Singto dan Pin sampai ke Bangkok sekitar jam 10 malam. Mereka langsung mengarah ke kondo Krist.
"Nomor berapa kondonya Sing?" Tanya Pinn sambil berjalan ke arah lobi.
"Ah.. ikuti aku saja.." jawab Singto sambil terus mencoba menghubungi Krist lewat handphone.
Kondo Krist masih terkunci, "Mana kuncinya Sing?" Pinn mengagetkan Singto yang masih mencoba menelpon Krist.
Kondisi ruangan itu masih gelap, Singto masuk ke kamar tidur dan memeriksa apakah Krist ada di dalam tetapi dia tidak menemukan siapa-siapa.
Mereka berdua keluar dan kembali ke arah mobil, konsentrasi Singto yang terpecah dengan handphone di tangannya membuatnya tidak menyadari kedatangan Peck, Peck yang saat itu juga panik mencari Krist juga tidak menyadari kehadiran Singto yang berselisih jalan dengannya.
"Kita kemana lagi Sing?" Tanya Pinn saat dirinya berada di belakang kemudi.
Tidak ada jawaban, Singto masih terlihat sangat shock dan cemas, mencari keberadaan Krist lewat Line, namun tetap tidak ada jawaban.
"DEMI TUHAN SING!! LETAK KAN HANDPHONE SIALAN MU ITU!!" teriakan Pinn membuat Singto terkejut.
"Ayolah..aku tidak mengenal Krist...aku butuh bantuanmu, konsentrasi dulu.." Pinn mulai merengek kesal.
Singto yang terkejut dengan teriakan Pin seperti mendapat ide setelah mendengar kata 'mengenal'. Dia ingat hari ini seharusnya Krist ada syuting dengan New untuk series terbaru mereka, siapa tahu New tahu keberadaan Krist.
"Newwie! Kau tau dimana Kit?!!" Jawab Singto cepat saat New baru mengangkat telponnya.
"Tadi dia bilang mau pulang Sing."
"Apakah dia membaca sosial media hari ini?" Tanya Singto lagi.
"Dia baca Sing.. astaga kenapa aku biarkan dia pulang sendiri." New menyadari kebodohannya.
"Aku akan menelusuri jalanan dia pulang dari lokasi syuting hingga kondonya. Kau tolong cari keberadaanya di teman-teman kita." Pinta Singto lagi.
"Ok Sing, tolong kabari aku lagi."
"Bagaimana?" Tanya Pinn sambil melihat ke arah Singto.
"Aku akan pesankan kau mobil untuk pulang Pinn." Singto membuka handphone nya memesankan mobil untuk Pinn pulang.
"Aku kan bisa tidur di apartemenmu Sing, besok pagi aku akan pulang." Jawab Pinn santai.
"Tidak Pinn, aku tidak mau dia melihat kita berdua dan menambah beban pikirannya."
"Aku tidak perduli dia cemburu atau tidak, menyukai ku atau tidak, aku berjanji setelah aku menemukannya, kali ini aku yang akan menjaganya." Jawab Singto cepat.
Pinntip tersenyum dan memukul kepala Singto pelan. "Kenapa baru sekarang kau lakukan itu bodoh, seharusnya dari dulu saja. Dasar lamban"
.
.
.
Singto melambaikan tangan kepada Pinntip yang berlalu dengan mobil sewaan. Dia menarik napas dalam, menghilangkan rasa cemas berlebihannya, dia butuh ketenangan pikirannya untuk mencari Krist.Sepanjang perjalanan tadi Singto benar-benar merasakan bagaimana rasanya kehilangan Krist, rasa takut tidak akan bisa bertemu lagi, rasa bersalah karena tidak bisa menjaganya. Singto memejamkan matanya sesaat, mengingat pertemuan terakhirnya dengan Krist, sungguh dia tidak ingin itu menjadi memori terakhir mereka.
Biarlah Krist membencinya saat ini. "Kali ini aku yang akan mengakui perasaanku Kit.." bisik Singto sambil mengemudikan mobilnya menelusuri jalanan mencari Krist.
.
.
.
.
Singto sudah mengemudi selama kurang lebih 4 jam bolak balik menelusuri jalanan yang sama untuk mencari Krist, Newwie juga memberi kabar bahwa Krist tidak ada dirumah teman-teman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (End)
FanfictionBisakah seseorang menjalani hubungan tanpa kejelasan? Apakah kita harus memberi nama kepada suatu hubungan untuk membuatnya bermakna? Singto dan Krist berusaha mencari nama akan hubungan mereka. Apakah hubungan itu memang ada ataukah hanya imajinasi...