Krist meletakkan handphone nya, mae Yui baru saja menelponnya, bertanya bagaimana dia bisa sampai terluka dan sakit, Krist mengarang cerita bahwa dia terpeleset di jalanan licin dan membuat pantatnya terbentur dan terluka, infeksi nya membuat Krist demam. Belum lagi saudara-saudaranya di GMM yang menelpon dan meledeknya karena alasan sakitnya yang bodoh. Newwie bahkan meledek dan berkata bahwa itu hanya akal-akalan Krist agar bisa bermain game seharian.
Semua temannya sudah menghubungi untuk menanyakan kabarnya walaupun dia hanya minta waktu dua hari untuk sembuh dan kembali beraktivitas. Semua orang kecuali orang yang paling dia harapkan.
Bau wangi masakan memenuhi ruangan, Peck masuk ke kamar Krist sambil membawa sepiring bacon yang baru matang.
"Ayo makan dulu nong" godanya sambil memainkan piring itu di depan wajah Krist. Krist tertawa kecil, saat Peck berusaha menyuapinya Krist malah mengambil piring di tangan Peck dan meletakannya di meja sebelah kasurnya.
"Biar aku makan sendiri phi, terima kasih." Krist berusaha memberikan senyumnya, menunjukkan dia sudah tidak apa-apa.
Kemarin saat Krist terbangun dia sudah melihat Peck tertidur di sampingnya, sambil menggenggam tangannya erat. Krist melepaskan tangan itu, takut membangunkan pria yang dia anggap panutannya. Saat Krist menangis mengingat perasaanya untuk Singto, Peck selalu menghapus air mata Krist tanpa berkata dan bertanya apa-apa. Dia hanya selalu ada disana, seperti mengawasi Krist, tidak mendekat dan juga tidak menjauh.
.
.
.
.
Peck menyentuh leher Krist, melihat bekas ruam yang sudah mulai memudar."Semoga besok sudah bisa hilang" Peck tersenyum sambil duduk di kasur disamping Krist yang sedang makan.
"Maaf aku jadi merepotkan phi." Ucap Krist sambil memandang Peck.
Peck tertawa kecil "aku melakukan apa yang aku mau, dan jika aku tidak mau tidak ada yang bisa memaksaku."
"Bukankan phi ada mini konser dalam waktu dekat ini? Aku sudah tidak apa-apa phi."
"Kau mengusirku?" Ledek Peck sambil tersenyum.
"Bukan begitu.." kata Krist sambil memanyunkan bibirnya, membuat Peck tertawa gemas.
"Besok kau mau kemana?" Tanya Peck sambil mengambil piring yang sudah kosong dan berjalan menuju dapur.
"Mae Yui mau bertemu denganku dulu di gedung GMM, katanya ada yang mau dibicarakan."
Peck terdiam, berfikir mengingat jadwal nya sendiri. "Aku antar." Katanya kemudian.
"Au tidak udah phi, nanti aku sama Bank saja, kemarin aku sudah memintanya mengantarku."
"Nanti aku bilang Bank biar aku yang mengantarmu." Suara Peck terdengar dari balik pintu .
"Tapi phi.."
"Dan aku tidak menerima penolakan." Kepala Peck terlihat masuk dari balik pintu dan meledek Krist, membuat Krist tertawa kecil.
.
.
.
.
Singto membolak balik halaman majalah dengan gamang, sudah 2 hari ini dia mencoba terbiasa untuk tidak menghubungi Krist, tidak mencari tahu kabarnya, mencoba memberi jarak kepada mereka berdua agat bisa kembali ke hubungan phi-nong yang sebenarnya, walaupun dia harus nenahan perasaan bersalah dan rindu yang sangat besar terhadap pria berpipi tembam itu.Sejak kejadian itu Singto juga seperti menghukum dirinya sendiri. Walaupun dia masih masuk kuliah dan bekerja namun dirinya sudah seperti orang mati yang berjalan, dia hanya berjalan sesuai apa yang diperintahkan. Rasa bersalah itu begitu besar sehingga membuatnya tidak bisa makan, walaupun dia memaksakan dirinya untuk makan maka dia akan memuntahkan sebagian besar apa yang ada di dalam perutnya. Belum lagi dirinya tidak pernah bisa tertidur lelap, saat terbangun tengah malam Singto sering tanpa sadar mencari sosok Krist disebelahnya, mencari kehangatan dan aroma tubuh pria yang sudah dikenalnya 7 tahun ini. Disaat seperti itu biasanya Singto akan menangis dan menatap nama Krist di layar handphone nya sampai dirinya lelah dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (End)
FanfictionBisakah seseorang menjalani hubungan tanpa kejelasan? Apakah kita harus memberi nama kepada suatu hubungan untuk membuatnya bermakna? Singto dan Krist berusaha mencari nama akan hubungan mereka. Apakah hubungan itu memang ada ataukah hanya imajinasi...