Past Story ~Min Yoongi~

1.3K 166 0
                                    

Hidup dalam keluarga berkecukupan tidak membuat seorang Min Yoongi menjadi pribadi yang sombong.

Ia tumbuh baik dalam lingkungan yang ramah.

Ayahnya memang bukan pemilik perusahaan besar di kota. Ayahnya hanya menjadi pemilik pabrik kecil di desa tempatnya tinggal. Tapi jika dibandingkan dengan masyarakat disekitarnya, keluarganya masih termasuk keluarga yang berada.

Min Yoongi cukup bersyukur untuk kehidupannya yang sekarang. Materi berkecukupan dan orang tua pengertian yang mendukung hobinya di bidang cyber.

Yoongi sudah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.

Namun kebahagiaan itu terenggut ketika kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Dirinya selamat karena tidak terlibat dalam kecelakaan itu dan hal itu membuatnya menjadi yatim piatu.

Yoongi tinggal sendiri dirumah besarnya selama beberapa minggu hingga seorang pria paruh baya yang mengaku sebagai pamannya mengajak tinggal di Seoul.

Yoongi tak langsung percaya. Ia tidak ingat orangtuanya pernah memberitahu kalau dirinya punya paman. Seingatnya kedua orangtuanya adalah anak tunggal dan tidak punya saudara tiri.

Sayangnya Yoongi dalam keadaan tidak bisa menolak pria itu. Ia hanya seorang remaja yang akan kesulitan tinggal sendiri.

Min Yoongi memutuskan meninggalkan rumah besar dan desanya ikut bersama orang yang mengaku sebagai pamannya ke kota besar, Seoul.

●●●○●●●

Yoongi berdiri di tepi sungai Han. Hembusan angin membuat rambut hitamnya melambai. Keadaan sepi membuat angin terasa semakin dingin.

Tentu saja sepi. Memangnya siapa yang mau berada di luar malam-malam dalam cuaca yang mungkin bisa membekukanmu.

Korea mulai memasuki winter season.

Yoongi menghela napas lelah. Ada beberapa luka lebam pada wajah dan tubuhnya hasil dari pukulan pamannya.

Tidak! Orang itu bukan pamannya.

Nyatanya orang yang mengajaknya tinggal bersama beberapa bulan yang lalu itu adalah pemilik perusahaan besar yang menginginkan pabrik milik ayahnya.

Dan sekarang setelah orang itu mendapat semua aset ayah Yoongi yang diwariskan pada Yoongi, dia tidak butuh kehadiran Yoongi lagi.

Jujur Yoongi bersyukur paman gadungannya itu mengusirnya. Setidaknya ia tidak akan dipukul lagi.

Yoongi mencelupkan kakinya kedalam air sungai han.

Dingin tentu saja. Mungkin Yoongi akan mati kedinginan jika menenggelamkan tubuhnya kedalam sungai.

Yoongi menarik napas dan memantapkan niatnya. Ia melangkah pelan semakin memasuki air sungai.

Ia mulai menggigil ketika setengah bagian tubuhnya sudah masuk ke dalam sungai.

"YA! APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Langkah Yoongi terhenti mendengar suara nyaring dari arah belakangnya dan sepersekian detik tubuhnya tertarik kembali ketepian sungai.

"Kau mau mati? Memangnya tidak bisa merasakan airnya sedingin apa? Kalau mau bunuh diri sekalian saja di laut!"

Yoongi mengerjap. Pria didepannya ini berniat menolongnya atau menyuruhnya mati ditempat lain?

"Kau bisa bicara tidak sih? Atau kau bisu? Atau mungkin tuli?"

Yoongi menggeleng. "Tidak. Aku tidak bisu, tidak tuli."

"Kau tadi benar-benar ingin bunuh diri?"

Yoongi menghela napas lalu mengangguk.

"Kenapa? Apa masalahmu terlalu berat?"

"Aku..."

Yoongi tak meneruskan ucapannya. Ia menatap tajam pria di depannya.

"Ya! Memangnya kau siapa tanya-tanya tentang masalahku? Aku tak mengenalmu untuk apa aku cerita padamu?"

Pria itu memutar bola matanya.

"Namaku Jeon Jungkook, 18 tahun."

Mata Yoongi membola.

"18 tahun? Ya! Aku lebih tua darimu! Bicaralah yang sopan!"

Jungkook mendengus. Sedikit menyesal sudah menyelamatkan orang menyebalkan ini.

"Terserah hyungnim." Jungkook menekan kata terakhirnya. Ia mengeluarkan pakaian dari tas ransel yang ia bawa.

"Bajumu basah. Kebetulan aku baru pulang dari kemah, pakai saja bajuku."

Yoongi ingin menolak tapi urung karena merasa kedinginan dengan baju basahnya. Ia jadi menyesal bunuh diri.

"Aku tidak bisa ganti baju ditempat terbuka."

Jungkook memutar bola matanya.

"Memangnya siapa yang bisa ganti baju ditempat terbuka? Di dekat sini ada cafe, mungkin bisa pinjam kamar mandi untuk ganti baju."

"Aku tak mungkin masuk cafe dalam keadaan basah."

"Astaga hyungnim! Kau mengaku lebih tua dariku tapi tidak bisa memfungsikan otak secara maksimal. Cafe itu pasti sepi di cuaca dingin seperti ini. Orang-orang lebih memilih diam dirumah."

Jungkook menarik Yoongi menuju cafe yang ia maksud kemudian Jungkook menunggu sambil memesan segelas kopi.

"Silahkan pesanan anda."

Jungkook tersenyum.

"Terima kasih...." Jungkook membaca nametag pelayan cafe itu. "Namjoon-sii"

●●●○●●●

Mr. KIM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang