chapter 19

2.8K 276 36
                                    

Singto terbangun dan merasakan seseorang memeluknya erat dari belakang. Pria manis yang selalu membuat akal sehat nya hilang dan membuatnya memperlakukan orang yang saat ini memeluknya dengan tidak baik.

Tangan Singto memeluk tangan Krist dengan erat. Seandainya Krist tahu bagaimana Singto mencintai Krist, menyimpan perasaanya selama bertahun-tahun, mendekatinya dengan perlahan tanpa berharap apapun hingga bisa mendapatkan Krist seperti ini. Apakah salah jika Singto terlalu takut jika semua kenyataan ini akan berakhir dalam sekejap mata?

Singto selalu merasa dialah yang lebih mencintai Krist dan dia tidak terlalu yakin dengan perasaan Krist padanya. Singto takut akan hari esok, seandainya dia bisa menghentikan waktu disaat seperti ini, saat Krist memeluknya seperti ini. Singto menarik tangan Krist dan mencium tangan itu dengan lembut dan kembali memejamkan matanya.
.

.

.

Krist terbangun dan tidak menemukan Singto disebelahnya, Krist mencari Singo dengan cemas di semua ruangan, tapi dia tidak menemukan Singto. Krist mengecek tas Singto yang masih berada di tempatnya dan tidak beberapa lama pintu depannya terbuka. Singto muncul dengan makanan di tangannya.

Mata Krist masih terlihat panik dan jantungnya masih berdebar kencang.

"Phi dari mana?"

"Membeli makanan." Singto menunjukan makanan di tangannya.

"Kenapa tidak memberi tahu ku?" Suara Krist tiba-tiba mengeras.

Singto tentu saja terkejut dengan kelakuan Krist dan membelakakan matanya dengan terkejut.

"Aku takut phi pergi lagi karena tadi malam kita bertengkar." Krist memijat keningnya dan terduduk di sofa.

Singto hanya terdiam dan berjalan masuk, meletakkan makanan di atas meja.

"Phi..pSingto." panggil Krist.

"Beberapa ini banyak yang harus aku kerjakan Kit. Mungkin aku akan tidur di kampus selama beberapa hari." Singto membuka makanan dan memberi isyarat agar Krist juga ikut makan.

"Phi!" Panggil Krist kesal.
"Kalau kau mau marah, marahi saja aku, kalau kau ingin mengomel lakukan saja. Larang saja aku bertemu dengan p'Peck jika itu mau mu, tapi jangan diam dan pergi seperti ini."

Singto terdiam dan menatap makanan didepannya. Tentu saja dia ingin melakukan semua itu, tapi bagaimana jika itu membuat Krist terluka lagi. Bagaimana jika itu membuat mereka menjauh lagi seperti dulu dan itu semua karena kesalahannya.

Singto hanya mentap wajah orang yang sangat dia cintai. Tersenyum dan menggeleng.
"Aku tidak akan kemana-mana Kit."
"Disinilah tempatku, bersamamu." Lanjutnya dengan hati yang terasa seperti teriris.

Krist menatap wajah Singto dengan tidak percaya dan menggeleng kesal.
"Terserah p'Sing saja." Krist mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Singto sendiri.
.

.

.
Singo selesai membereskan tasnya, bersiap untuk pergi dan melihat Krist yang juga telah bersiap untuk pergi.

Krist mendekati Singto, memegang tangan Singto dan mendekatkan wajahnya ke dada Singto.

"Kau adalah orang yang kucintai, kumohon ingat itu phi." Bisik Krist.

Singto menyentuh dagu Krist untuk mengangkat wajahnya dan mencium bibir lembutnya dengan perlahan.
"Kau tidak mungkin mencintaiku melebihi cintaku padamu." Bisiknya.

"Aku sangat mencintaimu hingga terasa sakit disini." Tangan Singto menggengam tangan Krist dan meletakkan nya di dadanya.

Krist menatap tangannya yang digenggam oleh Singto, mencium tangan Singto dengan perlahan.

Say You Love Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang