23. Kembali Pulang (PU)

3.7K 603 61
                                    

Sudah tiga hari semenjak Jaemin menerima hukumannya, kenangan Jisung dari dunia paralel tiga tak pernah bisa ia lupakan, membuat hatinya bertambah sakit setiap saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga hari semenjak Jaemin menerima hukumannya, kenangan Jisung dari dunia paralel tiga tak pernah bisa ia lupakan, membuat hatinya bertambah sakit setiap saat. Itu adalah hukuman yang menyakitkan bagi Jaemin, disaat orang lain tak tahu apapun tentang Jisung dunia paralel, Jaemin dan Mark malah mengingat dengan jelas setiap detik waktu yang dilalui bersama dengan Jisung.

Jaemin bingung sekali, ia tidak bisa berbagi ingatan dan kenangan dengan member Dream yang lain kecuali Mark. Tidak ada yang mengingat Jisung dunia paralel pernah tinggal bersama mereka.

Selama tiga hari itu juga, Jaemin selalu menunggu Jisungnya pulang. Jisung yang selama ini ia cari. Jisung yang begitu ia sayangi sebagai adiknya.

Tidak pernah Jaemin merasa sekhawatir ini pada Jisung, apalagi saat waktu yang Jisung miliki hanya dua hari sebelum hukumannya berlaku. Jisung harus pulang secepatnya, harus.

"Jaemin, ayo latihan." Renjun menepuk bahu Jaemin yang sejak tadi duduk terdiam di sudut ruang latihan.

Jaemin mendongak, melihat Renjun. "Ahh maaf. Ayo." Bangkit berdiri, Jaemin dan Renjun berjalan menghampiri member lainnya.

Jaemin berdiri di samping Mark, melihat wajah lelah Mark yang seperti menanggung banyak beban. Jaemin tahu, Mark sudah lelah dengan aktivitas dua unit NCT, tapi hukuman tentang Jisung malah ikut ia jalani, membuat Mark tidak terlihat baik-baik saja. Apalagi mengingat memori dimana Mark memukuli Jisung, itu hal yang paling menyakitkan yang seharusnya bisa dilupakan.

"Hyung baik?" tanya Jaemin pelan, tak ingin terdengar oleh member Dream lain.

Mark tersenyum. "Baik. Tidak usah mengkhawatirkanku, itu hanya menambah beban pikiranmu saja."

"Harusnya aku yang bilang begitu."

Mark menepuk-nepuk bahu Jaemin. "Sudah, tidak apa kok."

Pelatih dance sudah ada di depan mereka, melihat member Dream satu per satu. "Jisung belum ketemu?" Pertanyaan pelatih dance membuat member Dream saling lirik.

Member Dream menggeleng pelan. Setelah Jisung dunia paralel dihapus, otomatis seluruh ingatan orang-orang -kecuali Mark dan Jaemin- kembali seperti sedia kala, saat dimana Jisung diberitakan hilang dari dorm dan belum ditemukan sampai saat ini.

"Kemana sebenarnya anak itu pergi? Waktu kita berlatih hanya tinggal dua hari sebelum Dream show terakhir bersama Mark."

Member Dream lantas mengalihkan perhatiannya ke arah Mark, mengingat hal menyakitkan itu hanya membuat hati mereka semakin sakit. Jisung belum kembali, dan Mark akan pergi. Bagaimana bisa semua member Dream akan baik-baik saja sekarang?

Mark yang merasa ditatap oleh semua member Dream tertawa kecil, menyapu semua pandangan member yang tertuju padanya. "Kalian tidak perlu menunjukan wajah sedih itu. Aku percaya Jisung akan pulang dan bergabung dengan kita untuk Dream show terakhir bersamaku. Aku yakin."

Tak ada yang menjawab, suasana tiba-tiba terasa menyedihkan. Kenangan-kenangan tentang mereka bersama kembali teringat di dalam memori member Dream masing-masing. Seandainya mereka bisa, mereka ingin menghapus peraturan tentang member yang dewasa harus keluar dari Dream, atau kalau perlu, mereka ingin membuat unit NCT tersendiri dengan tujuh anggota Dream.

Walaupun selama ini mereka terlihat baik-baik saja, menunjukan senyuman dan tawa di depan kamera setiap melakukan live bersama, tetap saja, hati mereka terasa sakit begitu mengingat tahun ini adalah tahun terakhir Mark bersama Dream. Sampai kapanpun, Dream generasi pertama memiliki banyak kenangan yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh generasi-generasi lainnya dari NCT Dream.

