Singto merebahkan dirinya di atas kasur, tangannya mengepal dengan erat, pikirannya sungguh kacau. Ditengah semua pekerjaan, tugas kuliah dan beberapa persoalan yang dia hadapi inilah persoalan yang paling menyita pikirannya.
Handphone nya yang berbunyi membuatnya terkejut, Singto segera mengambil handphone di atas meja nya, berharap orang yang dia pikirkan lah yang menelponnya, tapi sayangnya tidak, ini panggilan dari manajernya.
"Halo Sing.." suara Janewit terdengar
"Ya phi ada apa?"
"Tadi ada orang GMM menelponku...ini berkenaan dengan isu mengenai Krist." "Mereka butuh sesuatu untuk menutupi isu itu.." "Dan.. mereka memutuskan untuk membuat isu tentang kau dan Ohm."
"Apa?!!" Singto hampir saja berteriak, kalo saja dia masih memiliki banyak tenaga untuk melakukannya.
"Tenang dulu Sing..ini tidak akan dibuat besar.."
" Ayolah phi... yang benar saja" rengek Singto kesal.
"Anggap saja kau menolong Krist dan sekalian untuk promosi series mu juga."
Singto terdiam mendengar itu, semua alasan Janewit terdengar masuk akal, hanya saja Singto tidak bisa membayangkan efek isu ini terhadap hubungannya dengan Krist yang saat ini sudah sangat membuatnya pusing.
"Sing, bagaimana?" Suara Jane memecah keheningan.
"Apa konsekuensinya?"
"Jangan memberikan fan service atau berkomentar tentang Krist, dan cobalah sedikit saja berdekatan dengan Ohm, itu saja."
Singto kembali terdiam, dia memukul kepalanya pelan, merutuki semua kebodohan yang membuatnya berada dalam posisinya sekarang.
"Baiklah phi.." jawab Singto pelan.
.
.
.
.
Krist membuka pintu kondo dan menyalakan lampunya. Hampir saja dia melempar sesuatu karena terkejut ke arah seseorang yang sedang berbaring di sofa ruang tamu nya dalam keadaan gelap gulita."P'Sing!" Panggil Krist dengan terkejut.
"Ah maaf Kit, apa aku mengejutkanmu?" Singto merubah posisinya menjadi duduk dan membetulkan letak kacamatanya.
"Sudah berapa lama phi ada disitu?" Krist tidak merubah posisinya dan masih berada dekat dengan pintu depan.
Singto melihat hal itu sambil tersenyum dengan sedih.
"Kau takut padaku Kit?" Tanya Singto tiba-tiba.
Krist menggeleng pelan sambil terdiam, bukan perasaan takut yang dia rasakan, hanya saja dia tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi situasi canggung di antara mereka berdua.
"Apa aku membuatmu tidak nyaman?" Mata Singto memandang mata Krist lurus, mencari jawaban atas semua pertanyaan yang dia miliki.
Krist mengalihkan pandangannya, menghindari mata pria yang menatapnya lekat dan membuat jantungnya berdetak kencang.
Singto tersenyum sedih melihat hal itu, semua pertahananya seakan hancur, namun dia tetap mencoba tersenyum. Singto berdiri mendekati pintu depan dan menepuk pelan pundak Krist. "Aku pulang dulu, kau istirahat saja."
Krist melihat sosok Singto yang berjalan melewati dirinya yang berdiri didepan pintu dengan gamang. Badannya terasa lemas dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Matanya hanya bisa mengawasi sosok Singto yang semakin menjauh, Krist hanya menyadari satu hal saat Singto melewatinya tadi, tubuh Singto terlihat sangat kecil dan lemah.
Dan disinilah Krist, menekan bel pintu apartemen Singto dengan ragu, membawa makanan di tangannya walaupun bingung bagaimana dia akan mengatasi situasi canggung yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (End)
FanfictionBisakah seseorang menjalani hubungan tanpa kejelasan? Apakah kita harus memberi nama kepada suatu hubungan untuk membuatnya bermakna? Singto dan Krist berusaha mencari nama akan hubungan mereka. Apakah hubungan itu memang ada ataukah hanya imajinasi...