Dinan×Dea
Kakak Blackpink!
Aku di parkiran kampus kakak yaIya, tunggu. Bentar lg selesai
Jangan lama-lama ya kak, panas nih. Aku udh ngga kuat, lemes
Hah? Ngga kuat apa? Kamu sakit?
Ngga kuat nahan kangen ke kakak maksudnya, hehe
Dasar bocah!
-_-Hari ini Dinan akan ke bazar buku bersama Dea. Ia terlebih dahulu menjemput Dea di kampusnya karena Dea sedang ada kegiatan, padahal ini hari Sabtu.
Semenjak pertemuan keduanya dengan Dea di pantai waktu itu mereka mulai akrab. Mereka sering pergi berburu novel dan komik favorit mereka berdua.
Dea yang humble dan receh seperti dirinya membuat Dinan nyaman di dekat Dea. Dinan merasa memiliki seorang kakak perempuan. Dan satu lagi, senyum Dea. Senyum Dea selalu mengingatkan Dinan akan seseorang. Si peri cantiknya.
Eh? Yakin Dinan hanya menganggap Dea sebagai kakak? Atau mungkin..."Hai!" Dea menyapa Dinan dan menghampirinya.
"Hai kakak cantik! Udah selesai?" Tanya Dinan.
"Udah kok." Dea tersenyum.
"Uuhh dedek ngga kuat disenyumin kakak. Gula darah dedek pasti naik abis ini." Dinan mulai alay.
"Heh! Lebay kamu mah." Dea salting, lalu memukul bahu Dinan.
"Hehe. Yaudah yuk berangkat." Ajak Dinan.
Mereka berdua meninggalkan area kampus untuk menuju bazar.
***
Devi, gadis cantik itu terlihat tengah duduk di halte bus sambil mendengarkan musik melalui earphone nya. Devi sedang menunggu bus untuk pulang karena kakaknya tidak dapat menjemputnya hari ini.
Devi merasa bosan menunggu bus yang tak kunjung datang. Ia mengedarkan pandangannya mencoba mencari sesuatu yang menarik di sekitarnya. Matanya tak sengaja menangkap sosok Dinan serta dua kawannya. Devi segera mengalihkan pandangannya.
Bicara tentang Dinan, Devi merasa sedikit sedih. Karena setelah kejadian di aula beberapa waktu lalu, Dinan seakan benar-benar menjauhinya. Padahal dulu, Devi sangat berharap hal ini terjadi. Tapi setelah terjadi mengapa Devi malah sedih? Devi merasa bersalah, apakah ia terlalu kasar waktu itu. Sebenarnya ia ingin meminta maaf pada Dinan, mungkin nanti.
Devi merasakan seseorang duduk di sampingnya. Ia menoleh ke samping kirinya, ia mendapati Dinan tengah duduk sambil membaca komiknya.
Tak ada yang berbicara, hening. Devi juga sudah mematikan musiknya beberapa menit yang lalu."Aku mengganggu?" Dinan memecah keheningan.
"Engga." Jawab Devi menatap Dinan.
Beberapa detik mereka saling bertatapan. Jika keduanya dapat memahami, ada rindu yang terperangkap dalam tatapan mereka.
Dinan rindu Devi, Devi mungkin juga.Bus yang ditunggu Devi akhirnya tiba.
Devi segera naik dan tanpa diduga Dinan juga ikut naik bersamanya. Bukakah dia membawa motor? Pikir Devi. Mereka duduk bersebelahan.