Feeling

659 124 5
                                    

"Sudahlah, berhenti menangis" Jungkook menahan tawanya ketika melihat Jihyo yang terus terusan menangis seperti anak kecil.

"Tapi k-kenapa Iron Man harus m-mati?" Isak Jihyo terbata bata, persis seperti anak kecil yang telah kehilangan mainannya. Jungkook terus menahan tawanya. Raut wajah dan tingkah Jihyo saat ini cocok sekali dengan humornya.

"Aish, berhentilah tertawa Jungkook ssi! ini sama sekali tidak lucu!" Bentak Jihyo menghentakkan kakinya ke tanah.

Melihat Jihyo yang tak kunjung berhenti menangis, Jungkook berfikir apa yang bisa membuat gadis disampingnya ini tenang kembali?  Jungkook hanya takut orang orang yang melihat mereka berfikir aneh, karena Jihyo yang terus menangis.

"Kau mau ice cream?"

Tawaran Jungkook langsung dihadiahi gelengan kepala dari Jihyo. Raut wajahnya terlihat tidak tertarik dengan hal yang ditawarkan Jungkook.

"Aku mau pulang" singkat Jihyo, sembari menghilangkan jejak air mata di pipinya.

"Kenapa?"

"Aku sudah tidak tertarik dengan segala hal disini. Terutama kau"

Jungkook mengangguk paham. Gadis bantet itu rupanya kesal dengan tingkah Jungkook yang terus tertawa melihat Jihyo.

"Eoh? Kau marah padaku?"

"Apakah salah jika aku marah padamu?"

"Tidak, hanya saja-

"Aku akan mencari taksi. Terimakasih atas malam ini" Jihyo mulai berjalan meninggalkan Jungkook.

Jungkook tidak mengikuti gadis itu.

"Taksi malam dikota ini tak bagus untuk seorang gadis" Teriak Jungkook, Jihyo terdiam sejenak. Ucapan Jungkook barusan tidak ada salahnya, terlebih Jihyo baru beberapa pekan tinggal dikota ini.

Jihyo berbalik untuk melihat Jungkook. Lelaki itu telah memasang senyum jahil nya, sembari memainkan kunci motor nya.

"Huft, menyebalkan" Dengan itu, Jihyo berjalan kearah Jungkook.

Mereka berdua berjalan kearah parkir tempat motor Jungkook berada. Jihyo terus saja menghela nafas kasar. Ia sebenarnya tak mau ikut dengan Jungkook, tapi apalah daya Jihyo yang takut dengan rumor taksi malam.

Setelah beberapa meter mereka berjalan, motor Jungkook pun sudah di depan mata.

"Helm?" Tawar Jungkook.

"Paboo ya! untuk apa masih bertanya?"

"Kau tidak bisa santai?" Kesal Jungkook.

"Tidak padamu" Jihyo merampas helm itu dari Jungkook.

Jungkook telah duduk dimotornya, hanya menunggu Jihyo yang tak henti nya berkutat dengan helm itu.

Jungkook lupa, pengait helm nya itu memang sedikit sulit. Tapi bukan Jungkook namanya jika tak jahil terhadap Jihyo, lelaki itu tak berniat membantu sama sekali. Ia hanya tertawa melihat raut wajah Jihyo yang kesulitan.

"Yak Jungkook ssi?! apakah dengan tertawa, pengait ini bisa terpasang?!" Bentak Jihyo. Lagi2, Jihyo terlihat kesal dengan Jungkook yang selalu saja menertawainya.

"Lalu? apakah aku harus membantu mu?"

Jihyo mengepalkan tangannya kuat. Jungkook yang melihatnya pun tertawa terbahak bahak.

"Tak usah berlagak akan menghajar ku, gadis kecil" Jungkook turun dari motornya. Ya, dia harus membantu Jihyo. Kalau tidak, mereka tidak akan pulang karena sampai kapanpun, Jihyo tak bisa memasang pengait helm itu.

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang