sulit diartikan untuknya.

Raiga mengusap kasar wajahnya, kembali ia menatap langit yang menghitam. Berharap ia bisa menemukan jawabannya, menemukan sesuatu yang menurutnya benar. Mungkin itu sesuatu yang memang selama ini ia cari.

Namun hanya kekosongan yang ia dapatkan. Rasanya ia ingin melampiaskan rasa dahaga nan amarahnya ini, tapi apa yang bisa ia lakukan? Marah-marah tidak jelas atau mengamuk membanting sesuatu hingga dirinya puas? Rasanya semuanya tidak ada yang benar.

Menghela nafas pelan, mencoba mengontrol perasaannya yang berkecamuk. Sedikit tenang, ia berbalik dan meninggalkan ruangannya pergi ke suatu tempat. Mungkin pergi ke tempat itu bisa mengurangi rasa kacau di hatinya.

Raiga terus berjalan tak menghiraukan panggilan sekretarisnya dan mengabaikan setiap orang yang memberikan salam padanya. Yang ia pikirkan hanyalah satu tempat yaitu keberadaan perempuan yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya. Kalau bukan Kanaya siapa lagi? Entahlah, ia tidak pernah mengalami hal sekacau ini sekalipun dengan Avarha.

Apakah ini karena kehamilan Kanaya yang pasti membuat penampilannya berubah drastis atau hanya rasa empati semata? Entahlah dirinya tak tahu ia merasa ada sesuatu yang kurang  yang mengganjal di hatinya dan ia tidak mengerti itu.

Memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan perusahaannya menembus lalu lalang kendaraan di depannya. Berharap ia bisa menemukan jawaban yang berkecamuk di pikirannya.

Masih terlihat jelas diingatannya, bagaimana penampilan Kanaya waktu itu. Bukan, bukan maksud dirinya untuk menghinanya. Kanaya masih cantik seperti dulu, namun ada beberapa hal yang membuatnya terlihat tidak seceria dulu. Wajah tirus yang kini mengurus dengan wajah yang pucat. Dan mata yang biasa menatapnya lembut kini  memancarkan antara kehidupan dengan...

Tidak! Ini pasti tidak benar. Tidak mungkin! Ini pasti hanya pikirannya saja yang semakin mengada-ada, pasti Kanaya belum bisa menerima perpisahan dengannya apalagi dalam keadaan hamil. Iya pasti begitu! Lebih baik ia datang mencarinya siapa tahu ia akan mendapatkan jawaban yang selama ini dicarinya. Setidaknya ia bisa melihat lebih dekat wajah itu, wajah perempuan yang selalu menatapnya penuh cinta namun selalu ia hiraukan dan sia-siakan.

🍒🍒🍒

Raiga terus memusatkan perhatiannya pada sosok yang ia kenal tak jauh dari ia berdiri, memandangnya lamat-lamat dengan penuh perhatian. Jelas dari sini ia bisa mendengar semua yang mereka bicarakan, Raiga membulatkan matanya tak percaya dengan penglihatannya sekarang.

Dengan keberaniannya ia akan menghampiri mereka dan menghentikan semuanya, namun langkahnya terhenti tatkala perkataan yang amat menyakitkan keluar dari mulut dari ayah kandungnya, ayah yang selalu dibangga-banggakan oleh Kanaya.

"Harusnya aku melenyapkanmu dari dulu..." Desisnya.

Seketika suasana yang tadi riuh berubah sunyi, jiwanya seakan melayang mendengar ucapan laknat itu. Kanaya hanya terdiam pandangannya kosong, semua orang tak menginginkannya....

Raiga membulatkan matanya, jantungnya berdetak kencang ia melangkah mundur. Meraup udara sebanyak-banyaknya, banyak sekali hal yang ia tidak ketahui tentang Kanaya. Jika Dari awal ia tahu, mungkin ia akan bersikap lebih baik pada Kanaya dan belajar menerima cinta Kanaya. Belajar? Bukankah dia sendiri yang menolak sisi hatinya untuk mencoba? Mencoba menerima kehadiran Kanaya di hidupnya dan bukan malah seolah-olah tidak menganggapnya ada.

Kumpulan CerbungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang