Krist baru saja mandi saat dia mendengar pintu depannya diketuk. Dia tahu pasti siapa yang datang.
Krist membuka pintu dan mendapati Singto membawa minuman di tangannya.
"Kenapa mengetuk pintu? Dimana kuncimu?" Tanya Krist.
"Ada, aku hanya senang melihatmu membuka pintu untukku." Ledek Singto.
Krist masuk dan mengusap kepalanya yang masih basah dengan handuk.
"Kenapa rambutmu basah sekali Kit? Kau bisa sakit." Singto meletakkan minumannya di meja dan mendekati Krist. Dengan reflek dia meletakkan tangannya di handuk dan mulai menyeka rambut Krist.
Singto menyadari kesalahan yang dia buat, tapi sikap diam Krist yang membiarkan Singto menyeka rambutnya membuat Singto tetap membiarkan tangannya ada di kepala pria manis itu.
Gosokan handuk di kepala Krist membuat rambutnya kusut dan membuat wajah Krist terlihat menggemaskan. Melihat itu membuat Singto menelan ludahnya, berhenti menggerakan tangannya dan menatap wajah seseorang yang telah menempati hatinya selama 7 tahun terakhir.
Krist balik menatap mata Singto yang sedang menatap dalam dirinya, membuat jantungnya terasa berhenti dan membuat perutnya terasa menari.
Mereka berdua mulai terbawa suasana dan saling mendekatkan wajah. Sebelum Singto mengepalkan tangannya, mengembalikan kesadarannya dan mengalihkan wajahnya.
"Kau mau minum Kit?" Singto berjalan gusar menuju meja makan dan mengambil minuman, Krist juga mengalihkan wajahnya, meletakkan handuk itu dan mengangguk.
Krist mengeluarkan makanan dan menyalakan tv. Duduk santai di depan sofa dan menepuk ruang kosong di sebelahnya, memanggil Singto untuk duduk.
"Bagaimana harimu pSing?" Tanya Krist santai.
"Baik, seperti biasa" Singto tersenyum. "Kau mau main game?" Lanjutnya.
Krist menggeleng dan mengernyitkan wajahnya "Aku sedang menunggu telpon, nanti saja kalau aku sudah selesai menelpon."
"Baiklah, akan aku tunggu." Singto mengambil handphone nya, mengutak atik beberapa pesan yang harus dibalas.
Tidak lama handphone Krist berbunyi, Krist mengangkatnya dan menuju ke balkon. Singto bisa melihat dengan jelas wajah Krist yang tertawa bahagia saat menerima telpon itu. Samar-samar Singto mendengar percakapan mereka.
"Baiklah phi, sampai jumpa, sekali lagi maaf aku tidak bisa datang." Krist menutup telpon nya dan melihat wajah Singto yang terlihat jelas sedang gelisah dan kesal.
"Ayo kita main game sekarang." Ajak Krist. Singto hanya terdiam dan mengangguk.
Wajah Singto berubah menjadi tegang, menekan-nekan handphone nya dengan keras, terlihat sekali dia berusaha menekan perasaan nya dan bersikap wajar, tapi tentu saja Krist sangat mengenal Singto dan sikap kesalnya.
"Nanti handphone mu rusak phi." Krist mengambil handphone di tangan Singto dan saat tangan mereka bersentuhan Krist bisa merasakan tangan Singto yang sangat dingin.
"Kau kenapa phi?" Tanya Krist pelan.
Singto hanya tersenyum, sesekali menunduk dan mengepalkan tangannya keras. Krist bisa melihat dengan jelas bagaimana Singto sedang berusaha keras mengendalikan emosinya.
Krist terdiam sejenak, berfikir sebelum dia dengan pelan mulai membuka kepalan tangan Singto dan menggenggam nya lembut.
Singto melihat wajah Krist yang sedang menggenggam tangannya, secara perlahan seperti meminta persetujuan, Singto menelungkupkan wajahnya di tangan mereka yang bertautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (End)
FanfictionBisakah seseorang menjalani hubungan tanpa kejelasan? Apakah kita harus memberi nama kepada suatu hubungan untuk membuatnya bermakna? Singto dan Krist berusaha mencari nama akan hubungan mereka. Apakah hubungan itu memang ada ataukah hanya imajinasi...