"Kok jadi sedih gini sih?" Suara pelatih membuat semua member Dream tersadar dari pikiran mereka tentang bagaimana Dream ke depannya tanpa Mark.

"Maaf, ssaem."

Member Dream mengusap mata mereka ketika sadar ada air mata yang jatuh begitu saja.

"Sudah ya sedih-sedihannya. Ayo kita latihan."

.
.
.

Latihan hari ini berjalan lancar walau sedikit emosional. Bagaimana tidak emosional saat seluruh member Dream menangis usai latihan, mengingat kebersamaan mereka ber-tujuh akan berakir dalam beberapa minggu. Apalagi Jisung belum juga kembali pulang. Membuat suasana hati mereka lebih buruk.

"Mark hyung." Jaemin duduk di samping Mark yang tengah menatap bulan purnama di atas rooftop. Menikmati angin malam yang cukup dingin di musim gugur.

Mark menoleh, mendapati Jaemin duduk di sampingnya. Meluruskan kaki, Mark kembali melihat bulan purnama di atas langit. "Jaemin, kamu pernah punya harapan?"

Jaemin memandang Mark dari samping, memperhatikan wajah yang lebih tua. "Pernah, dan selalu."

Mark terkekeh kecil. "Apa harapanmu sekarang?"

Jaemin berpikir, ikut memandang bulan purnama di musim gugur. "Jisung kembali, dan kita bisa menikmati waktu bersama dengan seluruh member Dream lain. Aku juga ingin ..." Jaemin berhenti diakhir kalimatnya.

"Ingin apa?" tanya Mark tak sabaran. Ia ingin mendengar harapan Jaemin selanjutnya.

"... Jisung di dunia paralel lain hidup bahagia." Satu air mata lolos dari mata kiri Jaemin, air mata kesedihan.

Mark menghela nafas, mengubah posisi duduknya agar bisa melihat Jaemin dengan jelas. "Jangan menangis Na."

Jaemin menggeleng. "Aku hanya ingat betapa jahatnya kita ketika berusaha menghapus Jisung dunia paralel yang masih ingin hidup." Jaemin menatap Mark, air matanya mulai mengalir deras.

Mark menarik Jaemin untuk ia peluk, menepuk punggung yang lebih muda beberapa kali.

"Kita jahat hyung."

Mark menggeleng. "Takdir Na. Itu sudah takdirnya."

"Tapi kenapa kita harus menerima hukuman ini? Hukuman menyakitkan ini hanya membuatku semakin merasa bersalah padanya."

"Dia hanya ingin dikenang oleh orang yang menyayanginya. Anggaplah hukuman ini sebagai bentuk rasa sayang kita padanya."

"Tapi tetap saja menyakitkan."

"Aku tahu, kan aku juga merasakannya." Mark melepas pelukannya pada Jaemin. "Masuk ke dalam yuk, di sini dingin." Menarik tangan Jaemin untuk berdiri, lantas mereka pergi menuruni tangga, menuju dorm Dream.

Begitu sampai di lorong menuju dorm, Jaemin melihat siluet seseorang tengah berdiri di depan pintu dorm Dream. Orang itu mengenakan kaos hitam, celana levis, dan sneakers putih. Tubuh orang itu lumayan berisi, namun cara jalannya terlihat sempoyongan, seperti orang yang kehabisan tenaga.

Jaemin berjalan mendekati orang itu dengan Mark di sisinya, lampu di atas lorong menyinari wajah orang yang berdiri di depan dorm Dream.

Begitu orang itu menoleh, senyum mengembang di bibirnya yang kering, wajahnya pucat pasi, matanya sayu. Ia terlihat seperti kehilangan seluruh energi di tubuhnya.

"H..hyung."

Panggilan itu berhasil membuat Jaemin tersadar kalau apa yang dilihatnya sekarang bukanlah mimpi.

"Jisung!" Jaemin berseru panik begitu tubuh Jisung ambruk di depan pintu dorm.

Jaemin dan Mark berlari menghampiri Jisung. Mark menarik tangan Jisung untuk ia papah, begitu juga Jaemin yang mengikuti tindakan Mark. Sebelum membuka pintu dorm Dream, Mark dan Jaemin memperhatikan wajah Jisung yang matanya terbuka sedikit.

"M..maafkan J..jisung, h..hyung." Jisung jatuh tak sadarkan diri setelahnya.

Tbc.
Maaf aku baru sempet update.

Kalian masih nunggu cerita ini kan??

Jisung's Adventure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang