Yuyui dan Janewit melihat dua orang gugup yang duduk didepan mereka. Jadwal fan meeting yang padat tertulis di dalam kertas di depan meja.
"Itu jadwal untuk kalian berdua, selain itu jadwal promote series kalian akan berjalan seperti biasa." Yuyui menjelaskan.
Janewit melirik Singto dan Krist secara bergantian saat Yuyui menjelaskan poin-poin acara serta jadwal mereka berdua. Walaupun jabatannya sebagai manajer, tetapi dia dan Yuyui sudah mengenal mereka berdua kurang lebih 3 tahun, dengan mudah mereka bisa mengetahui ada yang aneh dengan Singto dan Krist.
"Kalian bertengkar?" Tiba-tiba Yuyui berbicara. Sementara Janewit masih sibuk melihat ekspresi mereka berdua.
"Ha? Ti..tidak." Krist membuka suara.
"Sing..." panggil Janewit yang melihat Singto yang sangat tidak fokus.
Suara panggilan itu membuat Singto terkejut dan melihat kepada asal suara yang memanggilnya.
Jane dan Yuyui hanya berpandangan satu sama lain dan menghela napas.
"Kalian itu sudah dewasa, kalau memang bertengkar selesaikan dengan cara baik, jangan sampai kondisi kalian mempengaruhi pekerjaan kalian, kalau kalian butuh kami, kami selalu bisa mendengarkan kalian" Lanjut Janewit.
Singto dan Krist hanya mengangguk dalam diam, setelah itu mereka dipersilakan untuk meninggalkan ruangan.
.
.
Baru saja mereka berdua meninggalkan ruangan handphone Singto berbunyi. Singto melihat nama pemanggilnya, dan menatap Krist sesaat.Krist yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan mengisyaratkan agar Singto mengangkat telpon nya.
"Hai Pin.."
"Nanti sore aku kesana, ditempat biasa ya, nanti aku kabari lagi, sampai nanti."Ada rasa nyeri di hati Krist mendengar itu, dia berpikir bahwa dugaanya benar, Pinntip lah alasan Singto tidak bisa mencintai nya.
Krist menelangkupkan tangan, mengucapkan wai kepada Singto dan hendak beranjak pergi.
"Kit...tunggu." Singto meraih tangan Krist dan menahannya agar tidak pergi.
"Ada apa phi, aku masih ada urusan." Jawab Krist, berusaha tenang, walaupun saat ini air matanya sudah siap meleleh keluar.
"Aku..." Singto tergagap sambil terus menatap mata Krist. Singto menahan air matanya sendiri, dia hanya ingin memeluk Krist, mengecup matanya yang terlihat sedikit berair, mengatakan bahwa dia sangat mencintai pria manis itu, segala pikiran saling campur aduk di dalam kepalanya.
Krist secara reflek memijat leher Singto seperti kebiasaan nya saat melihat Singto lelah atau gugup selama ini.
"Aku tidak apa-apa phi.. aku ini laki-laki.." lanjut Krist saat air matanya mulai meleleh keluar.
"Kau pertahankan apapun keputusanmu..aku ini kuat..jadi tidak usah merasa bersalah padaku" Krist berusaha tersenyum.
Air mata Singto tidak kalah deras mengalir di pipinya. Pijatan tangan Krist dilehernya saat ini hanya membuat Singto semakin ingin memeluk pria didepannya itu, tapi Singto sudah membuat keputusan untuk membiarkan Krist seperti dulu, hidup normal dengan seorang wanita.
"Kita akan baik-baik saja, masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Mari kita mulai dari awal phi" Krist menyerut hidungnya, menghentikan air matanya sendiri.
"Salam untuk p'Pinn ya.." sahut Krist sambil pamit dan beranjak turun, meninggalkan Singto yang masih berdiri memandang Krist yang berjalan meninggalkan dirinya.
.
.
.
Sore itu, Krist baru saja selesai syuting, memposting beberapa fotonya ke sosial media, berusaha tertawa kepada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (End)
FanfictionBisakah seseorang menjalani hubungan tanpa kejelasan? Apakah kita harus memberi nama kepada suatu hubungan untuk membuatnya bermakna? Singto dan Krist berusaha mencari nama akan hubungan mereka. Apakah hubungan itu memang ada ataukah hanya imajinasi...