Jimin melangkah memasuki tempatnya bekerja. Ia menyapa orang-orang yang ditemuinya. Ia masuk ke ruangan tempat ia biasa bekerja. Didalam sudah ada Hoseok yang terlihat membaca berkas.
"Hasilnya sudah keluar hyung?"
Hoseok mendongak bertemu tatap dengan Jimin lalu menyunggingkan senyum cerahnya.
"Sudah. Baru saja. Dan kurasa kita berhasil menemukan pelakunya."
Jimin tersenyum lebar. "Sungguh? Secepat itu? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja hasilnya keluar, jadi kita tidak perlu pusing melihat rekaman cctv yang sudah dipotong."
Hoseok terkekeh mendengar gerutuan Jimin.
"Jadi, bagaimana hyung?"
Hoseok menyerahkan berkas yang dibacanya pada Jimin.
"Tim forensik menganalisa peluru di tubuh tuan Song, dan kau tahu? Peluru itu berasal dari pistol yang hanya dibuat satu oleh Korea dan hanya ada satu orang yang memilikinya."
Jimin mendengarkan sambil mengamati berkas yang ia pegang.
"Pemiliknya mantan polisi Korea. Kim Seokjin."
Jimin membelalakkan matanya melihat profil pemilik senjata pembunuh itu.
"Tidak mungkin. Bagaimana bisa?"
Hoseok mengernyit. "Apanya yang tidak mungkin? Oh! Pelakunya mantan polisi? Yah, manusia bisa berubah Jim."
"Bukan itu hyung."
Hoseok menaikkan alisnya. "Lalu?"
"Kim Seokjin itu.......
Dia kakakku."
Hoseok membelalakkan matanya. "Apa? Jadi pembunuhnya kakakmu?"
Jimin menggeleng ragu.
"Masalahnya hyung, Seokjin hyung itu....
...sudah meninggal dua tahun yang lalu."
Hoseok semakin melebarkan matanya.
"Tidak mungkin! Lalu pistolnya?"
"Pistol itu hilang tepat setelah Jin hyung dimakamkan. Aku tidak pernah mempermasalahkannya karena kupikir itu tidak penting."
Hoseok mengacak rambutnya frustasi.
"Jadi maksudmu, kita menemui jalan buntu lagi?"
Jimin mengangguk sendu. Ia juga merasa sangat frustasi. Terlebih sekarang masalahnya melibatkan Jin hyung, kakaknya.
"Kau yakin hyung mu sudah meninggal Jim?"
Jimin mengangguk. "Aku yang mengurus pemakamannya saat itu."
Hoseok mengerang frustasi. Masalahnya semakin rumit, bahkan sampai melibatkan orang yang seharusnya sudah tiada.
"Aku mau cari kopi dulu, setelah itu kita bahas lagi."
Jimin hanya mengangguk membiarkan rekan sekaligus seniornya itu pergi.
●●●○●●●
"J! Panggilkan RM!"
Orang yang dipanggil J itu memutar bola matanya malas. Acara bersantainya terganggu. Namun ia tetap menuruti perintah.
"RM! Suga memanggilmu!"
"Iya, sebentar!"
Orang yang dipanggil RM itu berlari kecil menuju tempat si pemanggil.
"Ada apa? Kau menemukam sesuatu?"
Suga menyunggingkan senyumnya.
"Bukan hanya sesuatu, semua data sudah siap. Sekarang giliran tugasmu."
RM memperhatikan data seorang pria paruh baya berpakaian rapi yang ditampilkan layar laptop milik Suga.
"Sepertinya ini lebih mudah dari yang sebelumnya. Keamanannya tidak seketat Tuan Song."
Suga mengangguk setuju.
RM mengambil ponselnya mencari nama seseorang. "Aku akan hubungi Mr Kim."
Suga hanya diam menunggu rekannya bekerja.
"Halo Mr Kim, data sudah siap. Aku menemukan strategi yang bagus, kapan kita akan membahasnya?"
"....."
"Oh, baiklah. Kami akan menunggu."
Sambungan telfon dimatikan.
"Bagaimana?"
RM menoleh pada Suga yang menatapnya penasaran.
"Katanya dia akan menghubungi lagi nanti. Dia harus memastikan keadaan aman terlebih dahulu."
Suga mengangguk paham.
Tak lama sebuat pesan masuk ke ponsel RM.'Aku akan kesana nanti malam.'
RM kembali memasukkan ponselnya dalam saku hoodienya.
"Katanya dia akan kesini nanti malam."
"Mr Kim akan kesini?" J yang tiba-tiba muncul bertanya antusias yang dijawab anggukan RM.
"Jangan berlebihan! Yang akan kesini Mr Kim bukan kekasihmu."
J mencibir mendengar ucapan pedas Suga. Memangnya salah kalau dia senang bos nya datang?
"Aku lapar, tidak ada yang ingin membuat makanan?" RM menoleh pada kedua rekannya. Tidak ada yang menyahuti pertanyaannya. Suga masih fokus pada layar laptopnya entah mengerjakan apa. Sedangkan J asik berbaring di sofa memainkan smartphone nya.
RM menghela napas pasrah. Ia akan makan mi instan lagi siang ini. Lain kali ia akan belajar memasak.
Ditengah keheningan setelah RM pergi ke dapur, J bangun dan mengemas barangnya.
"Aku pergi dulu. Kekasihku merindukanku." Katanya melirik tajam Suga yang hanya memutar bola matanya malas. Tentu saja dia tahu yang dimaksud kekasih itu bukan benar-benar kekasih. Karena diantara mereka semua tidak ada satupun yang sudah memiliki kekasih.
"Ingat! Mr Kim kesini malam ini, jangan bermain terlalu lama."
J tidak menjawab. Ia melangkah keluar meninggalkan rumah minimalis yang menjadi markas sekaligus tempat tinggalnya.
RM yang baru saja keluar dari dapur menatap bingung kepergian J. Ia meletakkan mi instannya di atas meja lalu ia duduk menikmatinya.
"J kemana?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari mi instan.
"Menemui kekasihnya."
"Kekasih?"
Suga tak lagi menjawab. Ia memilih pergi ke kamarnya dan tidur. Malam ini jatah tidurnya akan berkurang jadi ia ingin menggantinya sekarang.
"Aish! Kenapa dia suka sekali mengabaikanku?" Gerutu RM meskipun masih menikmati mi instannya.
●●●○●●●
Maafkan diriku yang hampir lupa up 😭
Mohon maaf kalau ada typo, aku gak edit dulu soalnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. KIM ✔️
Fiksi PenggemarTidak semua yang terlihat adalah kenyataan. Tidak semua yang ditampilkan adalah kebenaran. Terkadang kenyataan menempatkanmu dalam posisi sulit. Terkadang kebenaran membuatmu jatuh. _JM ______________ [BTS FANFICTION] Start : 9/6/2019 Finish : 5/9/2...