chapter 6

3.2K 312 12
                                    

Singto terbangun mencium bau wangi kopi yang memenuhi ruangan. Matanya menyipit menerima sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan.

"Sudah bangun pemalas" tawa Krist terdengar dari belakang meja.

"Jam berapa ini Kit" tanya Singto sambil menggeliat, memanjangkan tangannya, tidur di atas pangkuan Krist membuatnya merasa lelap.

"Masih jam 7, kau mau kopi?" Ucap Krist santai sambil mengambil gelas dan menuangkan kopi ke dalamnya.

"Aku ada kelas siang nanti, lalu lanjut promote film lagi." Ujar Singto sambil mengambil hp nya, dirinya terkejut melihat nama Pinntip di panggilan tidak terjawabnya.

Singto berdoa semoga Krist tidak melihat siapa yang menelponnya tadi malam, entah kenapa, dia merasa tidak enak, dia tidak ingin Krist salah paham.

"Ini kopimu" Krist menyodorkan gelas berisi kopi kedepan Singto, membuat Singto terkejut.

"Oh iya, tadi malam phi Pinn menelponmu," tunjuk Krist santai ke arah hp Singto.

Singto melihat wajah Krist, berusaha mencari tahu apa yang Krist rasakan saat mengatakan itu.

"Tapi karena kau sudah tidur jadi aku matikan suaranya, maaf ya." Lanjut Krist sambil tertawa. Krist bisa tertawa saat ini karena tadi malam dia sudah menumpahkan semua perasaan nya dalam diam, dia tidak ingin Singto merasa tidak enak dan menjauh.

Di sisi lain Singto merasa agak kecewa melihat ekspresi Krist, walaupun dia tidak punya hubungan spesial dengan Pin tetapi Krist tidak pernah tahu itu, Singto berharap setidaknya Krist sedikit merasa cemburu.

"Manis!!" Singto menjulurkan lidahnya setelah meminum kopi yang diberikan Krist.

Krist tertawa melihatnya. "Kopi manis saja tidak bisa kau minum tapi kau bisa makan diriku yang manis ini." Ledek Krist sambil tertawa.

Singto tertawa, tawa Krist yang manis selalu membuat harinya terasa lebih baik. "Kalau kau manis jangan mengundang semut datang Kit." Jawab Singto lagi.

"Kau itu semutnya." Tawa Krist sambil mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Krist memejamkan matanya sambil beredam di air hangat, momen seperti inilah yang selalu dirinya rindukan, tertawa lepas tanpa beban dan ketakutan untuk tersakiti, apakah mereka harus berhenti melakukan hal ini dan kembali menjadi phi-nong biasa seperti dulu?
.
.
.
.
.
Singto memperhatikan beberapa orang yang sedang lalu lalang untuk mepersiapkan acara promo series terbaru nya. Beberapa saat kemudian jarinya menekan tombol panggilan kepada seseorang yang tadi malam menelponnya.

"Hai bocah, kenapa baru telpon?" Suara itu langsung menyambut telponya.

"Ada apa Pin? Kenapa kemarin menelpon?"

"Ah aku mau mengingatkan ulang tahun mae, kamu datang kan?" Tanya Pinntip lagi.

"Aku akan datang, jangan teriak bisa tidak? Berisik sekali kamu ini" jawab Singto ketus.

"Heh bocah kenapa kamu galak sekali hari ini? Jangan-jangam tadi malam ada yang cemburu dengan telponku?" Ejek Pin lagi.

"Cemburu apanya, dia malah ketawa tuh." Tukas Singto sambil merasakan nyeri di hatinya.

"Makanya jangan suka main phi-nong dengan orang yang kamu suka, susah sendiri kan jadinya" ujar Pin dengan suara meledek.

"Heh nenek sihir, jangan ikut campur" ketus Singto lagi

Pinntip hanya tertawa mendengar suara kesal Singto, dia tahu benar bahwa Singto sudah menyukai Krist dari awal dia melihat Krist bermain drum di acara kampus, tapi Singto selalu melawan hatinya dan berkata dia hanya nyaman dekat dengan Krist sebagai phi-nong.

Dirinya memang sangat dekat dengan Singto, selayaknya adik kakak sungguhan, bahkan Singto menyebut ibunya dengan panggilan mae. Walaupun banyak yang mengira mereka berdua berkencan tapi Pin sudah tahu dari awal bahwa Singto tidak menyukai wanita.
.
.
.
.
.
Suara panggilan Jane membuat Singto berhenti memainkan handphone nya, sesaat sebelum dia meletakkan nya di dalam tas, dia melihat wawancara Krist saat Krist tanpa sadar mengatakan bahwa Singto itu sangat menyukai kopi pahit tidak seperti Krist yang menyukai minuman manis.

Singto menyentuh pelan wajah Krist dibalik layar handphone nya sambil tersenyum, sebenarnya Singto sangat suka saat dimana Krist menyebutkan namanya tanpa ditanya. Singto seperti merasa Krist selalu mengingatnya.

"See later na Kit" bisik Singto pelan sambil tersenyum.
.
.
.
.
.
.
Krist membetulkan jaket army nya dan keluar dari studio, didepan sudah banyak yuyu yang menunggunya.

Sesaat setelah Krist pamit dan masuk ke mobil tiba-tiba dia teringat sesuatu yang tertinggal di dalam studio. Krist meminta mobil kembali lewat pintu belakang dan masuk untuk mengambil barang yang tertinggal.

"Au Krist, kenapa kembali?" Tanya dj Matoom yang sedang merapihkan alatnya.

"Ada barang tertinggal phi " sahut Krist sambil tersenyum dan mengambil barang tersebut.

"Kukira kau kembali untuk menemuiku nong?" Terdengar suara tawa yang familiar di telinga Krist.

"Phi Peck?" Krist menoleh melihat Peck yang sedang tersenyum kepadanya.

"Kenapa phi ada disini?" Tanya Krist sambil berjalan mendekat, persis anak kucing yang melihat tuannya.

"Aku menemani Oat" jawab Peck sambil tersenyum, di matanya Krist terlihat sangat menggemaskan.

"Tapi baguslah, aku jadi bisa bertemu denganmu" Peck mengusap kepala Krist dengan lembut.

Krist tersenyum malu, bayangkan seseorang yang sangat dia idolakan sedang bercanda dengannya, siapapun juga akan senang jika berada di posisi Krist sekarang.

"Sekarang phi Oat dimana?" Tanya Krist lagi.

"Urusannya diundur hingga sore, aku mau keluar dulu, kamu mau kemana?" Tanya Peck.

"Ah aku ada urusan di GMM phi." Jawab Krist sambil mengambil barangnya.

"Ayo aku antar, daripada aku bosan" Peck tersenyum sambil merangkul pundak Krist dengan nyaman.

"Phi juga mau kesana?" Krist membiarkan idolanya merangkul pundaknya.

"Iya, aku ada urusan disana, ayo." Senyum Peck sambil membawa Krist berjalan ke mobilnya.

Tbc

Say You Love Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang