Jimin mengutak-atik laptopnya diruang tamu. Meskipun ia tidak mendapatkan apapun lagi ia tetap membandingkan beberapa rekaman cctv yang diambil dari sudut yang berbeda. Hoseok benar, pembunuh itu tupai jenius. Bersih, tidak berbekas. Satu-satunya keganjilan yang ia tahu hanyalah rekaman cctvnya dipotong. Masalahnya ia tidak bisa menemukan dimana potongan rekaman cctv itu.
"Hyung sedang apa?"
Jimin menoleh. Taehyung menghampirinya dan duduk disampingnya.
"Tidak ada. Hanya melihat rekaman cctv." Jimin kembali memperhatikan layar laptopnya.
Taehyung menatap Jimin dalam.
"Hyung..."
"Hm?"
"Berhentilah bekerja sebagai detektif."
Jimin tersentak, menoleh pada Taehyung yang menampilkan ekspresi serius.
"Ada apa Tae? Kenapa tiba-tiba?"
Ekspresi Taehyung berubah sendu. Matanya berkaca-kaca.
"Aku tidak ingin hyung terluka. Aku takut orang-orang jahat itu nantinya melukaimu."
Jimin tersenyum. Ia membelai kepala adiknya.
"Jangan khawatir. Kau tahu kan? Hyung sudah menjadi detektif hampir 3 tahun, dan hyung masih baik-baik saja sampai sekarang."
"Aku tetap khawatir hyung. Bagaimana kalau mereka menyerangmu? Bagaimana kalau hal buruk terjadi padamu?"
"Tidak akan ada yang terjadi Tae. Lagipula hyung tidak sendirian. Ada Hoseok hyung dan lainnya. Kami saling menjaga Tae."
"Tetap saja aku khawatir. Musuhmu sangat berbahaya hyung!"
Jimin mengernyit. "Bagaimana kau tahu musuhku bahaya?"
Taehyung mengerjap polos. "Memangnya ada pembunuh yang tidak berbahaya?"
Jimin diam sebentar lalu tertawa setelahnya. Benar juga, mana ada pembunuh yang tidak bahaya.
"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?"
Jimin berusaha meredakan tawanya. Ia menatap Taehyung lembut.
"Hyung akan berhati-hati. Kau tidak mengerjakan tugas? Biasanya jam segini kau sibuk mengerjakan tugas."
"Besok libur hyung. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu malam ini."
"Eh? Libur? Kenapa?"
Taehyung mengerucutkan bibirnya. "Lihat! Kau bahkan lupa kalau besok hari minggu. Kau benar-benar harus mencari pekerjaan lain hyung!"
Jimin menggaruk belakang lehernya. Pekerjaan terlalu mendominasinya sampai ia lupa hari.
"Hyung, ayo jalan-jalan besok!"
Jimin berpikir sebentar kemudian menggeleng.
"Tidak bisa Tae. Besok hasil tim forensik keluar, hyung harus melihatnya."
"Di hari minggu?"
Jimin mengangguk. Merasa bersalah setelahnya. Taehyung mengerucutkan bibirnya lalu membalikkan badannya.
"Menyebalkan! Kau bahkan tidak punya waktu lagi untukku."
Jimin menyentuh pundak Taehyung yang membelakanginya.
"Tae, kita bisa pergi jalan-jalan lain waktu. Jangan marah ya?"
Taehyung hanya diam. Ia merasa kesal.
Jimin semakin bingung menghadapi sifat kekanakan Taehyung yang tiba-tiba muncul."Bagaimana kalau kita menonton film malam ini?"
Taehyung menoleh. Matanya berbinar. Namun berubah datar setelahnya.
"Bukannya hyung sedang sibuk?" Katanya sengaja menekan kata terakhir.
Jimin tersenyum lalu menutup laptopnya.
"Tidak untuk malam ini. Hyung akan menunggu hasil tim forensik besok. Sekarang ayo nonton film."
Taehyung tersenyum cerah. Ia mengangguk lalu pergi ke dapur mengambil sekotak popcorn yang selalu tersedia didapurnya. Ia dan Jimin sangat suka popcorn. Taehyung bergabung bersama Jimin yang bersiap memutar film.
Film diputar setelah Taehyung duduk nyaman disamping Jimin. Keduanya larut dalam film yang diputar. Sesekali memasukkan popcorn kedalam mulut.
Taehyung berkaca-kaca saat film menampilkan adegan keluarga yang sedang berlibur bersama. Bahkan ia mulai terisak.
Jimin yang menyadari isakan kecil Taehyung menoleh dan terkejut mendapati pipi Taehyung sudah basah oleh air mata.
"Tae, ada apa? Kau sakit?"
Taehyung menggeleng. "Aku rindu eomma dan appa."
Jimin memeluk Taehyung yang semakin terisak.
"Hiks... aku juga... rindu... Jin hyung.."
Jimin mengeratkan pelukannya. Air matanya ikut menetes.
Ia mengingat keluarganya yang dulu ramai sekarang hanya menyisakan dirinya dan Taehyung.
Dulu ia merasa dunia terlalu kecil dan mudah untuknya meraih dunia bersama keluarga besarnya. Tapi sekarang, ia merasa dirinya terlalu kecil dalam dunia yang besar.
Taehyung dan Jimin sama-sama menangis. Menumpahkan kerinduan pada orang-orang tersayangnya.
"Hyung, apapun yang terjadi jangan pergi seperti mereka, ya?"
Jimin mengangguk dalam pelukannya.
"Hyung akan tetap disini bersama Tae."
"Sungguh?"
Jimin mengangguk lagi. Ia mengeratkan pelukannya. Sama sekali tidak ingin melepaskan.
"Tae juga harus selalu bersama hyung."
Jimin tahu sekarang hanya ada dirinya dan Taehyung. Sekarang hanya Taehyung satu-satunya dunianya. Ia akan menjaga Taehyung sepenuh hati. Ia akan menjaga Taehyungnya dengan baik. Menjaga dunia kecilnya.
●●●○●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. KIM ✔️
FanficTidak semua yang terlihat adalah kenyataan. Tidak semua yang ditampilkan adalah kebenaran. Terkadang kenyataan menempatkanmu dalam posisi sulit. Terkadang kebenaran membuatmu jatuh. _JM ______________ [BTS FANFICTION] Start : 9/6/2019 Finish : 5/9/2...